01; kitten

1.8K 204 52
                                    

jay menghela nafas berat. ia membiarkan tubuhnya basah kuyup akibat hujan lebat malam ini. pikirannya kacau balau, perkara kedua orangtuanya yang saling mengkhianati.

mau tak mau, jay harus pergi. ia terlalu malas mendengar kedua pengkhianat tengah berdebat tentang siapa yang salah. padahal, keduanya sama salahnya di mata jay.

beruntung, jay memiliki sebuah rumah pemberian mendiang sang kakek. rumah sederhana yang cukup nyaman daripada rumah mewah yang tidak pernah membuatnya tentram.

ia menatap rumah berwarna abu-abu di hadapannya. segala kenangan indah tentang dirinya dan keluarga harmonis, terlintas begitu saja.

"sejak kakek pergi, semuanya kacau." jay tersenyum pilu. membuka pagar rumah dengan kunci yang ia simpan selama dua tahun lamanya.

samar-samar terlihat dari pandangan yang buram akibat air mata dan hujan.

seekor anak kucing berwarna putih tengah meringkuk di teras rumah. bulunya lepek akibat hujan.

"kucing?" ia mendekati kucing itu dan mengelus kepalanya. kucing itu menggeliat, membuat jay tersenyum tipis.

"ayo masuk. lo kedinginan juga kan?" kucing itu membuka kedua matanya. membuat jay menahan gemas.

meow...

"oke. ayo masuk." kucing itu mengekori jay ke dalam rumah.

rumah hangat dan bersih. setiap hari ada seorang pelayan yang memang ditugaskan untuk membersihkan rumah ini.

jay duduk di kursi kayu milik sang kakek.

rasanya, semua berlalu begitu cepat. semua kebahagiaannya, hilang dalam sekejap.

sampai-sampai, jay melupakan kucing yang sudah menggigil, sama dengan dirinya.

"duh. gue malah galau. bentar ya, cing." jay melenggang pergi menuju lemari. mengambil dua handuk.

"sini." kucing itu menurut. ia melompat ke pangkuan jay. dengan perlahan, jay mengeringkan bulu kucing itu.

"cing, mau pake ini gak?"

meow...

"gue anggap itu jawaban setuju." jay menghidupkan hairdryer portabel itu. mengarahkan pada sang kucing.

jay tergelak, melihat bulu kucing itu tersapu oleh hairdryer.

"selesai." kini jay mengeringkan dirinya sendiri. mengganti pakaiannya tepat di hadapan anak kucing manis itu.

setelahnya, jay membersihkan lantai yang basah dan berbaring di kasur.

"aneh, kok alergi gue gak kambuh?" jay menyadari jika sedari tadi ia tak berjarak dengan buntalan bulu itu.

ya, tapi syukurlah. kesedihan jay bisa sedikit terobati karena kehadiran anak kucing itu.

"lo bisa berubah kaya anjingnya sunghoon gak?" kucing itu memiringkan kepalanya, seakan tak mengerti dengan ucapan jay.

meow...

"dih, malah ngeong."

jay menepuk ruang kosong di sebelahnya. membuat kucing itu melompat cepat.

"jangan berak ye. kalau mau berak, bilang."

padahal, itu hanyalah anak kucing. bukan manusia yang bisa berbicara seperti dirinya.

"eh cing, eum... cing cing cing gak enak juga. gimana kalau gue kasih lo nama?"

meow...

"jungwon. kece tuh."

kitten; jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang