ㅡshr. O3

562 131 58
                                    

jangan lupa vote+comment

Kedua kelopak mata Saeron perlahan terbuka, kemudian pupilnya mengecil menyesuaikan jumlah cahaya yang diterima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua kelopak mata Saeron perlahan terbuka, kemudian pupilnya mengecil menyesuaikan jumlah cahaya yang diterima. Ia mengerjap beberapa saat, menatap langit-langit kamar sebelum dahinya membentuk kerutan.

Saeron cepat-cepat merubah posisi menjadi duduk. Sebentar... ia tidak sedang bermimpi kan? Tanyanya dalam hati. Tapi kalau dilihat-lihat dari kamar yang ia tempati, ini bukan kamarnya maupun kamar kosan menyeramkannya.

"Hp gue mana?!" Ia bermonolog kecil dan menghela napas lega begitu menemukan benda pipih itu di nakas.

"Udah bangun lo?"

Saeron sontak menoleh ke pojok ruangan. Di sana ada Jaemin yang terduduk di sofa single.

Perempuan itu menelan salivanya susah payah, "Gu-gue di mana?"

"Ya di rumah gue?" Jaemin beranjak, pindah ke kursi dekat Saeron, "Tadi lo pingsan. Kurang lebih 25 menit yang lalu. Telfon lo gak mati, malah temen lo minta diganti ke video-call."

Saeron melirik layar ponsel, di sana terlihat Siyeon yang tengah tertidur. Ini sudah sangat larut, ia tidak heran.

"Minum dulu gih."

Saeron menurut. Kemudian ia kembali menatap Jaemin, sorotnya penuh akan tuntutan.

Yang mana itu berhasil membuat Jaemin menghela napas kasar, "Renjun." Katanya.

"Renjun apa?"

"Sebelum lo pingsan, lo nanya gue tau dari mana kan?" Pemuda itu melanjutkan, "Gue tau dari Renjun."

Refleks, Saeron meremat seprai kuat-kuat. "Kata lo Renjun udah gak ada?! Kalau ngomong tuh yang jelas dan gak setengah-setengah bisa gak sih?!" Sungutnya.

"Oke, untuk ukuran tamu baru lo sedikit bar-bar ya. Kayak yang Renjun ceritain ke gue." Jaemin mangut-mangut, kemudian kembali berujar santai.

"Ada beberapa orang yang dikasih kelebihan, gue termasuk." Katanya. Sebelum menarik napas dalam-dalam dan mulai menceritakan kejadian 2 tahun silam.

Waktu itu, daerahnya sempat geger karena kejadianㅡkatanya sihㅡtabrak lari. Mayat korban tergeletak di dekat gapura perumahan Jaemin dan seperti kebanyakan orang, Jaemin pergi ke gapura untuk melihat korban. Ia masih ingat bagaimana rasa sesak juga sakit yang bercongkol kala manit cokelatnya menyadari bahwa seseorang yang dilumuri darah adalah Huang Renjun, sahabatnya.

Jaemin menatap tubuh Renjun nanar. Ada beberapa sayatan di tangan, sementara lehernya terdapat bekas tali yang melingkar. Ia juga bisa melihat jejak darah yang keluar dari mulut pemuda itu. Tidak terlihat seperti korban tabrak lari memang, tapi polisi menyatakannya seperti itu.

Lalu selama semingu sejak kejadian itu, Jaemin terus-terusan mengalami mimpi buruk. Ia terbangun tengah malam dan menangis dalam diam.

Sebelumnya Renjun bercerita kalau ia pindah kosan. Jaemin memaksa dikirimkan alamat, tetapi Renjun tidak juga memberiㅡsampai beberapa jam sebelum tanggal 23 Maret tiba. Renjun terpaksa karena Jaemin terus-terusan meminta.



Singkat ; Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang