•
•
•
Dancer
•
•
•
Ia meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik yang mengalun merdu menembus gendang telinganya. Tariannya begitu luwes dan lincah bak seorang ahli profesional. Ia tak mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang tengah menonton tariannya seraya berkata 'Woah' berulang kali saking terpananya akan tarian yang ia tunjukkan./Prok prok prok prok/
Suara tepuk tangan bersahutan dengan suara siulan penuh pujian serta godaan itu bersatu padu di ruangan tari yang kedap suara. Para senior serta guru pembimbing tak luput dari rasa kagum mereka akan penampilan yang pemuda Jung tampilkan, sungguh luar biasa dan di luar ekspektasi.
Jung Hoseok, pemuda yang baru menginjakkan kakinya di kelas tari sejak dua bulan yang lalu berhasil menyanggupi tantangan sang senior yaitu melakukan 'hot dance'. Dan sesuai kesepakatan pula, pemuda Jung tersebut kini akan menjadi wakil dari kampus yang ia tempati untuk menuju ke babak semifinal perlombaan dance.
"Selamat, Hoseok, kamu akan mewakili kampus kita. " ucap seorang senior.
Hoseok tersenyum lebar, mengucapkan banyak terima kasih kepada guru pembimbing juga para senior yang sudah mengizinkan dirinya mewakili kampus untuk lomba.
Ia awalnya kurang percaya diri saat salah satu seniornya memberinya tantangan setelah melihatnya menari diam-diam sepeninggalnya orang-orang dari ruang tari. Tapi demi citra-nya yang ia junjung tinggi, Hoseok menerimanya dengan persyaratan boleh mengikuti lomba dance nantinya. Dan hal yang tak Hoseok duga pun terjadi. Ia kira, dirinya akan diikutkan lomba untuk tahun depan, namun nyatanya dirinya diajukan untuk lomba semifinal yang sudah senior-seniornya perjuangkan sebelumnya.
Ia tidak menyangka jika itu nyata, tapi saat dirinya berada di atas panggung dengan ribuan penonton serta banyaknya awak media, dan jangan lupakan beberapa juri yang duduk tenang di kursi yang telah disediakan, dirinya percaya jika ini nyata, bukan mimpi belaka. Jung Hoseok, setelah merantau hingga ke Seoul akhirnya bisa mewujudkan mimpinya sedari kecil, impian yang sudah ia idam-idamkan sedari dulu serta perjuangan keras yang ia lakukan, termasuk menentang keluarganya, kini ia berhasil. Dan Hoseok bangga akan hal itu.
Saat dirinya berhasil meraih juara pertama, ia tak percaya, namun sang pelatih menyadarkan dirinya jika itu nyata, piala yang dipegangnya itu nyata dan sorak-sorakan ribuan penonton pun nyata. Hoseok menangis di sana, di atas panggung setelah menerima pialanya, ia menangis dengan dipeluk oleh sang pelatih. Ia terlalu bahagia hingga tak bisa berkata-kata, lidahnya terlalu kelu untuk mengungkapkan rasa yang membelenggu hatinya, yang menebarkan sejuta bunga di dalam hatinya hingga terasa menghangat.
"Selamat, Hoseok-ah. " bangga sang pelatih.
Hoseok hanya dapat mengangguk dengan mata yang berderai air mata serta senyum lebar yang mengembang di kedua sudut bibirnya. Ia kembali memeluk sang pelatih, memeluknya semakin erat dengan usapan hangat yang ia terima di punggungnya.
.•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•.
Tiada yang tahu bagaimana jalan hidup seseorang, begitu pun dengan sosok pemuda bernama Jung Hoseok. Ia tidak tahu jika hidupnya akan dihancurkan dengan begitu mudahnya oleh seseorang yang derajatnya tinggi di mata masyarakat, yang begitu dielu-elukan namanya dan berharap jika sosok itu akan menjadi masa depannya kelak. Tapi itu semua tidak untuk Hoseok, tidak setelah ia bertemu langsung dengan sosoknya serta perlakuan tak senonoh yang pemuda itu lakukan padanya.
"Makan malamlah denganku, manis. " bisiknya sensual di telinga Hoseok dengan tangan yang meremas kedua pantat Hoseok pula.
"Enyah kau, bajingan! "