INTRODUCE

8 1 0
                                    

"Maaf, Nak ... Ibu harus pergi," pamit wanita itu.

Ia meletakan sebuah keranjang rotan di depan pesantren yang sangat jauh dari tempat tinggalnya.

"Cepat! Nggak usah nangis. Saya tidak suka melihatnya.

Dengan berat hati wanita itu membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan keranjang tersebut.

***

Malam hari di Kota Jakarta  di guyur hujan deras. Terdengar tangisan bayi di depan pesantren, wanita yang tengah melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an segera menghentikan aktivitasnya kala suara itu terdengar di kedua telinganya.

Wanita itu berjalan keluar dan mencari sumber suara yang kian mengeras.

"Astaghfirullahal'adim," kaget wanita itu.

Yap di keranjang rotan itu terdapat bayi perempuan yang tengah menangis. Ia segera menggendong bayi itu, dengan perasaan iba ia menimang-nimang bayi itu agar berhenti menangis.

Ia segera membawa tas yang tergeletak di samping bayi itu dan membawanya masuk.

***

19 tahun kemudian ....

Hari ini adalah kepulangan putri pesantren. Para sahabatnya sudah menunggunya di bandara dan satu orang pemuda yang tengah duduk di kursi ruang tunggu.

"DIYAAA!!!" teriak salah satu sahabatnya.

Sontak kedua orang di sampingnya menoleh ke arah teriakan gadis itu.

Dari arah berlawanan terlihat seorang gadis berusia 19 tahun mengenakan gamis susun berwarna mustard dengan jilbab pashmina plisket berwarna coklat di lengkapi kacamata hitam dan snaekers berwarna putih yang menambah keanggunannya.

Tangan kanannya menggeret koper biru berukuran besar dan di samping kanan kirinya terlihat dua orang paruh baya menuju ke arah mereka.

"Diya, aku kangen ...," ungkap Kinanti sembari memeluk Sadiya.

Ya, seseorang yang Kinanti dan lainnya tunggu adalah Sadiya, putri pemilik pesantren ternama di Jakarta dan yang membersamai Sadiya adalah Abah Rizal dan Ibu Habibah, pengasuh Pondok Pesantren Darrul Qur'an.

Sadiya membalas pelukan hangat Kinanti, menyalurkan rasa rindunya. Merasa terabaikan satu gadis di belakangnya ikut memeluk Sadiya yang juga merindukannya.

"Aku juga kangen kali," sela gadis itu.

"Iya Tika, aku juga kangeen banget sama kamu," balas Sadiya.

Kinanti dan Atika, mereka adalah para sahabat Sadiya di pesantren, meski banyak teman lainnya mereka lah yang paling dekat.

Mereka menyudahi peluk rindu mereka kala pria yang berdiri di belakang mereka memanggil Diya.

"Diya," panggil pria itu dengan senyuman yang terus menghiasi paras tampannya.

"Kamu siapa?"



Assalamulaikum teman-teman, bagimana kabar kalian hari ini? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, ya Aamiin ...

Welcome to LAVENDER STORY!

Kalian panggil aku LAVENDER Aja, ya ...

Gimana nih puasa teman-teman di hari ke-14 masih full atau udah bolong? SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA bagi teman-teman yang menjalankan.

Keep spirit and keep strong

Jangan lupa senyum.
Jangan lupa Baca Al-Qur'an
Jangan lupa Sholawat.

Thanks for readers and voters.

See you next chapter.

LAVENDER.

DILEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang