Chapter 1 _unexpected moment_

216 4 2
                                    

Tak lama setelah aku berusia 17 tahun, ibuku menganggap bahwa aku mengalami depresi berat.
Dia rutin membawaku ke rumah sakit sekitar tiga kali seminggu. Sumpah! Aku baik-baik saja dan ya' I'm good enough.
Namaku Rose Isabella Weasley, 17 tahun dengan kanker thyroid yang setia menemaniku sejak lahir. Kanker itu menyerang paru-paruku hingga aku kesulitan bernapas bebas seperti yang umumnya manusia normal lakukan. Sejak saat itu mereka memasang 'cannula' (seperti pipa oksigen kecil) dihidungku dan ya, tabung oksigen kecil yang juga selalu ikut denganku kemanapun aku pergi . Aku tinggal bersama kedua orangtuaku di sebuah rumah sederhana yang terletak dipinggiran kota London.

"Apa dia baik-baik saja? Beberapa hari ini dia jarang keluar kamar dan makan sedikit sekali seperti burung..--" keluh ibuku pada Dr. Alice.

"Ibu aku tidak depresi" Potongku.

"Membaca buku yang sama terus-menerus" Tambah ibuku.

"Ya, sangat jelas dia mengalami depresi" Tukas Dr. Alice

"Aku tidak depresi,ok!" Ketusku pada mereka.

Banyak jurnal dan situs yang mengatakan bahwa depresi merupakan efek samping dari kanker. Tapi menurutku, depresi bukanlah efek samping dari kanker. Depresi adalah efek samping saat hampir mati, seperti yang saat ini terjadi padaku.

"Aku akan resepkan Zoloft atau Lexapro untuk mengurangi depresi yang dialaminya, minum dua kali sehari bukan satu kali sehari" ujar Dr. Alice.

"Apa pengaruhnya padaku? Toh kankernya akan terus menyebar karna aku anak yang terlahir dengan kanker" jelasku.

"Bagaimana menurutmu tentang sebuah grup yang aku ceritakan waktu itu?" Tanya Dr. Alice.

"Yaa, itu sangat tidak cocok denganku" senyumku merendah.

"Hey Rose, grup itu cocok sekali untuk memulai interaksi dengan orang yang...." katanya terhenti.

"Orang yang...apa?" cecarku.

"Orang yang mempunyai 'perjalanan' yang sama" gugup Dr. Alice.

"Perjalanan? Kau serius?" Tanyaku tak habis pikir.

"Cobalah, siapa tahu kau akan menemukan pencerahan disana" katanya.

Keesokan harinya ibuku membawaku ke tempat itu. Tempat dimana orang-orang yang memiliki "perjalanan" sama denganku berkumpul di grup itu dengan seorang laki-laki yang kutebak sebagai pembicara telah duduk manis dihadapan kami.

"Baiklah, bisa dibilang hari ini kita berkumpul secara harfiah dijantung Merlin. Siapa yang ingin membagi kisahnya dengan grup ini?" katanya sambil melebarkan karpet rajutan yang menampakkan wajah Merlin.

Aku tersenyum kecil..

"Namaku Lisa, aku menderita Leukimia myeloid akut" jelas seorang gadis dari urutan pertama.

"Aku Sam, acute lymphoblastic leukimia"

"Hai, aku Joshua. Aku menderita neuroblastoma"

"Namaku Darrel, Kanker testis" ujar sang pembicara.

Aku akan menceritakan inti dari kanker yang menyerang "bola" milik Darrel. Seperti yang seharusnya, mereka menemukan kanker tersebut bertengger pada "bola" nya Darrel, lalu mereka memotongnya. Dia hampir mati, tapi dia tidak mati. Lalu inilah dia, diceraikan beberapa bulan kemudian, tinggal dirumah orangtuanya, menceritakan kisah kanker testisnya dan 'Jantung Merlin' yang secara tidak langsung kepada kami bahwa suatu hari nanti apabila kami beruntung,kami bisa menjadi seperti dia.

The Fault In Our SkiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang