Kulangkahkan kaki ku menuju dalam gerbang besar tanpa celah sediktpun orang-orang biasa menyebutnya dengan sebutan "Penjara Suci" entahlah mengapa orang-orang menyebutnya demikian.
Sungguh, ini bukanlah kehendak ku. Ini semua kehendak Abi yang mau tak mau harus ku turuti karena memang ini hukuman untukku dari Abi. arghhh! Tak bisa ku bayangkan hidupku setelah ini? Tanpa Abi dan Umi ?
Ini semua karena Abi sangat murka dengan ku karena sempat memergoki ku berboncengan bersama cak ndalem. Aku tahu ini salah, tapi seandainya Abi tahu masalah yang sebenarnya , aku tak pantas di hukum seperti ini. Tuhan.....!
" Abi sangat Malu mempunyai putri seperti mu! Mau di taruh mana muka Abi mu ini! Mau berapa kali kamu membuat Abi mu ini malu HAH?! " saat itu Abi sangat marah karena aku kabur di pagi hari buta sebelum keberangkatan ku ke pesantren kemarin. Lagi pula siapa suruh terus membanding-bandingkan antara aku dan kak Sasha.?
Malam hari nya aku di marahi habis-habis an karena ketahuan berboncengan dengan cak ndalem. Abi menampar Cak Rama dan mengeluarkan Cak Rama dari ndalem, demi tuhan ini bukan kesalahanya, aku melihat bekas merah di pipi Cak Rama, maafkan aku Cak Rama. Tak tega aku melihatnya, ia tidak melakukan perlawanan sama sekali pada abi, jangankan melakukan perlawanan mendongakkan kepala saja tidak . Abi telah salah faham. Namun saat aku hendak meluruskan kebenarannya Abi langsung menyeretku masuk ke dalam rumah saat itu pula Abi memutuskan esok pagi untuk mengantarku ke pesantren.
" Pokoknya keputusan Abi sudah bulat. Besok pagi juga, Kamu akan Abi kirim ke pesantren! Umi siapkan semua keperluan Ocha untuk ke pesantren besok! " Mata ku melebar mendengar hal itu, Gawat ini tidak boleh terjadi! Aku sangatlah tak siap tinggal di pesantren sekalipun rumah ku berada di lingkungan pesantren namun posisi ku akan berbeda ketika aku masuk pesantren. Semua hal akan ku kerjakan sendiri, TIDAK! Aku juga tidak siap berpisah dengan Umi dan gerombolan boneka doraemon ku, karena jujur aku dari dulu tidak pernah mempunyai teman. Hanya Umi dan Doraemon lah kawan ku, tempat aku berbagi kisah.
"Gak Bi! Ocha Gak mau bi.... Ocha mohon bi jangan masukin Ocha ke pesantren! Ocha janji bi , gak nakal lagi janji Biii!! " Aku bersimpuh tepat di kaki Abi, aku sangat berharap Abi menaruh rasa iba pada ku. Namun Abi tak menghiraukan ku sama sekali malah Abi meninggalkan ku dan Umi disini. Di luar dugaan dan perkiraan ku. Aku pun semakin menangis meraung-raung.
Aku tak habis akal, jika memohon pada Abi tak membuahkan hasil saatnya memohon kepada Umi. Kini aku pun bersimpuh tepat di kaki Umi.
" Umi....! Tolongin Ocha mi, Ocha gak mau masuk pesantren Mi! Ocha mohon Mi! Ocha Janji gak bakalan nakal lagi Miii! "Aku meneteskan air mata ku sebanyak mungkin di surga ku, berharap Umi menaruh perhatian padaku dan mau membantuku keluar dari permasalahan ini.
Umi pun duduk di sebelahku, hati ku sedikit lega mengetahui hal tersebut. Aku yakin kali ini Umi mau membantu ku lagi, ah hati ibu mana kah yang tidak tersentuh jika anaknya berlutut padanya.
Umi mengelus puncak kepalaku halus sekali, aku terus menangis. Supaya lebih mendramatisir batin ku.
" Nduk, Ocha. Kali ini Abi sangat marah, Umi tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula Umi sangat setuju dengan keputusan Abi tadi, karena seorang Anak adalah anugerah tuhan yang harus di jaga sebaik mungkin. Terutama akhlak nya. Jadi tujuan memberangkatkan Nduk Ocha ke pesantren tiada lain selain memperbaiki akhlak nduk Ocha, dan itu kewajiban Umi dan Abi sebagai orangtua. Umi Yakin ini pasti yang terbaik untuk Nduk Ocha. "
Bukan bantuan yang kudapat melainkan dukungan. Oh tuhan aku tidak sedang mengikuti kontes audisi yang membutuhkan dukungan para permisa.
Entahlah mau memohon dan berlutut pada siapakah lagi aku ini? Aku terus menangis dan Umi perlahan menghapus bulir-bulir air mataku lembut sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokoli
Teen FictionTerjebak karena sebuah peraturan? Mungkinkah kedua insan itu dapat menyempurnakan ibadah mereka ? Sedangkan tak ada cinta di dalamnya.