Aku Ayudisa biasa dipanggil Disa. Cewek gendut dan biasa saja. Tidak ada yang spesial dari diriku. Teman-teman bilang aku anak yang pintar dan aktif di kampus. Faktanya aku adalah cewek yang pendiam dan penakut. Kadang aku merasa diriku intovert dan overthinking. Aku tidak terlalu suka berbicara dengan orang baru, karena aku termaksud orang yang canggung dengan lingkungan asing. Meskipun jika sudah mengenalku, aku bisa menjadi cewek yang sangat bawel. Aku akan lebih banyak berbicara dilingkungan yang membuatku nyaman.
Padahal aku kuliah dijurusan pendidikan yang pada akhirnya akan menjadi guru. Aku kini mahasiswi yang mendekati semester sangat akhir. Tidak ada yang masalah dengan kuliahku, bahkan nilaiku termasuk bagus, IPK-ku pun lebih dari 3. Aku sering merasa diriku salah jurusan. Sebenarnya aku lebih suka akuntansi tapi karena ibuku ingin aku menjadi guru akhirnya aku mengambil kuliah pendidikan. Namun menjelang akhir kuliahku saat masa magangku ibuku pergi untuk selamanya.
Saat itu rasanya duniaku runtuh, aku tak pernah bisa berhenti menangis. Aku masih belum bisa membahagiakannya. Aku masih anak durhaka yang sering tidak menuruti ucapannya. Kejadian itu seakan menjadi mimpi buruk yang membuatku ingin terbangun dan memeluk ibuku. Setiap hari rasanya sangat berat, aku merindukan kebawelan ibuku. Aku rindu ceritanya saat mengenang masa mudanya. Aku rindu masakannya. Aku rindu senyuman dan semua tentangnya.
Semenjak kepergian ibuku, duniaku berubah. Aku harus bisa mengantikan tugas ibuku di rumah. Tinggal bapak yang aku punya sekarang. Semenjak ibuku pergi aku mulai berhenti kos. Para tetangga mulai menyuruhku untuk tinggal dirumah. Tanpa mereka bicarakan aku pun akan melakukannya. Semenjak di rumah aku mulai melupakan kuliahku. Aku sibuk dengan kegiatan di rumah. Aku mulai merasa benar-benar salah jurusan dan tak ingin melanjutkannya lagi. Apalagi dosenku menginginkan judul yang baru dan masih jarang diteliti.
Akhirnya beberapa bulan aku hanya dirumah saja. Sesekali aku ke kampus untuk pergi ke perpus bersama temanku mencari judul. Namun aku terlalu bingung harus menulis apa, dan aku terlalu takut untuk menghadap dosen. Aku pun mulai melamar kerja, awalnya aku mencoba untuk ikut di salah satu lembaga bimbel. Hingga akhirnya seorang senior menawariku untuk mengajar di tempatnya mengajar yang letaknya dekat dengan kampus.
Awalnya aku ragu, namun aku pun menerima tawaran itu. Kupikir dengan begitu aku akan lebih sering ke kampus. Namun ternyata tidak seindah itu. Aku mulai sibuk dengan pekerjaanku dan melupakan skripsiku. Aku mulai menghilang dari teman-teman kampusku, karena aku merasa tak nyaman jika mereka membahas masalah skripsi dan aku pun memilih menghindar.
Aku tau aku jahat, padahal mereka hanya khawatir denganku. Tapi saat itu aku hanya ingin sendiri. Milla temanku yang saat itu sedang menyusun skripsi juga mengajar di tempat yang sama namun kami mengajar di unit berbeda. Aku di SMK dan dia di SMP. Aku lebih sering mengajar di siang, sedangkan Milla mengajar pagi hari. Selain itu letak kantor kami yang berbeda membuat kami jarang bertemu.
Siang itu Milla menghubungiku, mengajak makan bersama. Aku hanya bilang jika aku ada kelas. Dan akhirnya kami janjian untuk makan setelah kelasku berakhir. Disana Milla hanya menanyakan kabarku, dan mengatakan bahwa teman satu gengku mengkhawatirkanku. Ada sedikit rasa bersalah dalam diriku, namun aku masih terlalu bingung untuk membagi waktu.
Milla bercerita bahwa ia akan sidang dan meminta bantuanku untuk membuat power pointnya. Milla juga bilang akan membantuku untuk menyelesaikan skripsiku. Setelah kejadian itu, aku kembali berkomunikasi dengan Milla meskipun tidak sering. Aku pun sudah tidak mengabaikan pesan dari teman-temanku. Mereka pun mengerti dan tidak pernah membahas, menggoda, atau menyindirku lagi soal skripsi.
Aku mulai membaca kembali jurnal pendukung yang aku gunakan dalam penulisan skripsiku. Saat duduk piket di lobby, aku mulai membuka jurnal dan memahami kembali. Jujur ini tidak mudah. Karena minimnya referensi dan penulisan yang tidak terlalu jelas. Aku menghela nafas pelan dan menidurkan kepalaku di meja piket sambil memandangi murid-murid yang sedang berolahraga.
