Madness 10: Finally Free

3.2K 448 163
                                    

Neo membuka matanya, menyudahi tidur lelapnya dan beringsut turun dari tempat tidur. Seperti biasa, ia hanya menyibakkan selimutnya, membiarkan selimut itu tersingkap tidak beraturan di atas tempat tidur. Meski pun Riley sering kali menegurnya untuk sedikit lebih rapi mengatur tempat tidurnya, Neo tak ingin repot-repot mengikuti saran Riley. Baginya, tempat tidur yang berantakan pun tetap nyaman untuk ia tiduri.

Neo membasuh mukanya, menggosok giginya dan mengganti piyama tidur dengan pakaian rumahan. Ia berjalan keluar dari kamar, siap untuk memulai harinya.

Langkahnya berdiri di kamar tidur Tyler, pintu kamar itu masih tertutup rapat. Neo menyeringai, sebuah ide terlintas di benaknya. Neo menyeringai, Ia membawa langkahnya menghampiri kamar Tyler, pelan-pelan membuka pintu kamar itu. Neo tak sabar untuk mengejutkan Tyler, wajah terkejut pemuda itu amatlah menggemaskan bagi Neo.

Neo telah masuk ke dalam kamar Tyler, berjalan dengan hati-hati menghampiri—tempat tidur Tyler yang kosong.

"Oh, fuck...!" umpat Neo kesal sambil memutar bola matanya. Ia kecewa, hari ini pemuda itu telah bangun lebih dulu darinya, pikir Neo seraya membawa langkahnya pergi meninggalkan kamar Tyler.

"Pagi," sapa Xing saat melihat Neo turun dari tangga dan bergabung di lantai bawah.

"Morning," balas Neo ringan dengan suara yang tak bersemangat berlalu melewati Xing dan menuju ke ruang makan.

"Shit," ujar Neo saat melihat Ian menggendong Lena sembari meletakkan gelas berisi jus beri di meja makan.

Gadis kecil itu menyadari kehadiran Neo di ruang makan, memandang Neo yang berjalan menghampiri kursi di seberang meja makan.

"Where is Tyler?" tanya Neo kepada Ian.

Ian mengendikkan bahunya, "mungkin ia masih tidur?" ujar Ian.

"No, he is not. His room is empty!" balas Neo.

Ian menghentikkan tangannya dari menata meja makan dan menatap Neo. "Apakah semalam ia tidak pulang?" tanya Ian.

"DUNNO!" jawab Neo yang mulai kesal, dengan kasar menarik kursi meja makannya dan duduk dengan wajah cemberut. Tak pernah ia bayangkan ia memulai paginya begini uring-uringan.

"Aku tidur larut semalam, tapi aku tak melihat Tyler pulang." Xing menanggapi setelah ia masuk ke ruang makan bergabung dengan Ian, Lena dan Neo.

"Aneh sekali, ia bukan Neo yang suka berkeliaran di luar rumah." Ian menggumam, Xing menghampiri Ian dan mengulurkan kedua tangannya pada Lena. Lena yang melihat Xing bermaksud untuk menggendongnya, dengan senang hati beralih ke Xing. "Kemana terakhir kali ia pamit pergi?" tanya Ian.

"Aku tak tahu," Xing menjawab sambil membawa Lena bersamanya duduk di kursinya.

"I dunno too," jawab Neo, menggembungkan kedua pipinya.

Ian menghela napas, "apa dia membawa ponsel?"

"Kurasa tidak setelah Neo merusak ponselnya." Xing menjawab.

"Ada apa? Kenapa kalian membuat wajah serius pagi-pagi?" Riley menegur, ia masuk ke ruang makan dengan satu nampan piring berisi waffle dan pancake dan meletakkan piring itu di meja makan.

"Tyler belum pulang sejak kemarin," Ian menjawab.

Riley yang mendengar jawaban Ian, mengarahkan pandangannya ke Neo.

"Tidakkah kau punya ide kemana perginya Tyler?" tanya Riley, kini semua pasang mata menatap ke arah Neo. Neo memejamkan matanya dan mengingat-ingat kemana Tyler mungkin pergi. "Kau tahu, bukan? Tyler bukan anak yang senang menghabiskan waktu di luar sendirian. Kemana ia pergi selalu berhubungan denganmu."

SINFUL MAD LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang