Chapter 1

61 7 0
                                    

Manusia itu berbeda. Tidak ada manusia yang sama di dunia ini, bahkan anak kembar sekalipun ada perbedaannya.

Kalimat itu tertanam di kepala (Name) dulu saat membaca artikel tentang karateristik manusia. Manusia polos berumur 8 tahun yang sedang gabut mencari sesuatu di internet, yang ia pikir hanyalah quotes semata--- ternyata sedikit berguna dalam kehidupannya untuk saat ini.

Untuk saat ini ya, entah 100 atau 200 tahun ke depan.

Tapi, kalimat tersebut ada benarnya juga sih. Ia dan Giyuu-- walaupun saudara kembar, memiliki perbedaan yang sering tak terlihat--- karena disembunyikan topeng datarnya. Walaupun perbedaannya juga mungkin gak begitu beda, sih.

Aih, kenapa jadi membahas ini sih? muter-muter pula? Lebih baik (Name) memfokuskan diri menghadapi rentetan angka dan simbol yang membuat otak panas dan mata berkedut.

Terbersit niat untuk menelepon Giyuu dan meminta mengajarinya, tetapi (Name) ingat bahwa Giyuu ada kegiatan klub nanti sampai malam. Lagipula, materi ini sudah diulang berkali-kali dengan cara yang bisa dibilang (tak) beradab, tak ada salahnya kan mengerjakan sendiri? Sudah cukup ia menyontek saat ulangan lalu, ia tak mau menambah dosanya.

(Name) menghela napas. Keningnya berkerut, membuat kedua alisnya hampir bertemu. Syukurlah bentuk alisnya tidak seperti Arthur--- jadi tidak kelihatan aneh.

Ia menaikkan kacamata yang melorot di batang hidungnya, sembari mengingat pesan sang kakak yang ia ulang berkali-kali.

"Baca soalnya, tulis ulang, baca lagi, pahami baik-baik, dan coba kerjakan."

Begitula kalimat yang biasa Giyuu lontarkan ketika mengajari adik kembarnya yang tidak tertarik dengan Matematika sama sekali. Matematika bukanlah tujuannya, bahkan ia tak ingin Matematikawan. Tuntutan akademik dan orangtua lah yang memaksanya.

(Name) menghela napas, sembari memijat pelipisnya. Lelah dipaksa ambis, jiwa proskatinasinya muncul kembali.

"Kurasa.... Besok saja mengerjakannya. Aku sudah lelah."

*****************
"Pagi."

"Pagi juga, kak."

(Name) menarik kursi meja makan mundur, menimbulkan bunyi gesekan antara kaki kursi dan lantai keramik yang putih. Sementara ibunya mengoles selembar roti dengan selai coklat dan menaruhnya di kotak makan. Ayah mereka juga terlihat merokok sembari mengibaskan koran, ditemani segelas kopi— mengabaikan Giyuu yang sedikit menjauh karena asap rokoknya itu.

Melihat itu (Name) jadi berpikir untuk membuat aturan baru, yaitu dilarang merokok dalam rumah. Sayang, dia bukan kepala keluarga dan masih tahu diri.

"Aku berangkat duluan," (Name) bangkit dari tempat duduknya. Ia sudah tak tahan berada di sini.

"Eh?? Kau berangkat jalan kaki?? Naik mobil saja seperti biasanya!" sang Ibu bertanya pada (Name).

(Name) berbalik menghadap sang Ibu. Matanya sempat menerawang ke seluruh ruang makan, dan mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya. Sesaat kemudian ia tersenyum, dan terlihat dipaksakan. 

"Sekali-kali berolahraga tidak apa-apa kan?"

.

.

.

.

.

.

.

********************* 

Hufft- bertemu lagi dengan kana ..... //tepar 

maaf banget ya, baru bisa update sekarang ... soalnya kemaren sibuk try out dan ujian, sekarang kana juga lagi praktek 

dan disini hubungan giyuu sama name itu saudara kembar ya, bukan pacar apalagi suami-istri. Yakali 😭 

Ngomong-ngomong, selamat berpuasa bagi yang menjalankan! walaupun kana tahu ini telat, tetapi lupakan. Kurangi minum amer, marilah minum m*rjan

//meanwhile albert yg batalin puasa sambil ngamer: HUATCHIM! 

#garing

#lupakan

#purapuragakliatsaja

-Kana 
















Difference || T. Giyuu [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang