Citra dan Selly adalah siswa lulusan dari SMP Negeri 1 Jayakarta. Setelah mereka lulus, mereka melanjutkan pendidikan di SMA favorit, SMA Negeri Lima Sila. Mereka adalah siswi berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah ini.
Selama mereka bersekolah di SMA Negeri Lima Sila, banyak yang membully karena mereka berasal dari keluarga yang sederhana. Pada suatu hari, sekolah mengadakan camping keluar kota, lebih tepatnya ke puncak Bogor. Sebenarnya Citra dan Selly tidak ingin ikut, tetapi karena mereka mendapatkan beasiswa dan selalu menjadi juara kelas ataupun mengikuti lomba jadi mereka tidak perlu membayar iuran untuk ikut camping ke puncak Bogor.
Saat sudah sampai di tempat perkemahan , mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam satu kelompok berisi 4 orang yang akan tidur di satu tenda. Citra dan Selly satu tenda dengan Tania dan Maretha yang suka membully mereka. Tania dan Maretha adalah orang yang sangat usil. Mereka ingin Citra dan Selly tidak bersekolah lagi.
"Citra, Selly, nanti kita enggak mau tidur bareng kalian. Kalian di depan, kita di dalem." Tania berbicara tanpa mau melihat ke arah Selly dan Citra.
"Tapi, di depan kan udah penuh barang-barang kita ..." protes Selly.
"Berani protes? Lagian emang tempat kalian kan pantesnya barengan sama semua barang-barang itu!" Maretha melotot ke arah dua perempuan itu.
Tidak ada perlawanan lagi. Mereka yang merasa mereka 'tak pantas melawan hanya diam dan saling menatap setelah Maretha dan Tania menghilang dari hadapan mereka. Helaan napas terdengar sangat menyesakkan. Haruskah orang-orang seperti mereka diperlakukan serendah itu? Memang mereka sudah biasa, tapi tetap saja raja sakit dan sesak itu ada.
"Yaudah ke depan, yuk. Mereka juga enggak bakal berubah pikiran," ucap Citra seraya menenteng selimut dan ranselnya.
Selly mengukuti Citra dengan wajah yang masih cemberut. "Kenapa sih mereka tega banget sama kita, mentang-mentang anak orang kaya," cibirnya.
Citra yang tengah menggelar sebuah kain pun menoleh. "Ututu ... sahabatku lagi gedeg banget keknya." Citra mencubit pipi Selly.
Selly menepis tangan Citra lalu mengusap pipinya. "Sakit ish!" keluhnya yang dibalas kekehan oleh Citra. "Ya siapa juga yang enggak gedeg kalau dijahatin mulu tiap hari. Bahkan udah malam pun mereka nggak capek ngebully kita."
"Sssttt, udah jangan berisik. Kamu tenang aja, nanti kita balas mereka," bisik Citra dengan senyuman jahatnya.
"Hah? Gimana?" tanya Selly kepo.
"Kamu lupa kalau barang-barang mereka ada di sini semua?" Citra bertanya sambil menunjuk tumpukan barang yang ada di belakang Selly.
Untuk sesaat Selly melongo dan kemudian ia pun menatap Citra 'tak percaya. "Cit, kamu serius?"
Citra mengangguk mantap. "Nggak parah, kok. Cuman kita tukar aja daleman mereka sama yang lain, hihi ..."
Selly menyentil dahi sahabatnya itu kesal. "Heh, kalau kita kayak gitu, nanti kita sama aja dong kayak mereka!"
"Ya, tapi nggak ada salahnya sesekali kita yang jahilin mereka?"
"Iya, gak ada salahnya. Tapi mikir juga dong, nanti mereka pasti tau kalau kita pelakunya, terus mereka nggak bakal tinggal diam."
Citra termenung. Ia pun merebahkan tubuhnya. "Bener juga yak," ucapnya pelan.
"Udah ah! Tidur aja, gih!"
"Iya-iya!"
Tanpa mereka sadari, Tania mendengar percakapan mereka. Ia tadinya kebelet pipis sehingga mau keluar dari tenda, tetapi ia malah dikejutkan dengan percakapan singkat dua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Album Kisah
Short StoryMenuliskan kisah dalam sebuah cerita. Sebab cerita tidak akan lekang oleh waktu, 'tak berkesudahan hingga kapanpun. Bersamanya kita merajut kisah dan menorehkan dalam album ini, Album Kisah.