Chapter 2

30 5 1
                                    

Tomioka bersaudara. Kembar, dari segi sifat maupun penampilan. Bedanya, mungkin sang kakak yang terlihat lebih tinggi. Memiliki Ayah yang seorang pengusaha kaya, serta Ibu cantik yang bersahaja.

Begitulah yang ada di pikiran orang mengenal kembar Tomioka tersebut. Mereka menghormatinya, sebagaimana mereka menghormati ayahnya. Mungkin, jika dilihat dari permukaan, sifat kembar tersebut hampir mirip. Tapi, siapa yang tahu?

***************************

"(Name)."

Giyuu mendekati (Name), dengan kedua tangan yang terbungkus dalam saku celana seragam. Pandangannya sekilas tenang, tapi jika dilihat baik-baik, sedikit mengintimidasi dan angkuh. (Name) menoleh malas, dengan berani menatap mata Giyuu dengan tak kalah tajam juga.

"Apa..?," tanya (Name) dingin. Toh, mestinya ia sudah tahu arah pembicaraannya kemana. Sial, ia lupa membawa kapas penyumbat telinga-- walaupun ujung-ujungnya dibuang juga sama Giyuu, sih.

"Mau kemana lagi kamu?" ujar Giyuu, matanya menerawang, memerhatikan penampilan sang gadis, "dan sejak kapan kamu membawa skateboard?"

(Name) mengeratkan pegangan pada skateboard-nya.

"Tadi kutitipkan di Reki."

Giyuu beradu tatapan dengan (Name), dan dibalas sang gadis dengan tatapan tajam juga. Giyuu berbalik, meninggalkan (Name) di bawah guyuran senja.

"Terserah kamu. Aku tidak ikut campur lagi dalam urusanmu," ujarnya.

Mendengar itu, hati (Name) tersenyum-- meskipun bibirnya masih datar. Dia berjalan membelakangi Giyuu, meninggalkan matahari yang tenggelam memancarkan sinar senja diantara mereka berdua.

*************************************

Benang kalau ditarik semakin jauh maka akan semakin tegang.

Sepasang kaki mendarat dengan skateboard dengan aman. Melaju dengan kecepatan sedang, mengitari jalanan sepi nan asri. Toh, orang biasanya juga jarang melewati jalan ini. Terkenal akan rumor seramnya, dan itu tak membuat (Name) kapok ke sana setelah dikejar setan.

Ok, lupakan yang tadi.

(Name) memandang lurus jalanan di depannya, membiarkan sang kaki mengendalikan papan skateboard. 8 tahun terakhir, hubungan dia dengan Giyuu semakin meregang. Entah apa penyebabnya, yang pasti perilaku (Name) beberapa tahun semakin berubah. Semakin pendiam, semakin nolep. Kontras dengan Giyuu yang walaupun tetap-sama-pendiamnya, otaknya malah semakin encer.

Dan kalau dipaksa tarik lagi maka akan putus.

Sebenarnya otak (Name) tak bisa dibilang encer maupun kentang, sedang lah. Hanya saja, ia sudah tak tertarik lagi dengan sekolah. PR-PR yang mengantre minta dikerjakan, nilai-nilai ulangannya yang semakin jeblok (beruntung nilai ujiannya masih aman), sifatnya yang semakin kaku dan dingin, mungkin efek dari karantina hampir satu tahun.

Dan juga .... hubungan mereka yang semakin meregang. Semenjak ia remaja, Giyuu lebih suka mengurung diri di kamar berjam-jam, sementara (Name) menggulir ponsel dan layar laptop. Dan hupla, hampir enam bulan setelahnya Giyuu berhasil membawa kabar baik yaitu:

Ia menang dalam menulis novel remaja. Karyanya sebentar lagi akan diterbitkan.

(Name) hanya mengulas senyum tipis, bahkan ketika ia dibanding-bandingkan dengan Giyuu, hingga kalimat 'jangan-maen-hp-teros, belajar yang bener,' dll, (Name) tetap tersenyum miris. Hatinya menjerit.

Mak .... tidak tahukah Anda bahwa (Name) memiliki 100 followers lebih di akun w*ttp*d-nya? dan salah satu karyanya yang hampir dijadikan novel jika-saja-(Name)-tak-menolaknya.

Maaf menyombong--- tapi itu kenyataan, my friend.

(Name) memelankan laju skateboardnya, ketika melihat dua orang manusia berbeda warna surai berdiri melambaikan tangannya di depan, seolah-olah lama tak berjumpa. Yang satunya berwarna merah, berteriak memanggil namanya. (Name) hanya membalas dengan senyuman. Yang satunya lagi hanya memandang polos, seraya melambaikan tangannya.

"(NAMEE)-SANN!!"

"Reki, suaramu terlalu keras."

"Jadi gak nih?"

Kedua orang itu menoleh ke arah (Name), dan tersenyum.

"YOSHA! YANG KALAH TRAKTIR KITA YA!"

"OI! REKI!"

"O ya oya? coba saja kalau bisa!"

dan semakin menjauh.

*****************************************

Derak pintu bergaung di lorong panjang yang sepi. Tampak seorang gadis yang susah payah membuka pintu besar tersebut, dan tubuh kecilnya menyempil masuk di antara celah pintu. Diakhiri pintu yang tertutup.

(Name) menghela napas lega, melihat lorong panjang yang sepi sunyi. Bahkan rasanya ia mampu mendengar langkah kaki semut saking sepinya.

(Name) melangkah pelan. Skateboard-nya ia sampirkan ke belakang, berusaha menyembunyikannya dari anggota keluarga. Sekali lagi (Name) menghela napas lega. Sepertinya tidak ada orang di ruangan ini.

"Nona—"

Ralat. Bagai disambar halilintar, (Name) berjengit— jantungnya nyaris saja lepas jika ia tak mampu membalikkannya ke tempat semula (#eh). (Name) gemetar memegang skateboard-nya. Ia membalikkan badan, dan bersyukurnya orang yang ia lihat bukanlah ibu atau ayahnya, melainkan pelayannya.

"Kenapa Mbak?" (Name) berusaha menetralkan napasnya.

"Anu... Tuan Muda Giyuu kecelakaan saat pulang sekolah tadi... "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Difference || T. Giyuu [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang