Fluke menatap tajam ke arah kamera, membuat sang fotografer berdecak kagum melihatnya. Pria kecil itu tak lagi peduli, milik siapa agensi ini. Toh pekerjaan yang mereka berikan sangat layak dan ia ingin bersikap professional. Ia lelah sebenarnya, karena Ohm terus memantaunya setiap saat, merasa risih. Namun ini adalah impiannya dan ia tak akan melepasnya.
Earth berjalan cepat menuju Fluke saat pemotretan selesai. Ditariknya tangan sahabatnya membuat Fluke melihatnya bingung.
"Nam dirawat di rumah sakit.." ucap Earth cemas, "Apa kau sama sekali tak berniat melihatnya? Ia terus bertanya tentangmu semalaman.
Ingin rasanya Earth mengatakan semua tentang Nam yang sebenarnya, bahwa Nam tidak sehat, bahwa ada penyakit yang tengah menggerogoti kepalanya, namun Kao melarangnya. Lagipula melihat Fluke yang hanya diam, Earth lelah. Pria manis itu bahkan sama sekali terlihat tak berniat mengetahui apapun tentang Nam.
"Aku sudah meminta P'Kao mengantarnya pulang. Paling-paling ia masuk angina karena kukurung di toilet semalam." Ucap Fluke santai, sedangkan Earth sudah mengepalkan tangannya, menahan emosi
"Kau tahu ia takut gelap. Tolong jangan lakukan itu lagi lain waktu."
"Ia takut gelap?" tanya Fluke, "Baguslah. Semoga ia kapok dengan hukumannya dan tak berbuat ulah lagi."
"Kau..." Earth menarik nafasnya, "Nam sayang sekali padamu, Fluke. Tolong perlakukan anakmu dengan.."
"Jangan menyebut-nyebut kalau dia itu anakku. Terutama di tempat ramai seperti ini!" geram Fluke, "Semakin kau membahasnya, kau membuatku semakin muak padanya, Earth!"
Hati Earth mencelos melihat Fluke yang melenggang pergi. Ibu macam apa dia? Seandainya Nam adalah putranya, ia akan membanjiri anak itu dengan kasih sayang penuh.
...
"Hiks..."
Kao menghela nafas melihat Nam yang masih terisak kecil dalam tidurnya. Anak itu baru saja merengek habis-habisan, meminta agar bertemu Fluke. ingin rasanya Kao mencari ayah kandung anak ini, memberitahunya dan meminta ayah anak ini untuk memperlakukannya dengan baik.
Atau paling tidak, jika keduanya tak menginginkan anak itu, Kao dan Earth dengan senang hati menerima Nam sebagai keluarga mereka. tapi tidak.
Nam tak pernah mau dipisahkan dari Fluke. Sedikit bingung, Kao sedih melihat bagaimana Nam memilih diperlakukan buruk habis-habisan asalkan ia tetap bersama ibunya.
"Mama...."
Gumaman Nam membuat Kao menyerah. Ia menghubungi Fluke. meminta sahabatnya untuk datang karena Nam sama sekali belum diperbolehkan pulang.
...
Fluke menahan rasa kesalnya, berjalan cepat di koridor rumah sakit. Dirinya membuka kasar pintu kamar rawat yang diketahuinya dari Kao.
"Mama!!!"
Suara riang Nam membuat Kao yang tengah menyuapi anak itu segera menoleh. Tak percaya bahwa Fluke benar-benar datang menjenguk sebab ia kira Fluke tak ingat lagi dengan anak itu. Namun wajah Fluke yang penuh amarah membuatnya gugup. Ia segera berdiri saat Fluke mendekat.
"Kau mau apa?"
Fluke menarik kepas infus pada tangan Nam, membuat Nam meringis kecil.
"Fluke!" tegur Kao, "Nam belum sehat!"
"Masa bodoh! Aku ingin dia pulang sekarang juga!"
"Fluke, please!" mohon Kao, "Mengertilah. Ia masih lemah dan masih harus dirawat."
"Diam, P'Kao..." geram Fluke, "Phi bukan siapa-siapanya."
"Mama tangan Nam cakit.."
Nam meringis saat Fluke menariknya kasar
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted
FanfictionBerfokus pada hidup bocah kecil yang tidak diinginkan ibunya. Fluke Natouch kerap menyiksa putra kandungnya sejak kecil karena mengingatkannya pada Ohm Thitiwat, pria yang menidurinya paksa beberapa tahun yang lalu. Warning : BxB, M-Preg, angst