Menjadi Dewasa

3 2 1
                                    

Manda Pov

Awal Masuk Sekolah

Apa yang kalian pikirkan tentang menjadi siswa baru?

Baru saja. Baru saja aku ingin memulai bagaimana menjadi seorang siswa SMA. Yang katanya akan menjadi awal kedewasaan dalam segala hal.

Pertama kali aku menyandang status sebagai siswa baru itu Excited, deg – degan, bingung, seru, bertanya – tanya, serta rasanya pengen cepet lulus (cailah baru juga masuk yak). Apalagi saat aku mengikuti masa orientasi, wehh seniornya itu loh bikin melek mata, galak cuy.

Tapi yang paling penting nih ya, itu adalah kita butuh yang namanya teman!

Eitss jangan salah lo readers. Berteman itu penting, masa selama kita sekolah kalian cuman sendiri kek jones nggak mau kan. Juga nih ya dalam artikel yang pernah aku baca dulu, kita manusia itu termasuk makhluk sosial, saling berinteraksi satu sama lain dan juga manusia itu tidak bisa hidup sendiri alias saling membutuhkan. Wkwkwk bahas apaan nih :v

Ini adalah hari ke – 8 dimana aku sudah menyandang sebagai siswa baru. Berakhirnya masa orientasi disambut suka cita oleh siswa baru lainnya, alasannya? Hanya aku dan lainnya yang tahu.

Finalnya, kelas yang akan aku tempati ialah kelas B bersama 34 siswa yang lainnya. Dilanjutkan pembagian wali kelas dan bla bla bla, gak akan kelar kalau diceritain.

Kini aku berada di dalam kelas yang saat ini keadaannya kaya pasar, gaduh. Ada yang kesana kemari, selfi selfi ria, main hp dan berbagai macam aktivitas lainnya. Yang aku lakukan saat ini hanya duduk memperhatikan satu persatu orang yang akan menjadi teman ku, maybe.

Namun diantara semua orang yang berada dikelas ini. Hanya satu orang yang menarik perhatianku. Seorang perempuan yang hanya berfokus pada buku catatan bekas masa orientasi kemarin.

Terlihat juga dia sedang menulis disetiap lembaran kertas buku tersebut. Anehnya dia menulis dengan arah yang terlihat acak. Atas, bawah, kiri, kanan begitu terus.

Mahasiswa rajin, pikirku.

Karna penasaran yang melanda pikiranku, maka disini lah aku. Tepat berada disamping perempuan yang aku anggap sebagai siswa yang rajin. Memperhatikan apa yang dia kerjakan.

Saat aku tau apa yang dia kerjakan, kalau boleh aku ingin sekali menarik kata kata yang baru saja aku ucapkan tadi, kenapa? Karena orang yang aku pikir rajin tadi hanya membuat sebuah mahakarya tanda tangan di lembar kosong kertas yang masih tersisa, gabut kah.

Heoll, aku kira apa.

"jess" aku memanggil perempuan yang berada di samping ku ini "gabut ya" sambungku.

Bingung ya kenapa aku kenal dia?

Dia namanya Jessie. Aku dan dia satu sekolah saat menginjak bangku SMP. Jadi lumayan kenal. Sempat terkejut juga dia mengambil sekolah disini. Karna mengingat teman SMP yang deket dengan dia kebanyakan mengambil sekolah swasta.

"rumah gue kan deket sama kampusnya, Cuma jalan dikit nyampe deh" tutur Jessie dulu saat ditanya alasan kenapa masuk sekolah ini "Lagian nih ya ada yang deket ngapain cari yang jauh. Orang tua gue juga takutnya kangen sama gue kalau gue jauh dari mereka" sambungnya.

Alasan macam apa itu.

Jessie melempar pulpennya asal "hahh" terlihat dia nampaknya terlihat kesal.

"lah nih orang, kenapa?" aku mengambil pulpen yang jessie lempar tadi dan meletakan kembali ke meja tempat dia duduk.

"jadi siswa SMA tuh gini ya" melihat ke arah ku.

"kenapa emang" tanya ku kembali.

