Kematian Lisa

38 3 0
                                    

Di sebuah kota terdapat satu sekolah dengan bangunan yang tinggi dan mewah. Pagi ini terlihat nampak cerah, seperti biasa siswa siswi berlalu lalang melewati koridor sekolah. Dibalik kemegahan sekolah ini, terdapat banyak kisah di dalamnya. Dinda Ardelia merupakan siswi yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Dia terlihat tengah duduk di teras kelas sambil berpikir. Tiba-tiba Arin duduk di sampingnya sehingga mengejutkan Dinda. Rupanya Dinda tengah memikirkan kasus kematian Lisa. Lisa merupakan teman SMP Arin sekaligus teman SMAnya. Walaupun mereka tidak pernah sekelas, namun mereka terlihat amat dekat.

"Iya Din, aku benar-benar merasa kehilangan." Ucap Arin sedih.

Saat itu Dinda tengah berjalan di lorong sekolah. Lorong yang panjang dan gelap memang sudah terkenal sangat angker. Sore itu ia pulang petang dikarenakan mengikuti ekstrakurikuler musik di sekolahnya. Namun dikarenakan ibu yang menjemputnya lama, akhirnya dia memilih untuk menunggu di depan ruang musik dan pulang paling terakhir. Saat ia melewati sebuah kelas tak berpenghuni yang sekarang dijadikan gudang kursi dan meja yang sudah rusak dan tak terpakai. Kelas itu bernama kelas 12J. Konon dulu kelas ini merupakan kelas yang sangat terkucilkan. Hingga suatu hari satu persatu dari mereka bunuh diri karena tidak kuat dengan ocehan para guru hingga siswanya. Ya, dahulu sekolah ini memang terkenal sangat ketat hingga siapapun yang mendapat nilai dibawah KKM akan di letakkan di kelas J, sampai sudah dibilang bahwa kelas J adalah kelas buangan. Ancaman tidak lulus, kasus pembullyan, pencemaran nama baik sudah terbiasa menjadi makanan sehari-hari kelas J. Saat Dinda mulai mendekati pintu, perasaannya mendadak tidak enak. Tanpa ragu ia membuka ruangan tersebut. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat seorang Lisa tergantung dengan tali dan tubuhya yang sudah memucat. Ia mundur pelan-pelan dan segera menutup pintu. Tanpa suara teriakan sedikitpun dari Dinda. Ia berusaha bersikap tenang dengan alasan tak mau membuat siapapun khawatir. Ia segera berlari keluar menuju pos satpam dan melaporkan kejadian ini.

Bel masuk berbunyi, Dinda dan Arin yang asyik duduk di teras kelas langsung memasuki kelas mereka. Jam pertama adalah mata pelajaran sejarah. Saat guru tengah menjelaskan materi, tiba-tiba dinda melihat sekilas bayangan melintasi teras kelasnya. Ia berusaha berpikiran positif, mungkin saja ada seseorang yang melewati teras kelas. dinda masih saja teringat kejadian lisa itu. Ia terus terngiang mayat Lisa. Seakan ia sudah dihantui. Sore itu  Dinda kembali mengikuti kegiatan musik di sekolahnya. Saat pulang ia kembali meleati koridor yang menyeramkan itu. Bulu kuduknya terus berdiri, dan perlahan mulai merasakan hal aneh. Tiba-tiba lampu mati dan koridor itu terlihat sangat gelap. Seketika tubuh Dinda terlempar begitu saja tanpa sebab ke pintu kelas 12 J. Saat ia mencoba untuk berdiri, ia melihat sebuat kertas lusuh bertuliskan "Jangan mencoba masuk kelas ini" dengan tinta berwarna merah. Dinda yang pemberani malah heran melihat kejadian tersebut. Tiba-tiba datang seorang Wildan, ia langsung menolong Dinda. Wildan adalah siswa yang terkenal pandai bermain futsal dan ia memiliki paras yang sangat tampan, tubuh yang tinggi sehingga banyak sekali siswi yang mengejarnya.

"Kamu ngga papa Din?" Tanya Wildan.

"Ngga papa kok, makasih ya." Jawab Dinda dengan memperlihatkan mimik wajah yang gelisah.

"Serius? Kok pucet gitu?" Wildan kembali bertanya.

Dinda terdiam. Akhirnya wildan membawa Dinda keluar dengan menuntunnya karena ia terlihat sangat lemas. Hari ini Wildan yang mengantarnya pulang, karena Dinda bilang hari ini ayahnya tidak bisa menjemputnya karena ada urusan.

Di sisi lain Tio, Didi, dan Arin tengah duduk di teras rumah Dinda  menunggu Dinda pulang. Tak lama kemudian mereka datang dengan Wildan yang membawa martabak manis. Tanpa berpikir panjang Didi mengambilnya dan mengajak mereka kembali duduk untuk memakan martabak yang dibawa Wildan. Dengan perut yang lapar mereka memakan dengan lahap martabak tersebut.

"Bi Iyem meninggal Din." Arin angkat bicara saat mereka sedang asyik-asyiknya menyantap makanan.

Sontak semua langsung terdiam. Seketika suasana menjadi hening dan semuanya dilanda kebingungan. Pasalnya, baru saja kemarin mereka bertemu dengan Bi Iyem. Bi Iyem adalah ibu dari Lisa. Bi Iyem adalah seorang janda yang ditinggal suaminya pergi semenjak Lisa masih berusia 10 tahun. Ia hanya hidup berdua dengan Lisa, dan ia sudah menganggap Arin sebagai anaknya sendiri karena sudah menjadi teman baik Lisa selama ini. Namun sepeninggal Lisa, ia mulai merasa kesepian dan frustasi. Ia hanya hidup sebatangkara.

"Pak RT menemukan jasad Bi Iyem di depan pintu rumahnya saat Pak RT hendak mengantarkan sembako pada Bi Iyem." Jelas Tio.

Mereka semua terkejut. Didi menjelaskan jika Bi Iyem sudah dimakamkan tadi siang dan kasus ini akan segera diselesaikan oleh polisi. Polisi menjelaskan bahwa Bi Iyem bunuh diri dengan meminum obat yang terlalu banyak sehingga menyebabkan overdosis. Ia yang mempunyai riwayat liverpun seketika meninggal di tempat. Saat itu Pak RT akan memberi sembako ke rumah Bi Iyem. Saat Pak RT mengetuk pintu berkali-kali namun tidak ada jawaban, ia curiga, ada apa ini?

Namun ia terus berpikir positif, mungkin Bi Iyem sedang pergi ke pasar untuk berbelanja. Namun ia tak bisa terus berpikir positif saat bau menyengat obat dari dalam tercium oleh Pak RT. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mendobrak pintu rumah Bi Iyem. Ia terkejut saat melihat banyak sekali obat berserakan di lantai. Lebih terkejut lagi saat Pak RT melihat jasad Bi Iyem yang tergeletak di lantai. Kemudian ia langsung menelpon polisi untuk segera menyelesaikan kasus ini. 

TEROR 12 JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang