03

4.8K 113 3
                                    

-Happy Reading-

Aku tidak tau lagi harus bilang apa. Aku tidak tau lagi bagaimana nasibku kedepannya. Yang bisa aku lakukan sekarang hanya menuruti perintahnya.
Aku tidak tega jika Papa harus kehilangan pekerjaannya. Kalau Papa jadi pengangguran, bagaimana kami membiayai hidup kami nanti.

Lagipula memanggil Pak Rendra dengan sebutan Daddy tidaklah begitu buruk. Maksudku aku hanya perlu memanggilnya seperti itu dan tidak ada hal lain yang harus aku lakukan untuknya bukan.

•••••

Aku sudah sampai di sekolah dengan diantar oleh Pak Rendra-ah maksudku Daddy. Meskipun masih dengan sedikit paksaan.
Sebenarnya aku bisa saja menolaknya dan memaksakan diri untuk berangkat menggunakan angkutan umum tapi, dia masih dengan ancamannya itu. Itu membuatku tidak bisa menolaknya.

Aku harus membiasakan diri untuk memanggilnya Daddy. Sial. Ini menyebalkan.

Aku melangkahkan kakiku melewati koridor sekolah yang belum terlalu ramai. Aku berjalan dengan menundukkan kepalaku. Perasaanku sedang tidak baik pagi ini, aku merasa malas untuk bersekolah. Itu semua karenanya-Pak Rendra.

"Perhatikan jalanmu Delfin" langkahku terhenti saat sebuah tangan memegangi tubuhku yang hampir saja menabrak tiang penyangga.

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat Pak Candra yang tersenyum lembut kearah ku.

"Te-terimakasih Pak" ucapku berterimakasih padanya. Aku tidak tau apa yang akan terjadi dengan kepalaku jika saja Pak Candra tidak memegangi ku. Mungkin akan ada benjolan besar di sana.

"Hm.. apa ada masalah? Sepertinya kamu tidak bersemangat pagi ini." Tanya Pak Candra dengan menampilkan raut wajah khawatirnya.

"Ti-tidak, tidak ada. Saya baik-baik saja kok." Entah kenapa aku merasa sedikit gugup setelah melihat wajah khawatirnya.

"Ceritakan apa masalahmu, saya bisa menjadi pendengar yang baik untukmu"

Untukku? Hanya untukku?

"Tidak ada yang perlu saya ceritakan untuk hari ini." Aku tidak mungkin menceritakan hal itu padanya bukan. Itu terdengar memalukan. Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri di hadapannya.

"Hm.. baiklah, mungkin kamu masih perlu waktu untuk memikirkannya. Saya akan menunggu sampai kamu siap untuk menceritakannya."

Apa maksud dari ucapannya itu.

"Hm.." aku hanya bergumam sembari menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

"Sebaiknya kamu masuk ke kelasmu, sebentar lagi bel masuk"

"Iya Pak. Sekali lagi terimakasih. Saya permisi" pamitku melanjutkan langkahku yang sempat tertunda.

"Dan perhatikan jalanmu, jangan sampai kamu terjatuh dan terluka. Saya tidak suka melihatnya. Berhati-hatilah." Lanjutnya.

"Hm.." aku hanya mengangguk lagi.

Ada perasaan aneh saat aku mengingat wajah khawatirnya itu. Aku tidak tau pasti perasaan apa itu, yang jelas itu membuatku merasa bersalah sekaligus bahagia karena sudah membuatnya khawatir. Argh.. kenapa hari ini begitu membingungkan.

Sesampainya aku di kelasku. Aku mendapati Ayu yang sedang duduk dibangku ku. Aku menghampirinya dan menyapanya kemudian menyuruhnya bergeser ke tempat duduk disebelahnya dan aku pun duduk dibangku ku sendiri menggantikan posisi Ayu sebelumnya.

• • • • •

Ayu sudah kembali ke tempat duduknya, sebelum dia kembali dia bilang kalo hari ini adalah hari dimana Pak Rendra akan mengajar di kelas ini. Tubuhku menegang saat tau hal itu. Aku merasa belum siap bertemu dengannya lagi, cukup tadi pagi saja.

My Teacher? (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang