Jimin kecil terbangun dari tidurnya. Melirik jam dinding yang terpasang bersebelahan dengan foto keluarganya. Pukul dua dini hari. Entah apa yang membuat papa dan mamanya berteriak histeris hingga mengganggu tidurnya. Jimin masih menata dirinya, tidak buru-buru beranjak dari kasurnya. Sebab teriakan itu sepertinya bukan karena sesuatu yang buruk.
Setelah merasa kesadarannya sudah kembali penuh, Jimin keluar dari kamarnya. Menuruni tangga sambil sesekali mengucek matanya yang masih sedikit mengantuk. Perhatiannya tertuju pada kehadiran kedua orang tuanya di ruang tengah.
"Ma? Pa?" Jimin memanggil keduanya dengan suara parau khas bangun tidur.
"Ah sayang kamu bangun? Sini deh mama punya kabar baik." Ucap Iren, ibunda Jimin.
Jimin berjalan menuju sofa tempat papa dan mama duduk. Penasaran dengan kabar baik yang disinggung mamanya tadi, tapi juga masih mengantuk. Mama mengulurkan ponselnya pada Jimin yang mengerjapkan matanya, masih berusaha menghilangkan kantuknya. "Bayi?" tanya Jimin heran.
"Adiknya Suga udah lahir. Anak kedua bunda Yuna. Perempuan." Mama menjelaskan.
Dan seketika kantuk Jimin hilang. "Wah! Aku mau liat ma! Aku mau liat! Mau ketemu bunda sama kak Suga! Mau gendong adik bayi juga ma!"
"Iya besok kita pulang ya." Kali ini papa yang menjawab.
-----
Langkah kaki Jimin yang seharusnya belum sebesar itu terdengar di lorong rumah sakit. Dia dan papa mama baru sampai di Jakarta. Perjalanan yang menempuh beberapa jam pun tidak membuat semangatnya surut untuk bertemu dengan adik bayi yang dia lihat lewat ponsel mama kemarin.
Sedikit berlari Jimin mendahului papa dan mama. Pun papa mama hanya bisa tersenyum melihat putra semata wayangnya ikut merasakan kebahagiaan sahabat mereka. Orang tua Jimin dan orang tua Mel sudah bersahabat sejak di bangku SMP.
Awalnya yang bersahabat adalah Papa Suho (ayahanda Jimin) dan Ayah Agung (ayahanda Mel). Saat kelas tiga SMP masing-masing dari mereka mendapatkan pacar, lalu saling memperkenalkan. Sering double date ala anak remaja dulu hingga keempatnya menemukan kenyamanan dalam hubungan mereka. Hubungan mereka berempat memang kelewat baik dan lancar hingga detik ini. Dimana Suho dan Iren sudah menjadi orang tua Jimin, serta Agung dan Yuna menjadi orang tua Suga. Oh, jangan lupa bayi kecil yang lahir kemarin hingga membuat gempar bumi pertiwi. Namanya Caramel Adinata.
Membuka knop pintu sebuah ruangan di bangsal persalinan secara perlahan, Jimin muncul dari balik pintu. Kepalanya yang dia dahulukan, mengedarkan pandang memastikan dia tidak salah ruangan. Melihat bunda sedang memangku bayi di atas ranjang, Jimin langsung membawa tubuhnya masuk ke dalam. tidak lupa dengan sebuah keranjang berisi buah anggur kesukaan bunda di tangan kanannya.
Bunda yang melihat Jimin berlari serampangan langsung mengangkat telunjuknya dan ditempelkan di mulutnya. Jimin paham apa maksud bunda. Jadi dia memelankan langkahnya. Meletakan anggurnya di atas meja di sebelah ranjang bunda. "Adik bayi tidur ya bunda? Jimin boleh lihat?" Kata Jimin sambil berbisik.
Bunda tersenyum melihat anak laki-lakinya yang satu itu. Bunda sudah menganggap Jimin seperti putranya sendiri, begitu pula sebaliknya. "Sini naik duduk sebelah bunda." Bunda sedikit menggeser duduknya.
Jimin menurut, dengan perlahan dia naik ke atas ranjang. Duduk di sebelah bunda. Matanya tidak terlepas dari adik bayi. Kulitnya putih, pipinya merah, hidungnya mancung, rambutnya hitam. Rasanya Jimin ingin cepat mengajak adik bayi bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasting Time
FanfictionSeorang gadis sedang menatap lekat penghujung waktu. Menanti jingga berubah menjadi pekat. Caramel Adinata mencoba mengerti bahwa sesuatu yang gelap tidak selalu buruk. Seperti malam yang sedang dia nanti, gelapnya mengganti senja dengan sama indahn...