Asma(Ra)

626 115 579
                                    

⚠️Disclaimer⚠️

Cerita ini murni dari hasil pikiran dan imajinasiku sendiri. Jika ada kesamaan tempat, nama, kejadian hanyalah ketidaksengajaan. Tokoh 'Yeonjun' di sinipun tidak mencerminkan sifat dan sikap dari tokoh di dunia asli. Dan aku melarang keras untuk menjiplak karya ini. *kalaupun ada*








Selamat Membaca!












     Semburan oranye menghiasi langit pagi, sang penguasa pagi hingga sore mulai melaksanakan pekerjaannya untuk menyinari bumi dan juga memberi harapan bagi isinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Semburan oranye menghiasi langit pagi, sang penguasa pagi hingga sore mulai melaksanakan pekerjaannya untuk menyinari bumi dan juga memberi harapan bagi isinya. Sinar hangatnya membangunkan satu per satu penghuni bumi. Embun yang perlahan muncul, mengalir membasahi dedaunan hijau lainnya.

Dengan uapan besar dan juga renggangan tubuh erat, seorang gadis bangun dari bunga tidurnya. Bergulat malas di bawah hangatnya selimut tebal yang ia gunakan. Mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan retina dengan sinar terik yang menyerobot masuk melewati sela gorden putih susu.

Hampir saja ia kembali terlelap jika sang ibu tidak meneriaki dari luar kamar. "Yoora! Bangun! Jangan sampai kamu telat di hari pertama sekolahmu, sayang!"

Teriakan tersebut mengejutkannya, jantungnya terasa seperti terhenti sepersekon lalu berdegup dengan sangat cepat. Gadis yang bernama Yoora tersebut bangun dari tidurnya, berjalan cepat meraih seragam dan juga handuknya untuk mandi. Setelah itu ia memeriksa kembali seluruh barang bawaanya.

Senin, 5 Juli. Hari pertama harus sempurna, batinnya.

Park Yoora keluar dari kamar dengan senyum yang merekah hingga siapapun yang melihat ikut tersenyum. Ia berjalan ke arah dapur, menemui kedua orang tuanya. Tidak lupa menyapa keduanya. "Pagi, ma, pa."

"Selamat pagi, sayang. Sarapanlah lalu papa akan mengantarmu ke sekolah."

Ia mengangguk, memakan sarapan dan meminum susunya dengan cepat bahkan hampir tersedak. Kedua orang tuanya mewajari anak semata wayangnya yang begitu bersemangat. Tentu saja, karena, "Yoora gugup! Sudah lama sekali sejak Yoora sekolah offline! Setelah sekian lama homeschooling, akhirnya..." seru gadis berkuncir satu tinggi itu dengan semangat. "Pa ayo berangkat!" ajaknya bersemangat, menarik pelan lengan sang ayah.

"Yoora berangkat ya, ma!"

"Iya, Ra. Pastikan kamu sudah membawa inhaler!" peringat mama.

"Sudah, ma! Yoora berangkat, sampai nanti!"

Ia dan ayah menaiki kendaraan pribadi beroda empat, melaju dengan kecepatan normal menuju tempat mengejar masa depan, sekolah.

Memandangi jalan yang berlalu dengan senyuman yang tak kunjung luntur. Tanpa ia sadari ia sudah memasuki area sekolah. Banyak anak remaja dengan seragam yang serentak keluar dari bis ataupun berjalan kaki. Tujuan mereka sama.

Asma(Ra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang