4. Negotiation

3 0 0
                                    

"Jadi kalian akan mendengarkan penjelasanku dengan posisi seperti ini?" Miria kini duduk di sebuah ruangan. Tali mengikat tubuhnya kencang ke kursi hingga tangannya tak terlihat di belakang. Kedua kakinya pun diikat di antara kaki kursi.  Ia menggeliat menggerakkan badannya yan terkunci. 

Aku menyeruput kopi ku sambil mengangkat bahu. Lalu mengangkat tanganku yang di perban. 

"Tentu saja kan?" kataku

'Semua flower yang waras akan melakukan hal yang sama ketika berhadapan dengan eksekutor kelopak 5. Heheh' Noa terkekeh, 'Beruntung kami hanya mengikatmu di kursi'

"Ya, beruntung kalian tak menjadi target eksekusi ku. Kalau tidak kalian sudah tamat meski aku duduk di kursi," Miria mengangkat bahu. 

Aku menenggak kopi ku. Meski berbicara seperti itu, aku tidak merasakan permusuhan dari Miria. Seakan-akan ia hanya berbicara fakta, bukan menakut-nakuti kami. 

Saat itu Miria pun melihat ruangan di sekelilingnya sembari membuka mulut, 

"Tempat persembunyian kalian?"

 Aku membalas pertanyaan Miria tersebut dengan anggukan bangga. 

Jujur saja, aku bangga memperlihatkan tempat ini pada orang lain. Ini salah satu tempat persembunyian paling cerdas yang aku dan Noa bangun. Berada di salah satu basement sebuah reruntuhan rumah. Takkan ada yang tahu bahwa ada tempat seluas ini di bawah tanah. Meski terlihat dari luar seperti rumah rusak dan beberapa dindingnya retak, tapi tempat ini masih bisa ditempati. Kami menaruh furnitur seadanya untuk beristirahat. Terdapat kaca-kaca kecil di sela-sela langit-langit dan kau bisa melihat ke luar. Sehingga kau bisa siaga melihat siapapun yang datang. 

'Tempat yang keren, kan?' Noa melontarkan apa kata hatiku. 

"Kau membawa kesini dan mengikatku disini karena khawatir aku mengeksekusimu. Tapi kau membuatku tahu tempat persembunyianmu?" Miria tersenyum pahit, "lagipula kelopak lima dilarang menyerang flower yang tidak menjadi target mereka."

'Kami tak ingin ada orang yang melihat kami berbincang santai dengan seorang eksekutor,' Kata Noa.

"Jadi, apa kau bilang tadi? ingin menelitiku?" Aku mulai tak sabar ingin mendengarkan penjelasan eksekutor di depan kami ini. 

'Kau bilang  kau adalah seorang profesor yang ahli di bidang roh?' Noa terkekeh mengejek, 'Jadi apakah pekerjaan sampinganmu adalah untuk mengusir hantu? hahaha!'

Setelah dipikir-pikir jabatan seperti itu memang kurang masuk akal. 

Bahu Miria kini terangkat dan dia agak tegang. Noa memang orang pertama yang mungkin bahkan bisa membuat seorang malaikat pun terpancing. 

"Aku tak bisa melihat roh semacam itu. Yang kumaksud adalah jiwa di dalam diri setiap orang. Setiap orang memiliki jiwa di dalam tubuhnya yang membuat ia bisa menjalankan fungsi tubuhnya. Tanpa jiwa, semua orang akan menjadi mayat. Dan tiap jiwa memiliki keunikan mereka masing-masing. Sedari kecil aku bisa merasakan dan memanipulasi jiwa seseorang. Bakat itulah yang aku gunakan untuk menguji para flower di kelopak lima. Aku bahkan bisa memanipulasi jiwa kalian sekarang," Miria tersenyum angkuh.

Aku melangkah mundur sedikit. Miria lalu melanjutkan,

"Tapi tak ada alasan bagiku untuk melakukan itu. Aku tertarik dengan keadaan jiwa kalian. Aku sudah pernah melihat banyak jiwa, tapi jiwa kalian ini unik sekali! Aku ingin menguji kalian di lab ku dan ingin tahu rahasia 2 jiwa di dalam satu tubuh yang ada di hadapanku ini," kini mata Miria melebar dan ia memajukan tubuhnya. Kini senyumannya berubah menjadi seseorang yang menatap mainan di hadapannya. Ia menatap kami dari atas ke bawah sambil melontarkan pertanyaan,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloom BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang