Stalker (Story 3, Part 1 Of ?)

1.8K 59 3
                                    

Namanya Aksan, Azrul Aksan, tinggi 172 Cm, berat 68 kilo, tanggal lahir 24 april tahun monyet, makanan kesukaan bakso pedas, coto pedas dan semua makanan yang ada kata pedasnya dibelakang dan halal tentunya, minuman kesukaan air putih hangat, setiap hari datang ke sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi dengan menggunakan motor ninja biru hadiah ulang tahun dari ayahnya. artis cewek favoritnya adalah semua artis cewek yang berdada besar dan tidak tertarik pada artis cowok, film kesukaan belum tayang, lagi nunggui film 50 shades of gay ah… gray. Cita-cita yakni nge-date sehari sama kim kadarshin.

Suka sama semua jenis olahraga namun tak suka dengan guru olahraga sekolah, tidak pernah lepas dari peringkat pertama sebagai murid berprestasi dan menjadi kebanggaan sekolah. Punya banyak teman baik itu dari kaum adam maupun hawa, juga punya pacar namanya Lara, yang tentu saja berdada besar dan kecentilannya sudah mendarah daging, kita tidak usah bahas tentang kecantikannya. Hm… apa lagi yah? Ah, dia berkaca mata dengan hidung yang tinggi, garis mata yang tajam dengan bulu matanya yang tebal dan lentik. Alis matanya juga tebal namun terukir tegas memperindah keindahan wajahnya. Bibirnya merah tua yang selalu dibarengi oleh senyuman berbanding terbalik dengan sorot matanya yang selalu terlihat dingin. Atau mungkin hanya aku yang merasa kalau dia selalu menatapku dingin walaupun dia akan selalu tersenyum. Dan banyak lagi.

Ah… dan satu lagi yang terpenting, Dia tak menyukaiku sejak saat aku mengungkapkan perasaanku padanya dan memberitahukan padanya bahwa aku tergila-gila padanya hingga aku hampir tahu semua tentang dirinya. Aku tahu itu sangat bodoh mengungkapkan perasaan pada orang yang telah memiliki kekasih bahkan dengan gambling mengatakan bahwa telah menguntitnya hingga hampir menginjak tahun kedua ini.

Yup, aku dan Aksan yang lebih sering di panggil Az oleh teman-temanku yang teman-temannya juga karena kami selalu jadi teman sekelas sejak kami masuk di SMA kami ini. waktu penerimaan dulu dialah yang menjadi perwakilan untuk kelas satu karena berhasil meraih peringkat pertama dengan nilai 3 poin diatasku, yang membuatku harus terdepak pada peringkat kedua yang selama ini tak pernah ku sandang. Itulah awal ceritaku mengapa aku mulai menjadi penguntitnya sehingga dapat mengalahkannya namun tragis aku malah jatuh cinta padanya.Gila?Yah, aku memang sangat tergila-gila padanya.

Aku, Aerin Aninda terlahir untuk menjadi pusat contekan kelas dan juga sebagai sasaran buli dari senior-senior, dan memiliki banyak oh bukan, sangat banyak perbedaan dari Az. Dimana dia memiliki teman karena orangnya mudah bergaul, aku punya beberapa teman karena mereka butuh aku untuk membantu mereka naik kelas, dimana dia menggunakan kacamata tipis yang mengatasi minus-nya terlihat sangat menawan padanya sedangkan aku mengenakan kacamata tebal bulat yang membuatku terlihat 30 tahun lebih tuan dan semakin mempertegas tulisan Nerd di jidatku. Dimana dia datang ke sekolah menggunakan motor yang mengkilat aku harus naik angkot yang membuat seragamku sudah kusut sebelum aku dapat menginjakkan kakiku di halaman sekolah. Menyebalkan!

“Erin bisa habis tuh Az kamu pelototin terus” Amril sahabatku, teman curhatku dan juga kakak kandungku. Aku dan kak Amril sudah 2 tahun terpisah rumah akibat kekeras kepalaan orang tua kami dimana tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah atas pertengkaran bodoh yang mereka buat, kenapa bodoh? Karena alasan pertengkaran mereka adalah siapa yang lebih mirip dengan kak Amril, bayangkan!.

Kak Amril memang merupakan idola bagi keluargaku, bahkan beberapa tante-tante ceriwisku sudah ada yang melamar kakak-ku untuk di tunangkan dengan anak mereka yang bahkan ada beberapa yang berjalanpun belum biasa. Mengapa kak Amril begitu di puja? Aku sarankan kalian membaca kembali profil Aksan pada bagian sosial dan prestasinya dan ditambah dengan sosok yang kata orang tampan. Punya mana teduh yang menyejukkan, tinggi samalah dengan Aksan, kulit kecoklatan menambah kesan Macho, hidung yang sedikit malu-malu untuk tampak tapi terlihat imut, bibir seksi dan menyandang title kissable hasil training dari puluhan pacar yang bertaburan dimana-mana, satu kelas lebih tinggi dariku karena dia dapat karunia ekselarasi dan yang paling penting pesona dan ketampanannya yang kadang aku tak mengerti mengapa orang mengatakan dia tampan padahal lebih tampan Aksan bagiku. Apalagi Aksan bukan playboy, tampah berat di Aksanlah.

“woy, dengar gak sih? Kok kamu malah liatin aku sih? Jatuh cinta yah?” dengan kepedean luar biasa nih kelinci ambil kesimpulan “Aku tahu kamu cinta sama kakak, tapi tidak boleh erin, kita sodara… ingat?” tambahnya berbisik pada akhir kalimat.

Buang-buang waktu aku kalau mau ngurusin nih bocah cap kelinci satu ini, mending kembalikan focus pada yang lagi makan bakso berdua bareng wewe gombel berstatus Girlfriend-nya. kucoba tak memedulikan wewe gombel dan dadanya yang dia gesek-geseknya pada lengan Aksan. Lihat dia ngunyah aja rasanya langsung iri ama tuh bakso, pasti senang banget tuh bakso bisa masuk di mulutnya Aksan, terus-terus, liat tuh dia lagi ngelap bibirnya karena ada kuah yang meler dibibirnya, ugh… So Sexy.

“huhhh… seksinya!” bisikku pada diri sendiri,

Tiba-tiba saja Aksan berbalik dan bertemu pandang denganku, wah… ini namanya fate, jodoh, takdir dan apalah namanya. Pandangan kami terkunci untuk beberapa saat yang terasa selamanya, oh iya, berdasarkan hasil pengamatanku pada kakak bersatus sahabatku yang tak lain kak Amril saat inilah paling tepat aku sebar pesonaku, tapi belum sempat misi terlaksana kepalaku terasa mendapat bogem mentah yang rasanya tak seberapa tapi sakit banget dihati.

“kak Amril apa sih, sakit tahu” ku usap dadaku, ku pelototi sang tersangka penganiayaan gadis perawan dibawah umur. Ku kasih mantra Avadacadavra biar tobat nih bocah ngerjain aku mulu.

“aku gak nyangka pukulanku bias ngerusak otakmu, yang aku pukul tuh kepalamu bukan dada papan mu itu” ucapnya menahan geli, membuah nafas berat ku alihkan kembali wajahku pada sosok dewaku yang kini sedang berbicara dengan si Wewe, dan tanpa menunggu lama si Wewe berbalik dan memandangku dengan pandangan membunuh yang paling bias dia tampakkan. Oh… kamu salah dengan menjadikanku lawan saling pandang nona

“kyaaa… Az, cewek itu malah balas melototin. Aku takut” rengek Wewe dengan suara yang sengaja dia keraskan

“Cuekin aja saying, gak penting gitu” balas Aksan dengan suara yang sama kerasnya tanpa memandangku. tuh kan, tambah sakit nih dada.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story - The Kind of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang