Haii haii...
akhirnya author mendapatkan ide kembali utk cerita ini, semoga kalian masih menunggu ya...
Selamat membaca!!!
Dan author juga tidak lupa ingin menginfokan jika beberapa karya author sudah bisa dibeli di Google play books atau Play store, kalian bisa langsung KLIK link yg ada di Bio author.
salah satu Karya Best seller author yang ada di wattpad juga sudah bisa kalian beli di sana. Judulnya " Hello Selebriti! "
Terima kasih...
-
Siang ini Ana bisa bernapas lega, dia bisa menikmati kesendirian yang dia idamkan sejak lama. Sam membatalkan janji makan siang mereka karena pria itu memiliki pekerjaan yang sama sekali tidak bisa ditinggalkan. Sam dengan kesal membatalkan janji mereka siang ini, tetapi bagi Ana ini suatu kebahagiaan. Ana berterima kasih karena ayah Sam memaksa Sam untuk bekerja dan dengan sedikit memelas Ana meminta izin pada Sam untuk tetap pergi makan siang seorang diri di luar. Ana juga mengatakan dia ingin membeli beberapa potong baju, tentu saja itu hanya alasan agar Ana memiliki waktu yang lama untuk menikmati kebebasannya itu. Semenjak mereka kembali dari Bali, Sam semakin posesif terhadapnya dan Ana sudah cukup terkekang.
Ana membuka buku menu di restaurant sushi favoritnya, memilih beberapa menu untuk dirinya seorang. Setelah memesan makanan, Ana meninggalkan pesan untuk Sam. Karena pria itu sudah memerintahkan dirinya untuk mengabari setiap hal yang dilakukan. Ana menurut, memberikan kabar tentang keberadaannya dan menginfokan makanan yang ia pesan. Setelah mengabari Sam, Ana meletakkan kembali ponselnya di dalam tas. Tatapannya teralihkan ke meja yang tidak jauh darinya, di mana meja itu sangat ramai. Keakraban satu sama lain, dan tawa menghiasi tempat itu, membuat hati Ana sedikit tercubit. Dia iri akan hal itu, dia tidak akan bisa seakrab dan selepas itu jika berada dengan Sam. Semua teman ataupun sepupunya akan menjaga sikap jika Sam berada di antara mereka.
"Dia...." gumam Ana saat melihat seseorang di antaranya. Ana mengingat jika salah satu pria di sana adalah pria di bandara waktu itu. Tapi Ana kembali bingung, pria manakah yang tidak sengaja bertemu dengannya saat itu karena saat Ana menoleh, ada pria dengan wajah yang sama di sana. Mereka kembar. Tampak salah satu dari keduanya merangkul mesra seorang gadis di sebelahnya, terlihat sangat mesra.
Ana tersenyum kecut, seandainya dia memiliki kekasih seperti pria itu mungkin dia akan tertawa lepas dan sebahagia gadis itu. Secara tak sengaja Ana menoleh ke arah pria satunya lagi, dan mereka bertatapan dengan kebetulan. Pria itu tampak tersenyum pada Ana dan Ana hanya tersenyum tipis sebelum mengalihkan pandangannya dari meja itu. Ana berpura – pura untuk fokus pada ponselnya kembali dan tak lama makannya datang.
"Seharusnya aku enggak pesan sebanyak ini." kata Ana, nafsu makannya sirna ketika keiriannya tadi muncul.
Setelah hanya menghabiskan beberapa potong sushi, Ana beranjak dari kursi menuju kamar mandi. "Maaf."
Ucapan itu membuat Ana menatap gadis yang hampir menabraknya karena mereka membuka pintu secara bersamaan. Ana menatap gadis itu, gadis dari meja di seberang tadi.
"Elo enggak apa – apa, kan?" tanyanya lagi.
Ana menggelengkan kepala. "Enggak apa – apa kok." Ana menunduk dan mengambil lip balm yang tidak sengaja terjatuh, milik gadis di depannya.
"Terima kasih." katanya.
"Oh ya, gue Sasa." gadis itu mengulurkan tangannya.
"Ariana." balas Ana.
"Elo yang duduk di meja nomor empat tadi ya?"
Ana mengangguk tidak menyangka Sasa melihatnya. "Elo sendirian?" tanya Sasa lagi dan Ana kembali mengangguk.
"Mau gabung sama gue? Kebetulan di meja gue masih cukup. Daripada makan sendirian, enggak asyik. Tenang aja teman – teman gue baik semua kok." kata Sasa.
Ana diam, dia ingin menolak tetapi melihat Sasa yang tersenyum dengan tulus dan melihat bagaimana Sasa mengajaknya membuat hatinya terketuk. Dia ingin memiliki teman – teman baru dan tidak ada Sam di sana. Mungkin Ana bisa memiliki warna baru dalam hidupnya sebelum Sam menguasi dunianya nanti setelah mereka menikah. Ana dengan ragu mengangguk dan dengan cepat Sasa menarik tangan Ana setelah Ana menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Sasa juga dengan cepat meminta pelayan untuk memindahkan makanan milik Ana ke meja Sasa.
"Guys, kenalin ini Ariana." kata Sasa saat Ana sudah bergabung.
"Ari, kenalin ini.."
"Ana. Panggil aja gue Ana." Potong Ana karena merasa asing dengan panggilan Ari.
Sasa mengangguk. "Ana, kenalin ini Austin. Dia tunangan gue. Ini kembarannya Azka, lalu ini Vina, Delvin, Ray. Mereka bertiga ini sepupu Austin. Sedangkan ini Gallen, kakak gue."
Ana menyambut semua tangan di sana, hanya saja Azka yang paling lama memegang tangannya. Ana menyimpulkan jika Azka adalah pria di bandara itu.
-
Azka Permana, nama itu teriang di pikiran Ana. Ana mengingat bagaimana suasana berbeda yang di dapatkannya siang tadi. Ana bisa tertawa lepas dengan kekonyolan di meja itu. Ana juga mengingat bagaimana Azka memaksa untuk mengantarnya pulang. Dalam perjalanan mereka mengobrol banyak hal dan Azka orang yang sangat ceria dan lucu.
Ana membuka pesan di ponselnya, pesan dari Azka yang membuatnya tersenyum tipis. Azka mengabari jika Delvin kalah taruhan karena dirinya berhasil mendapatkan nomer telepon Ana. Ana sama sekali tidak kesal karena para pria menjadikan dirinya taruhan seperti itu, karena Azka secara terus terang mengatakan hal itu padanya dan bagi keluarga pria itu sudah menjadi hal biasa mereka bertaruh. Mereka bertaruh dan berani bertanggungjawab atas apapun resikonya nanti.
Ana hanya membalas pesan itu dengan emotikon saja, tak lama dia mendengarkan deru mobil di halaman rumahnya yang sangat dia hafal dan dengan cepat dia menghapus pesan dari Azka. Dia mematikan ponselnya dan mengisi daya ponsel itu seakan ponsel itu kehabisan baterai. Ana berpikir cepat, menjaga – jaga jika Azka membalas pesannya lagi nanti dan agar Sam tidak tahu, dia meninggalkan ponselnya di kamar dan segera turun menyambut Sam.
***
Jangan Lupa di Vote yaa.. Makasihh
20 - 03 - 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariana
Teen Fiction"SHORT STORY" -Aurora Ariana Martin -William Sammy Hartono - Azka Permana Ana kecil selalu menghadapi kenakalan dan kejahilan dari Sam-anak dari sahabat baik kedua orangtuanya. Seiring berjalannya waktu semuanya berubah, sejak mereka beranjak dewas...