6

254 55 17
                                    

Heihoo..
Aku update sekarang aja, karena minggu depan mau kembali fokus dengan skripsi ku tapi tetap bakalan diusahakan update walaupun aku juga gaktau jadwalnya kapan..

⚠️Part ini banyak mengandung umpatan kasar⚠️
Mohon bijak dalam membaca, jangan sampai kalian juga tersulut emosi.

Jangan lupa voment, guys✨




"GAK BISA GINI TERUS. BERANI-BERANINYA TUH COWOK ANTARIN JENIA SEOLAH-OLAH DIA LUPA PERBUATAN YANG UDAH DIA LAKUIN. BAJINGAN EMANG!!"

"Shella udah yaa. Duduk sini, jangan marah-marah mulu. Tenang, tarik nafas terus keluarin pelan-pelan."

"TENANG GIMANA? LO KAYAK GINI, KARENA MAU BELAIN SAHABAT LO YANG BRENGSEK ITU KAN?!"

"Enggak Shell. Serius gue gak belain dia. Yampun kok jadi gue sih yang kena."

Suara keributan itu terus terdengar di telinga di Jenia selama ia mandi. Shella, sahabatnya itu sejak tadi tidak berhenti mengoceh hingga Kaleo yang tidak ada hubungannya pun ikut terseret dalam hal ini. Jenia sempat merasa kasihan pada Kaleo tetapi mau bagaimana lagi, Shella sangat susah di taklukan jika sudah mengamuk.

Sebenarnya saat masuk tadi, ia sudah di serang dengan seribu pertanyaan dari Shella. Tapi, ia berhasil menghindar dengan alasan mandi. Karena, tidak mungkin ia berhadapan dengan Shella dalam kondisi pikiran dan hati yang masih kabut. Alhasil, Kaleo lah yang menjadi sasaran empuk dari amukan Shella.

Baru saja kakinya melangkah keluar dari kamar, ia telah disambut oleh teriakan Shella yang menggema di seluruh ruangan. "JENIA, CEPAT LO JELASIN KENAPA BISA BAJINGAN ITU ANTAR LO KESINI?"

Jenia menghela nafasnya kasar, "Mobil gue mogok, Shell. Mau berapa kali sih gue bilang?"

"Mogok gimana?"

"Ya, mogok! Lo tau mogok gak sih. Mobil gue mati tiba-tiba."

"Anjir! Gue juga tau kalo mogok itu mati. Maksud gue kalo mobil lo mogok ya apa hubungannya sama si bajingan itu?"

Jenia memutar bola matanya malas, "Dia gak sengaja lewat. Terus nawarin gue buat pergi bareng. Awalnya gue gak mau tapi dia nungguin gue hujan-hujanan di luar mobil gue. Ya terpaksa lah gue ikut. Gue juga bingung mau kesini naik apa. Lagipula, jalanan sepi banget tadi. Tapi ada Bara kok, jadi gue gak cuma berdua dengan dia di mobil." jelas Jenia.

"Udah ya Shell. Gak usah marah lagi. Itu Jenia udah jelasin loh" Kaleo menyahuti, ia menarik tubuh Shella agar duduk tenang disamping dirinya.

"Gue benci banget sama tuh cowok. Rasanya pengen gue jambak, gue tendang, gue ikat di bawah pohon mangga." ucap Shella menggebu-gebu. Emosinya masih belum surut.

"Bukannya lo juga udah tau ya ceritanya, Bang?" tanya Jenia seraya mengambil cemilan keripik di atas meja.

"Lo pikir kalo gue yang jelasin, nih anak bakalan percaya gitu?" Kaleo balik bertanya yang dijawab gelengan kepala Jenia. "Itu lo tau. Lo pake acara lama lagi mandinya. Dari tadi gue yang kena semprot."

Jenia tertawa renyah, merasa tak peduli dengan penderitaan yang dialami pria berkulit tan itu.

"Bilangin ke teman lo ya, Kal. Jangan berani-berani dekatin Jenia lagi. Kalo dia masih pengen hidup lebih lama." ancam Shella yang langsung diiyakan oleh Kaleo. "Iya udah ah. Gakusah marah mulu Shell. Kita kesini kan mau liburan." ucap Kaleo lembut sembari mengusap pucuk kepala Shella berusaha menenangkan emosi gadis itu.

Jenia yang melihat pemandangan itu tampak bingung. Kedua alisnya tertaut, "Kalian udah jadian?" celetuknya.

Seketika itu juga Shella melempar sebuah bantal ke arah Jenia, "Mulut lo, Je."

Rosa AlbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang