Soobin meninggalkan Beomgyu sendirian setelah menciptakan bekas kemerahan akibat tamparannya pada pipi Beomgyu. Soobin bahkan tidak mempedulikan bagaimana Beomgyu disana menatap lantai dengan pandangan kosong, dan seulas senyum tipis yang dapat membuat hati tersayat.
Kakinya melangkah cepat menuju kamar miliknya. Gerakannya tampak tergesa-gesa, mencari sebuah benda persegi panjang di kamar bernuansa monokrom. Setelah menemukannya, tanpa berlama-lama Soobin menghidupkan benda tersebut, lalu menekan salah satu kontak.
Panggilan akhirnya terhubung. Tidak ada sapaan atau apapun, Soobin justru meneriaki orang yang sedang bertelponan dengan dirinya saat ini. Tidak peduli jika gendang telinga oramg tersebut bisa-bisa rusak karena dirinya.
"Dimana Hyunjin?!"
"Hyunjin? Maksudmu, anak yang kita culik kemarin?"
Suara di seberang sana bertanya dengan santainya. Seolah tidak mendengar bagaimana suara Soobin yang jelas sekali terdengar sangat panik dan penuh emosi. Tentu, Soobin tidak akan terkejut lagi akan reaksi yang Yeonjun berikan.
"Iya! Dimana dia?!" Soobin meremat kuat ponselnya. Sebisa mungkin dia menahan segala emosi yang tengah menguasai jiwa.
"Tenangkan dulu dirimu, bung. Tarik napas, buang. Tarik napas, bu-"
"KAU HANYA PERLU MENJAWAB PERTANYAANKU, BERENGSEK!"
Helaan napas panjang terdengar dari ponselnya.
"Aku sudah membunuhnya."
"APA?!" Suara Soobin meninggi satu oktaf. Berusaha untuk memastikan bahwa yang ia dengar tidaklah benar.
"Aku bilang, aku sudah membunuhnya. Bukankah kau yang mengajakku untuk menyiksanya?"
Detik itu juga, Soobin membanting ponselnya dan mendarat di atas kasur. Dia meremat surai hitamnya dengan kasar. Dirinya merasa begitu gundah. Seharusnya ini tidak pernah terjadi. Seharusnya, dia tidak mengajak Yeonjun untuk menyiksa orang yang membuat Beomgyu menderita. Tetapi Soobin saat itu sudah dikuasai oleh emosi, dan kini dia sangat menyesal.
Semuanya menjadi semakin buruk. Soobin baru saja bertengkar hebat dengan Beomgyu. Dan kini cepat atau lambat, Beomgyu mungkin saja akan mengetahui pekerjaan apa yang Soobin dapatkan selama ini. Sungguh, Soobin tidak ingin membayangkan bagaimana adiknya akan menatapnya dengan pandangan penuh ketakutan. Apakah Beomgyu akan merasa jijik?
Satu pukulan mendarat tepat di kepala sampingnya. Soobin memukul dirinya sendiri, untuk menyadarkannya dari pikiran-pikiran buruk itu. Dia tentu tidak akan membiarkan Beomgyu mengetahui tentang pekerjaannya. Bagaimana pun caranya, Soobin sebisa mungkin akan menutupi fakta mengerikan itu.
"SIALAN!"
Sebuah meja bundar tak bersalah menjadi korban amukan Soobin. Kini meja tersebut berada dalam posisi terbalik karena Soobin baru saja membantingnya. Semua ini salah, Soobin sangat tahu bahwa semua ini salah. Tapi, semuanya sudah terlanjur. Dia sudah terlanjur masuk ke dalam lingkaran iblis, dan mungkin akan sulit untuk keluar dari zona ini.
Sekarang langkah pertama yang harus Soobin lakukan adalah memperbaiki hubungannya dengan adiknya, Beomgyu. Setidaknya Soobin harus berbaikan terlebih dahulu dengan Beomgyu, baru memikirkan hal lain.
○○○
Soobin sudah menduganya, bahwa pintu bercat putih ini terkunci dengan Beomgyu yang sudah dipastikan ada di dalam sana. Soobin tidak tahu apa yang sedang dilakukan Beomgyu di dalam sana, namun kamarnya tampak senyap dan gelap. Tak terdengar aktivitas apapun dari dalam sana. Hanya keheningan yang menyelimuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's A Liar
Fanfiction[Brothership] Keputusasaan dirasakan oleh Soobin dan Beomgyu setelah kepergian kedua orangtua mereka. Tak disangka, setelah kematian kedua orangtua mereka, keduanya memilih jalan 'gila' dengan alasan untuk mendapatkan uang dan untuk menenangkan diri...