"resah gue, gue jadi pengen cepet lulus aja"

Demi langit dan bumi, aku kira apaan. masa baru masuk 1 minggu sehari udah pengen cepet lulus. Pemikiran dari mana itu.

Terlihat jessie sedang mengutak atik hpnya "Kata google nih ya jadi siswa itu kudu strong. Banyak rintangannya!" sambungnya lagi

"strong yang di drama korea itu ya?" kini aku balik bertanya padanya.

Jessie menggelengkan kepalamya "ihh bukan lah, itu mah fantasi aja kek gitu"

"nikmatin dan jalani ajalah, lagian yah lulus SMA kan harus ada kuliah dulu" aku menarik kursi yang ada disebelahnya " jadi masa SMA masih mendingar dari masa perkuliahan Jess btw lu mau ngambil kuliah dimana pas lulus"

"yailah ni anak, kalau lu lupa kita baru 1 minggu jadi anak SMA" ucap jess membalas perkataan ku sebelumnya

"hehehe" kekeh ku.

"lu gak khawatir atau resah gitu?" kini gantian jessie yang bertanya padaku.

"hmmm enggak" jawab ku cepat.

Bohong.

Bohong jika aku tidak khawatir, resah atau yang lain. Sebelum aku masuk jenjang sekolah SMA aku sudah memikirkan kira - kira apa yang akan terjadi dimasa depan.

Bagaimana kelanjutan pendidikan ku nanti?

Aku bakal kuliah dimana?

Dan masih banyak lagi...

Karna menurut ku SMA ini kita harus bisa menjadi dewasa.

***

Kini memasuki jam yang ditunggu tunggu semua penunggu sekolah, jam istirahat. Jam dimana kantin penuh dengan siswa. Desak desakan pun rela mereka lakukan asal perut mereka terisi. Mungkin resikonya saat kantin penuh tidak ada tempat duduk untuk menikmati makanan yang dibeli.

Aku dan teman baruku termasuk beruntung, karena kebagian tempat duduk dan dapat menikmati makanan kami saat ini. Kalau telat sedikit saja bisa bisa aku dan temanku ini hanya akan makan dikelas saat ini dan jarak dari kelas kekantin itu lumayan jauh, capek kalau harus balik ke kelas lagi.

Teman baruku ini namanya Herlin. Aku berteman dengan dia karena game, unik kan.

Awalnya aku melihat dia memainkan sebuah game di hpnya yang aku suka sedari dulu. Jadi aku mencoba berbicara padanya kali aja kan dia mau membagi gamenya padaku.

"wahh lu main itu juga ya?" aku mencoba basa basi dulu dengannya "dulu gue punya ini game dan mainnya dileptop"

Dia memperlihatkan hpnya ke padaku "iya gue juga suka game ini"

"boleh minta gamenya? Soanya gue udah cari versi android tapi gak nemu. Lu kok bisa?"

"kebetulan nemu" jawabnya.

Kemudian aku menyerahkan hp ku kepadanya "jadi boleh minta?"

"tentu" ujarnya.

Yup karena game aku jadi dekat dengannya. Hobinya terkesan unik untuk perempuan pada umumnya. Dimana perempuan itu hobinya shoping, memasak, membaca novel dan sebagainya. Dia malah mempunyai hobi bermain game.

***

"berapa banyak game yang lu punya?" tanyaku

"gak banyak kok" ucap Herlin sambil memasukan makanan kemulutnya.

Akupun hanya ber oh ria menganggukkan kepala ku tanda mengerti. 

"tapi yang sering gue maiinin itu ya yang ini" sambung herlin sambil memperlihatkan layar ponselnya kepadaku.

Kami pun kembali melanjutkan makanan kami, karna situasi kantin yang semakin banyak. Cukup kasihan juga dengan beberapa orang yang tidak kebagian tempat untuk duduk.

Jadi kami berinisiatif mempercepat makan kami agar cepat selesai, dan tempat yang bekas kami duduki ini dapat ditempati orang lain. Minimal dapat mengurangi orang yang sedang berdiri sambil menunggu meja yang kosong.

***

Terima kasih untuk para pembaca.

Bukan Putih AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang