1

12 4 4
                                    

Perpustakaan

Ruka sedang memilah-milah buku yang ia cari untuk dijadikan topik dalam sub-bab skripsinya. Bertemankan secangkir kopi yang ia letakkan di atas meja yang terlihat sedikit berantakan. Beberapa kali dia ditegur pegawai perpustakaan agar merapikan tempat duduknya karena ini adalah perpustakaan umum. Tentu saja responnya hanya nyengir lebar dan kembali sibuk ke pekerjaannya.

Saat ia memilah, terdengar suara gaduh di rak sebelahnya.

Gubrak.

Ia menoleh dan segera pergi melihat apa yang sedang terjadi. Nampak oleh pupil matanya seorang gadis sudah terduduk dan beberapa buku jatuh menimpa dia. Dengan cepat, ia segera membantu gadis itu berdiri.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya. Saat bersampingan dengan gadis itu, tercium bau rosemary yang lembut. Ia mengenakan pakaian berwarna lilac yang menyejukkan mata. Ruka melirik wajah gadis itu. Nampak kedua pipinya yang merona bagai buah persik di musim semi. Ruka yang terpana seolah melihat bidadari surga.

Gadis itu kemudian memungut beberapa buku yang dipinjamnya, dan melihat kursi kecil yang tadi ia gunakan sudah patah. Ruka kemudian memungut kursi itu, berniat membawanya ke pegawai perpustakaan agar diperbaiki. Ia mengamati kursi kayu itu dengan seksama, "Kursinya sudah lapuk, harusnya kamu bilang saja ke pegawainya. Kalau sudah seperti ini apa boleh buat. Ah, apa ada yang terluka?"

"Tidak kok. Terima kasih sudah membantu, Tuan," ujar gadis sambil menunduk dan membereskan buku yang berserakan. Sontak saja Ruka tertawa mendengarnya, "Hahahaha! Hei sepertinya aku tidak setua itu sampai dipanggil tuan."

Ruka membalas candaan gadis itu, gadis itu kemudian mendongak. Ruka tersenyum, dan sepertinya gadis itu terpana dengan senyum manis Ruka. Gadis itu terdiam sebentar dan mendongak ke arah rak buku yang berada di atas. "Ah, buku..."

"Kenapa?"

"Aku ingin mengambil buku itu, tapi tidak sampai. Karena tidak mau merepotkan, aku pakai saja kursi itu. Toh sepertinya aku tidak terlalu berat, tapi ternyata kursi itu tidak kuat menahanku. Pantas aku dijatuhkan. Hahaha... ." Gadis itu menunjuk ke arah rak buku paling atas, tertawa juga karena kebodohannya sendiri.

"Hahaha... mau ku ambilkan?"

Gadis itu mengangguk, "Kalau tidak keberatan, tolong ya."

Ruka mengambil buku itu hanya dengan berjinjit. Gadis itu terlihat senang menerima buku yang ia ambilkan. Ia melirik judul buku yang dipegang gadis itu.

Jodoh

Ruka tertegun. Ia memiliki sebuah firasat dengan hal ini. Dan selama ini, firasatnya tak pernah ia ragukan. Firasat itu selalu menuntun Ruka, ke arah yang benar. Dan demi menjawab semua pertanyaan yang ada di benaknya, ia berusaha menahan gadis itu untuk tetap bersamanya.

"Uhm, hei... Mau ngobrol sebentar?" tanyanya pada gadis itu. Gadis itu menimang-nimang. "Sebelumnya kalau saya boleh tau, tuan ini jurusan prodi apa?"

"Saya dari fakultas keagamaan. Ada apa?"

"Wah kebetulan, saya mau tanya soal agama lebih dalam. Apa tuan tidak keberatan?"

Ruka tertawa, tak disangkanya ia bertemu seseorang yang menyenangkan. Ruka mengangguk dan mengajaknya duduk.

"Umm, apa artinya tuan tau tentang... pesan tersirat dalam mimpi?" Gadis itu langsung bertanya pada Ruka. Ruka kemudian menjawab dengan tenang, "Mungkin alangkah baiknya kita berkenalan terlebih dahulu. Akan lebih nyaman bila seperti itu dan kamu tidak perlu memanggil saya dengan sebutan tuan."

"Oh iya, maaf!" Gadis itu membungkukkan badan dan memperkenalkan dirinya, "Nama saya Emily Kim. Dari jurusan Sastra Indonesia, kalau kamu?"

Ruka terdiam sebentar, jarang sekali kan dia berinteraksi dengan gadis asing yang baru di kenalnya. "Namanya cantik ya... Secantik orangnya," ujar Ruka dengan lembut.

3 TIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang