Hari ini merupakan hari terakhir ku berlibur di Kraton Jogja, sebelum aku benar-benar raib dari tanah air indonesia. Ya, keberangkatan ku ke Yaman untuk melanjutkan pendidikan di sana
Tidak berat sebenarnya jika aku harus pergi mengepakkan sayap menuju negri para wali itu untuk menimba ilmu, toh itu sudah menjadi kewajiban ku sebagai muslim seperti yang disabdakan oleh Rasululullah.
tapi ada sesuatu yang memberatkan hati ku. Tentu saja, bukan keluarga. Ya itu sih juga berat tapi itu adalah hal yang sudah sangat lumrah bagi santri sepuh seperti ku, 12 tahun sudah aku merasakan jauh dari orangtua dan keluarga, jadi pergi ke Yaman bukanlah suatu hal yang berat jika menjadikan keluarga sebagai alasan ku.
Huft! Aku menarik nafas seketika dan berhenti melangkah, pagi hari ini selepas sholat shubuh aku sengaja merencanakan untuk menghirup udara pagi di kota Jogja dan membiarkan kawan ku lelap di kamar penginapan.
Pikiran ku melayang pada sebuah isi surat perpisahan dari nya.
' Inna Rahmatallahi Qoribun Minal Muhsinin, Tujuan mu amatlah baik Gus. Jauh pergi ke Negeri orang demi para Ummat. Pergilah, Rahmat Allah selalu bersama orang yang baik bukan? Jangan fikirkan aku, insyaallah aku tetap disini menunggu. Sambil terus menimba ilmu agar bisa mengimbangi sosok lulusan Yaman. Bukankah lelaki yang baik untuk Wanita yang baik pula. Maka saat ini aku dan kamu akan sama-sama memperbaiki diri, memantaskan diri satu sama lain.
Selamat berjuang wahai sosok yang senantiasa ku sebut dalam untaian doa-doa ku. '
Aku masih sangat hafal isi suratnya, benar apa yang dia katakan. Saat ini saat nya kita sama-sama memantaskan diri satu sama lain, Tunggulah aku wahai bidadari ku setelah 4 tahun dan aku lulus akan ku ketuk pintu rumah mu.
Bayangan wajah nya kini memenuhi otakku. Senyum ku terukir begitu saja saat mengingat bagaimana wajahnya yang selalu tertunduk malu jika kami bertemu. Oh Tuhan, Indah sekali cinta yang Engkau tanamkan di hati hamba mu ini... Ku titipkan ia pada Mu Ya Allah
aihhhh, saat ini saja aku sudah sangat merindukan mu bagaimana jika aku sudah benar-benar terbang ke Yaman. Oh Tuhan...
Dering telpon di saku jaket ku menyadarkan ku dari lamunan ku, segera aku ambil dan melihat siapa yang menelpon ku pagi buta seperti ini.
Nama Azzam muncul di layar ponsel membuatku segera menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.
" Halo Zam! Ada apa kamh telpon?"
"Waalaikumussalam! Ada apa ada apa
Gigi mu ! Kamu Lupa apa gimana hah?! Ini jam berapa? Opo ndak selak miber pesawatmu HAH!! "Astaghfirullah, segera aku matikan ponsel ku dan berlari sekencang mungkin untuk bisa segera sampai ke penginapan. Gara-gara sibuk memikirkan dia aku lupa dengan jam penerbangan ku.
Saat aku berlari tak kusangka ada seseorang yang berlari berlawanan arah dengan ku dan
BRUK!
Dia menabrak ku, dan dia tersungkur sedikit jauh. Seorang gadis kecil yang masih mengenakan baju tidur karakter entah karakter apa itu aku hanya tahu One Piece dan naruto itu saja. Selain itu aku tak tahu.
Ini salah ku atau salahnya?
"Aww sakit! " pekik nya membuatku panik. Entahlah ini salah siapa tapi saat ini ia yang terluka dan akulah yang harus menolongnya saat ini. Ku ulurkan tangan ku padanya. Melihat postur tubuhnya yang mungil membuatku beranggapan bahwa umurnya jauh lebih muda dari ku.
" maafkan saya dik , biar saya bantu ya" aku menatap wajahnya, ya dia jauh lebih muda dari ku, tak salah jika aku memanggilnya dik.
Ia memandang ku dengan picingan matanya aiwah, imut juga. Hei Hussein sadar! Hingga ia pun menggapai uluran tangan ku.
Drrrt.... Drrrtt
Ponsel di dalam saku jaket ku kembali bergetar. Aku yakin itu pasti dari Azzam, aku pun menarik tangan ku dari gadis itu dan ia kembali terjatuh. Aku segera mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dan kartu nama untuk ku berikan padanya. Karena sangat mustahil aku membantunya, sebentar lagi aku harus sudah berada di bandara untuk check in.
" Maaf dik! Kali ini saya tidak bisa membantu mu. Ambil ini untuk biaya berobatmu, jika ada apa-apa kamu bisa hubungi nomor di kartu ini. Saya lagi keburu-buru ini. Assalamualaikum " setelah menyodorkan nya namun gadis itu tak segera mengambilnya akhirnya aku letakkan tepat di bawah tempat ia jatuh dan kembali berlari dengan cepat menuju penginapan.
Aku pun sampai di depan penginapan, disana sudah ada Azzam dan Habib. Kawan ku. Di depan mereka sudah ada pula taksi untuk mengangkut kami menuju bandara kali ini.
Nafas ku tersengal-sengal akibat berlari dengan jarak yg cukup jauh.
"Ma--afh Za--m tadii aku--" belum sempat aku menuntaskan penjelasan ku pada kedua teman ku, Azzam dengan cepat menarik ku dan menghempaskan ku ke dalam taksi." Wes ndang mlebu! Ndadak Ngabab disik! "Ucap nya pada ku. Dasar semprul!
Azzam dan Habib pun masuk ke dalam taksi. Dan taksu mulai melaju.
Aku harus siap-siap tutup telinga karena mulut Azzam yang khas akan ke Emak-Emak anya tak akan segan mengomeli ku." Kamu itu dari mana to Mas Bero?! Kamu lupa sama jam penerbangan mu? Kita itu harus sudah berada di bandara 30 menit sebelum keberangkatan untuk Check in, kayaknya kamu deh yang udah bolak balik naik pesawat tapi kok ya masih LUPA ? Gimana nasib ku kalau beneran ketinggalan pesawat , gak mau aku jadi gelandangan ganteng di kota orang. " Tebakan ku tidak meleset bukan. Emang dasarnya Azzam lambe turah.
" Seharusnya kemarin kamu ke Malioboro beli daster. Biar lebih mendalami peran mu sebagai Emak-Emak. " Timpal ku pada Azzam se santuy mungkin, membuat Habib tergelak.
" Lah yo kuwi, enek to cah lanang lambene nyanyap ngene ki? Pantesan Jomblo HAHAH " Habib ikut mengejek Azzam membuatku sangat senang melihat Azzam kebakaran jenggot.
Azzam menjitak ku dan Habib bergantian.
" Heh! Asal njiplak aja mulut mu itu!. Mulut Emak- Emak kata mu ? Tak peringatkan, biarpun mulut ku ini kayak emak-emak gini-gini kamu butuh sama mulut emak-emak ku ini. Kamu lupa? Kalau curhat tentang dek rani dek rani itu sama siapa? Dasar! Kacang lupa kulit ya ini " Aku tak mau berlanjut bergelut lidah dengan Azzam, karena itu adalah hal yang hanya membuang-buang tenaga ku saja. Sebaiknya aku beristirahat setelah berlari bak peserta lomba lari marathon, aku pun memasang earphone di telinga.
" Nyoh Kulit kacangnya. Ben ndak ngomel aja mulutmu itu " Ucap Habib sambil menyerahkan beberapa kulit kacang hasil ngemilnya selama perjalanan pada Azzam.
Aku tak menghiraukan keduanya dan mulai memjamkan mata ku. Aku kembali mengingat gadis yang tadi ku tabrak, bagaiamana ya keadaanya? ah aku tak mau ambil pusing. Kan aku sudah beri dia uang dan kartu nama, aku sudah bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokoli
TeenfikceTerjebak karena sebuah peraturan? Mungkinkah kedua insan itu dapat menyempurnakan ibadah mereka ? Sedangkan tak ada cinta di dalamnya.