Seperti kata pepatah yang mengatakan bila cinta bisa datang dan pergi begitu saja tanpa terketahui, cerita romansa Aneila Ghasanni dan Arshad Pradipta juga tertera demikian. Alur yang mereka jalani, seakan maju dan mundur. Tarik dan ulur. Meski di masa lalu hubungan mereka sarat akan kata selesai, nyatanya ketika masa depan menanti, Aneila dan Arshad kembali berpadu menjadi satu. Menjadi sebuah kata, kita.
"Aneila Ghasanni, bisakah kita seperti dulu?"
Perempuan anggun dengan tinggi semampai itu memandang pria berseragam khas yang kini tengah berdiri menjulang di depannya, menatapnya serius dan seolah penuh cinta.
"Aku masih mencintaimu, tidak pernah berubah bahkan sejak tujuh tahun yang lalu." Ucapnya lantang. Dia memberi seutas senyuman tipis pada Aneila. Namun, Aneila enggan membalasnya. "Aku tahu aku salah. Aku tahu aku egois. Aku tahu aku pria yang brengsek. Tapi, bisakah kamu memberi kesempatan untuk pria brengsek ini?" Arshad Pradipta berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Aneila yang sedang duduk di sofa."An, aku mencintaimu. Selalu." Arshad menggenggam jemari Aneila. Pas, seakan memang jemari perempuan itu diciptakan untuknya. Untuk Arshad genggam sepanjang hidupnya.
Aneila bungkam. Sedangkan, Arshad tidak berhenti menatap Aneila penuh puja, damba, dan tentu saja cinta. Pertemuan tidak sengaja antara mereka sebulan yang lalu membekas sekali di hati Arshad. Anelia, dia kekasih masa remajanya yang belum usai, bagi Arshad. Aneila adalah gadis periang yang mudah bersosialisasi dan pandai berbicara. Saat SMA dulu, Arshad jatuh cinta dengan Aneila diam-diam selama satu tahun. Di tahun kedua, entah takdir yang memang menyetujui mereka berdua atau karena usaha Arshad mendekatinya, Aneila juga menyukai Arshad. Dan setelahnya, kedua insan itu merajut sebuah hubungan.
Jangan tanyakan kebahagiaan dan metamorfosa yang melingkupi mereka berdua.
"Lalu kenapa kau pergi malam itu?"
Arshad kembali pada alam sadar. Namun, bibirnya kelu untuk menjawab pertanyaan Aneila, kalimat pertama yang ia ucap. Aneila menyunggingkan senyuman remeh, "Begitu saja tidak bisa membalas. Dasar pembual." Aneila menyantak paksa tangan Arshad dan dia bangun dari duduknya. Melihat gelagat Arshad yang ingin mencegahnya keluar dari ruangan ini, Aneila berbicara lebih cepat. "Berhenti untuk mengatakan mencintaiku dan berhenti untuk percaya bahwa aku bersedia menerimamu. Itu hanyalah sebuah lelucon."
Aneila menatap Arshad tepat di manik matanya, "Dan berhenti percaya kalau kesempatan kedua ada dan aku dengan sukarela menerimanya." Telak. Kalimat yang Aneila keluarkan mampu membuat Arshad diam seribu bahasa. Aneila sudah meninggalkan ruangan ini. Meninggalkannya. Padahal, perempuan itu belum mendengarkan penjelasannya tentang suatu malam yang berhasil memporak-porandakan hubungan mereka.
"An, aku tidak pernah menghianatimu. Tidak pernah." Arshad bergumam. "Apa yang harus kulakukan lagi agar membuatmu percaya? Apa aku harus benar-benar pergi seperti yang kau bilang?" ujarnya hampir menyerah. Namun, bisakah ia? Bisakah Arshad menyerah pada takdir di saat ia sendiri belum mencoba untuk meluluhkan Aneila yang masih menganggap kesalahpahaman di antara mereka adalah bencana?
Tidak.
Arshad tidak boleh melakukannya. Itu sama saja dia mempersingkat masa hidupnya tanpa ada Aneila yang ia bayangkan menjadi masa depannya. Maka dari itu, Arshad harus berusaha dan membuktikan pada Aneila bila kisah mereka belumlah usai. Sejak tujuh tahun yang lalu, tak ada kata perpisahan yang terlontar. Baik Aneila maupun Arshad, mereka masih berada di jalur yang sama. Jalur yang membawa mereka pada cinta yang sesungguhnya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aneila Ghasanni binti Ahmad Ghasanni dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan cincin tersebut, tunai."
"Gimana para saksi?"
"Sah! Sah! Sah!"
"Alhamdulillah."
Arshad tidak pernah berhenti bersyukur. Penantian yang ia tunggu-tunggu sangatlah berbuah manis. Aneila... kembali padanya. Kembali ke pelukan dan sisi Arshad. Tidak mudah memang menaklukan Aneila yang bertransformasi menjadi wanita dingin yang sangat galak. Sungguh. Mulanya saja, Arshad harus bersiap hati bila Aneila berkata ketus padanya saat pria itu dengan tiba-tiba datang ke tempat kerja Aneila. Dan tentu saja, mengganggu pekerjaan Aneila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthology : Romance Short Story
Romansa"Every person, life, and how what they do is different. You have no reason to destroy it, because God prepared everything before you born." ---------- Just short story collection with any things about; cool man, romantic, sweet, arrogant, and don't...