Aku rindu masa SMA yang bisa dengan santai bermain tanpa harus memikirkan banyak hal. Aku pun rindu dengan teman-teman SMA yang masih care dan tidak egois selalu mementingkan temannya. Bukan berarti teman kuliahku sekarang tidak baik, semua berbeda saat kita semakin dewasa. Semakin dewasa kita semakin punya kepentingan masing-masing, dan membuat kita menjadi lebih sedikit egois.
Hari-hari pun aku lalui meski masih tak banyak yang berubah. Aku belum mulai ke kampus karena aku ingin mengerti dan menyelesaikan rpp dan instrumenku sebelum datang ke dosen. Nyatanya itu tak semudah yang aku bayangkan. Kesibukan dan tugas sekolah kembali menyita waktuku. Aku mulai lelah karena pergi pagi dan pulang malam. Hal ini membuat aku kembali melupakan skripsiku, apalagi aku masuk 5 hari dalam seminggu, dimana aku hanya libur pada hari Rabu dan Minggu.
Aku yang mulai lelah pun mencoba mendownload aplikasi game. Aku ingin sedikit hiburan. Sudah hampir setahun aku tidak dekat dengan siapa-siapa. Aku memang bukan tipe orang yang bisa gampang dekat dengan seseorang. Apalagi untuk memulai hubungan baru sulit. Karena jika aku sudah sayang dengan seseorang aku akan mencintainya dengan dalam. Hal ini membuatku sulit untuk move on.
Aku putus dengan mantan terakhirku karena aku merasa kami tidak cocok, dan dia tidak bisa mengerti kondisku. Aku tau aku yang egois, teman-temanku bilang bahwa ia cowok yang baik, karena saat aku menghilang tanpa kabar, dia mencariku. Tapi mereka tidak tau apa yang kurasakan.
Aku tau dia cowok yang baik, tapi aku ingin seseorang yang bisa mengerti, dan menjadi tempatku bersandar. Seseorang yang dewasa dan dapat mengarahkanku jika aku salah. Hal yang membuatku kecewa dan menjadi egois adalah karena dia menasehatiku soal kuliah sedangkan dia tidak seperti itu. Itu salah satu alasan hubungan kami menjadi renggang. Dan selebihnya soal komunikasi kami yang tidak berjalan baik.
Entah kenapa saat menjalani hubungan dengannya aku merasa hilang rasa secara perlahan, berbeda dengan mantanku saat SMA. Meskipun kami LDR dan baru 2x bertemu tapi aku merasa nyaman dengannya. Dia memang cuek tapi dia sangat dewasa. Aku suka sosok dewasa dan pekerja kerasnya. Hal yang disayangkan adalah agama kami berbeda. Itu adalah salah satu alasan kuat hubungan kami berakhir. Jujur sulit menerimanya karena aku merasa kami cocok dan hubungan kami baik-baik saja. Butuh waktu hampir 5 tahun untukku mengikhlaskan perasaanku ini.
Malam itu aku sedang bosan, akhirnya aku memilih bermain permainan online. Biasanya aku jarang sekali menambahkan teman disana. Karena aku tak terlalu nyaman dengan orang-orang yang ada disana. Saat itu aku iseng melihat pengguna sekitar. Disana aku melihat seseorang yang menarik perhatianku. Namanya Tama. Aku memperhatikan fotonya, entah kenapa aku merasa ada sesuatu saat melihatnya. Padahal saat itu cowok itu sedang memasang foto menunduk sambil melihat kamera. Wajahnya pun tak terlihat jelas.
Aku juga tak tahu ada keberanian dari mana, malam itu aku memencet tombol tambahkan teman. Aku melihat sekilas foto Tama dan menghela nafas pelan. Mana mungkin cowok ini akan menerima pertemananku. Rasa insecure dalam diriku pun muncul.
Aku tak banyak berharap cowok itu (Tama) akan menerima pertemananku. Apalagi aku tidak memakai fotoku. Hanya memakai foto animasi cewek. Aku memang sengaja tak memasang foto asliku. Aku malas karena banyak orang yang tidak jelas disini, apalagi aku merasa diriku biasa saja.
Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku pun meletakan ponselku. Besok aku harus masuk pagi, jika telat sedikit aku bisa terlambat. Apalagi perjalananku panjang, telat sedikit pasti aku sudah terjebak macet. Akhirnya aku pun memilih untuk tidur dan berharap semoga esok akan ada hal baik yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Everything
RomanceCinta kadang datang tanpa terduga. Tanpa mengenal waktu ataupun logika. Dia bisa seseorang yang kamu kenal atau seseorang yang baru datang dalam hidupmu. Cinta bukan dari seberapa lama kamu mengenal seseorang. Kadang hanya dengan sedikit rasa "klik...