Fluke bergegas pulang saat Kao mengabarinya bahwa ia memiliki urusan penting. Ini hari Sabtu dan para maid di rumahnya biasanya pulang di akhir pekan. Perasaannya sebenarnya tak karuan saat Kao harus segera berangkat, meninggalkan Nam sendirian. Decit rem bahkan terdengar saat ia sampai di rumah, sebab Fluke benar-benar melajukan mobilnya cepat. Ia segera membuka pintu, berlari menuju kamarnya dan melihat Nam yang masih tertidur.
"Nam..."
Fluke mendekat, memastikan Nam benar-benar tidur. Nafas teratur Nam membuatnya lega. Dielusnya pelan kepala bocah kecilnya. Air matanya kembali bertumpuk, mengingat kembali segala perlakuannya pada bocah kecil berwajah malaikat di depannya.
"Mama...." Gumam Nam mengucek matanya pelan
Fluke segera menghapus air matanya, tersenyum melihat Nam yang masih mengantuk.
"Nam cudah biyang bobo kamar Nam.." ujar Nam pelan, "Tapi Kaokao culuh bobo cini.."
"Hmm... Mama yang meminta P'Kao menidurkanmu di kamar Mama. Kamar Nam panas kan, tidak ada AC-nya."
Angguk Nam pelan melihat pada Fluke, "Nam mau peyuk.."
Fluke segera mengabulkan. Ia naik ke atas tempat tidur, memeluk Nam dan menghujaninya dengan kecupan. Senyuman Nam mengembang, membuat Fluke merasa teduh dalam hatinya.
"Apa Nam kepanasan selama ini di kamar?"
Nam menggeleng, "Kalau panas, Nam tidak pakai celimut. Kalau hujan pakai."
"Maaf ya.."
"Nam.... Calah ya?"
Fluke segera melihat Nam yang menyentuh pipinya.
"Mama nangis."
"Mama hanya lelah."
"Kalna Nam jadi capek?"
"Bukan begitu Nam.." jelas Fluke cepat, "Pekerjaan Mama banyak, karena itu Mama lelah dan ingin bersama Nam."
"Maaf ya..." Nam memeluk Fluke, "Nam buat Mama capek kelja.."
Pelukan erat Nam membuat Fluke semakin tak bisa menahan air matanya. Tidak. Fluke yang dulu bahkan tak pernah peduli dengan Nam. Ia tidak sebaik yang Nam bayangkan. Ia bukan ibu yang baik untuk malaikat sekecil itu.
"Nam masih mengantuk?" tanya Fluke melihat Nam menguap.
Anggukan kecil membuatnya tersenyum. Ia menelan ludahnya. Merasa ingin melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukannya.
"Nam..."
"Mmm?"
"Nam mau makan masakan Mama tidak?"
Nam melihat Fluke dengan mata berbinar. Ia mengangguk cepat, membuat Fluke tersenyum melihatnya. Dielusnya lagi kepala putranya sayang, membuat Nam merasa nyaman. hanya dengan masakannya, ia bisa melihat wajah senang Nam yang jarang ia lihat. Kenapa ia tak pernah melakukan ini sejak awal? Fluke merasa bodoh.
"Nam sambung bobo dulu ya? Mama masak dan akan membangunkan Nam nanti."
Nam memejamkan matanya pelan, menerima kecupan Fluke pada pipinya. PRia kecil itu berjalan pelan keluar kamar, bergerak menuju dapur yang cukup sering ia masuki, sebenarnya, namun hanya untuk dirinya sendiri. Membayangkan Nam akan memakan masakannya untuk pertama kali, Fluke merasa sangat bersemangat. Ia memeriksa lemari pendingin, melihat pada bahan yang bisa ia gunakan. Tidak banyak. Biasanya para maid hanya akan berbelanja di hari Senin karena Fluke makan di luar akhir pekan.
Matanya menangkap dua porsi kecil makanan yang terlihat disukai anak-anak dibungkus dengan rapi. Terlihat catatan kecil di atasnya.
'Masukkan ke microwavenya hati-hati ya Nam. Putar sampai angka 30. Kalau sudah ada bunyi 'ting' Nam bisa keluarkan dan makan yang kenyang.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted
FanfictionBerfokus pada hidup bocah kecil yang tidak diinginkan ibunya. Fluke Natouch kerap menyiksa putra kandungnya sejak kecil karena mengingatkannya pada Ohm Thitiwat, pria yang menidurinya paksa beberapa tahun yang lalu. Warning : BxB, M-Preg, angst