Prolog

5 1 0
                                    

Hari itu pulau seperti dihujani darah. 

Warna merah kehitaman mewarnai di tiap sudut pulau. 

Tubuh para eksekutor bergelatakkan layaknya buah terjatuh dari pohonnya. 

Merah pekat

Nafas tercekat

dan lalu teriakan

kedua belah pihak berseteru di antara dinding-dinding tinggi markas eksekutor.

Di satu sisi para eksekutor dengan pakaian pelindung dan senjata lengkap. Teriakan mereka tegas kuat dan teratur.

Di satu sisi para pemberontak dengan pakaian pelindung dari bahan-bahan alami pulau. Teriakan mereka serak dan penuh amarah. 

dan getaran itu datang. 

Pulau menyusul dengan amarahnya. Tanah bergetar, angin bertiup kencang, pepohonan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Retakan tanah terjadi di mana-mana. Membuat kedua pasukan bergeming dan berjatuhan. 

Di pusat gempa itu, 

jauh di dalam markas besar eksekutor

Seorang pria dengan tubuh besar memegangi mata kirinya. Warna merah darah mengucur di sela-selanya. Menetesi  baju seragam eksekutornya yang sobek disana-sini. Berbagai lencana mengkilap di bahunya  kini kusam oleh darah. 

Ia menatap ke koridor gelap di sisinya, menatap jauh dan hanya berbicara satu kata


"Vincent"






Bloom BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang