BAGIAN 1

362 8 5
                                    

Bak malam bermandikan cahaya bulan pada saat itu, terlihat seorang gadis menggunakan jilbab berwarna abu abu dan piyama tidur dengan warna yang senada sedang termenung di teras balkon minimalist rumahnya. Entah apa yang sedang difikirkannya pada malam itu, tanpa aba-aba air matanya berhasil jatuh membasahi pipinya dan dibiarkan begitu saja oleh gadis tersebut, dia tak peduli seberapa banyak air mata nya yang menetes pada pipinya. Gadis itupun menutup wajah dengan kedua tangannya lalu menangis terisak-isak

“Nissa,”

suara lembut dari arah kanan tadi berhasil membuat gadis itu berhenti dari isak tangisanya dan menoleh memperlihatkan kedua mata indahnya yang kini berubah menjadi sembap.

“Udah dong nangisnya ya sayang, Bunda yakin kita pasti bisa bahagia lagi kaya dulu,” ucap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan balutan jilbab panjang berwarna hitam yang menutupi dada seraya mengelus lembut punggung gadis itu.

Tatapan gadis itu kosong, tak lama sejenak gadis itu menepis tangan wanita paruh baya tersebut,

“Ck, Bunda gaakan pernah ngerti apa itu arti bahagia buat Nissa,”

jawab gadis itu kesal dengan nada penuh penekanan lalu gadis itu meninggalkan wanita yang dipanggil “Bunda” tadi dalam keadaan masih mematung menatap kepergiannya dengan mata berkaca-kaca,

______________________________

Ya, nama gadis itu adalah Annissa Salsabilla Setiawan yang kerap dipanggil Nissa. Dia gadis yang manis, pintar, berkulit kuning langsat, dengan tubuh mungilnya itu. Nissa adalah anak semata wayang dari kedua orang tua yang bernama Candra Setiawan dan Wulandari Kusumaningsih. Kedua orang tuanya belum lama bercerai dan kini Nissa tinggal bersama Bundanya yaitu Wulandari Kusumaningsih.

Seperti biasa bunyi alaram yang menggema selalu membangunkan Nissa dari tidur lelapnya,

“Ish, perasaan Nissa baru sebentar deh tidurnya ko udah jam 3 aja sih” rengek gadis yang memiliki mata cokelat madu itu sambil merenggangkan tubuhnya tak lupa ia pun membaca doa bangun tidur, kepalanya sedikit terasa berat dan pusing, mungkin karena efek semalaman ia menangis.

Dengan langkah kaki gontay ia pun mematikan alaram yang berada diatas meja nakasnya lalu memasuki toliet dan membasuh tangan terlebih dahulu seperti yang terdapat dalam hadist

Dari Abu Hurairah: Bahwa Rasulullah Saw., bersabda:

Jika salah seorang dari kalian berwudhu, hendaklah ia memasukkan air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya, barangsiapa yang beristinja’ dengan batu hendaklah dengan bilangan ganjil, dan jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, hendaklah ia membasuh kedua telapak tangannya sebelum memasukkannya dalam bejana air wudhunya, sebab salah seorang dari kalian tidak mengetahui dimana tangannya bermalam” (Hadist Bukhari: 157)

Dilanjutkannya dengan menggosok gigi lalu setelah itu ia pun berwudhu,

Air yang begitu dingin tidak menjadi alasan bagi Nissa untuk tidak bertemu dengan Sang Pemilik Alam Semesta ini. Dia yang Menciptakan pengelihatan, pendengaran, tetapi sedikit sekali diantara kita untuk bersyukur kepada-Nya.

Setelah selesai berwudhu, Nissa pun memakai mukena dan membentangkan sajadahnya seraya mengukir senyuman yang sangat membuatnya terlihat cantik. Bagaimana Nissa tidak tersenyum, ia akan bertemu dengan Rabb-Nya, bertemu dengan Dia Sang Pendengar semua doa, bukan hanya mendengar tetapi Dia juga Maha Pengabul semua doa. Disaat manusia bosan mendengarkan cerita kita yang itu itu saja, percayalah Allah akan selalu ada dan takkan pernah bosan mendengar keluh kesah kita yang juga itu itu saja.

“Allaahu Akbar,” Nissa pun memulai gerakan sholatnya hingga sampai pada saat sujud terakhir ia tumpahkan semua air matanya, tak kuasa ia menahan air matanya. Seketika ia teringat dengan ucapan Ayahnya yang pada saat itu sedang mengajari Nissa sholat dan Nissa masih berumur 4 tahun,

Sujud itu indah nak, engkau berbisik pada bumi tapi didengar oleh penduduk langit. Maka nikamtilah sujud dalam sholatmu,” Ucap Ayahnya pada saat itu,

Setelah selesai dengan rangkaian gerakan sholatnya, ia pun mulai melantunkan Dzikir dengan menggerak gerakan tasbih kecil ditangannya. Begitu khusyuk dan tenang, bulir-bulir air matanya kembali menetes ketika ia melantukan Asma-asma Allah. Nissa selalu merasakan ketenangan tersendiri saat moment seperti ini.

Menurutnya tiada hubungan yang lebih indah selain hubungan kita dengan Allah, sebaik baiknya hubungan adalah hubungan kita dengan Allah. Hubungan yang takkan pernah membuat kita kecewa, dan satu satunya hubungan yang dijamin tidak akan membuatmu tersakiti adalah hubungan yang terjalin antara kamu dan Allah.

Lalu setelah selesai berdzikir Nissa pun menengadahkan kedua tangannya,

Ya Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang melebihi sekalian penyayang. Tuhan Seluruh Alam dan Engkau lah Tuhanku. Ya Allah aku ini hamba-Mu yang sangat lemah sedang Engkau yang Maha Kuat bantulah hatiku agar selalu kuat dalam hal apapun, luaskan sabarku untuk selalu menerima apapun ujian yang Engkau berikan kepadaku walaupun itu terkadang membuat hatiku bersedih. Tapi aku tau Engkau takkan memberikan ujian pada hamba-Mu diluar batas kemampuan-Nya.” Ucap Nissa dengan air mata yang mulai menderas,

Setelah selesai berdoa Nissa pun mengambil Al-Qur’an mini diatas mejanya, Nissa pun memilih surah yang sangat ia gemari yaitu surah Al-Isra’ yang artinya “Memperjalankan di Malam Hari”

Nissa menyukainya karena didalam surah tersebut sebagian menceritakan tentang kisah Isra Mi’raj kisah perjalanan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang naik kelangit ketujuh dalam satu malam. Isra’ merupakan perjalanan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sementara Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah menuju Sidratul Muntaha, langit ke tujuh yang merupakan tempat tertinggi. Jadi, dua perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tersebut hanya ditempuh dalam satu malam.

Bukan hanya itu Isra Mi’raj juga sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad karena pada saat itu Abu Thalib yakni Paman Nabi Muhammad meninggal dunia, istri tercintanya yaitu Siti Khadijah juga meninggal dunia, lalu ketika Nabi Muhammad pergi ke kota Thoif untuk berdakwah beliau bukannya disambut dengan baik akan tetapi malah di lempari batu, disiksa, dipukuli oleh penduduk Thoif.

betapa sakitnya ujian yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad namun beliau tetap sabar sepanjang Allah tidak murka kepadanya, dan tetap ridha kepadanya.

Lalu perlahan lahan Nissa melantukan ayat perayatnya dengan tartil, ia murojaah sampai adzan shubuh berkumandang.

--------------------------------------
Alhamdulillah bagian 1 udah selesai ya mentemen, tunggu bagian yang selanjutnya ya!:)

ps : Al-Qur'an tetap bacaan utama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnnissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang