"Anak laki-laki tidak seharusnya menangis!"
Teriakan keras itu, pukulan tanpa ampun itu, mata penuh kemarahan itu. Aku melihatnya, lagi. Rasanya ngeri. Aku takut.
"Jangan pukul Yoongiku! Yah! Berhenti memukulinya!"
Eomma, iya, itu suara Eomma. Rasa sakit akibat pukulan dari tali pinggang kulit Appa, tidak terasa lagi. Berarti, ini giliran Eomma yang dipukuli karena memeluku erat-erat. Badanku terasa kebas. Rasanya sangat sulit mengetahui apa yang terjadi saat matamu setengah tertutup, aku merasakannya nyaris setiap hari.
Aku akan selalu mendengar suara teriakan kemarahan Appa dan tangisan Eomma sebelum aku pingsan dengan darah dan memar biru di seluruh badanku, dan besoknya, aku terbangun di rumah sakit.
***
"Appa, bangun!" Min Mino, 4 tahun, mendudukan badannya di atas perut Yoongi yang tertidur tertutup selimut. "Appa, semalam Appa sudah janji mengantar Mino sekolah pertama kali!" Mino menjatuhkan badannya dan dahinya terantuk pada dagu Yoongi.
"Cerewet sekali," Yoongi pura-pura kesal dan memeluk anak satu-satunya itu erat. "Masih pagi, sudah marah-marah."
"Itu karena Appa tidak bangun! Papa bilang, hari ini, Appa yang akan mengantarkan Mino sekolah, kalau sudah berjanji, harus ditepati!" Mino menggusak dahinya pada dagu Yoongi dan membuat Yoongi terkekeh.
"Ya sudah, sana mandi." Perintah Yoongi.
"Lepaskan dulu pelukan Appa." Mino mendongak dan mendorong dagu Yoongi dengan kepalanya. "Appa, Mino bukan anak kecil lagi. Ingat?"
"Oke, bayi tua." Yoongi melepaskan pelukannya dan menatap anaknya yang sudah mengernyitkan alisnya, protes.
"Bukan bayi tua! Tapi, anak muda!" koreksi Mino.
"Baik, anak muda, baik. Cepat, turun dari badan Appa, dan pergi mandi."
"Ayo, Appa!" Mino menatap Yoongi dengan wajah penuh semangat.
"Kenapa mengajak Appa? Pergi ke kamarmu, dan mandi sendiri." Yoongi balas mengernyit pada Mino.
"Kalau mandi sendiri, siapa yang akan menggosok punggungku?" tanya Mino serius.
"Ya, lakukan sendiri."
"Tapi, tanganku tidak sampai, Appa. Lihat," Mino mengarahkan tangannya ke punggung kecilnya, untuk memberitahu Yoongi kalau tangannya tidak sampai."Tidak sampai, kan? Susah, Appa!"
"Katanya anak muda?" cibir Yoongi.
"Anak muda juga butuh bantuan, Appa." Mino menjelaskan dengan wajah serius.
"Mau sampai kapan di tempat tidur?" Jimin berdiri, bersandar di samping pintu kamar dengan tangan yang bersidekap di depan dada dan menatap tajam Yoongi dan Mino, yang masih memakai piyama di tempat tidur.
"Perintah, segera dilaksanakan, Boss besar!" Yoongi dan Mino berucap kompak.
"Cepat mandi. Mino, pergi ke kamarmu dan mandi, bibi Song sudah menunggumu di kamar." Perintah Jimin.
"Tapi, Mino mau mandi bersama Appa, Pa." ucap Mino sambil memeluk leher Yoongi dan menempelkan pipinya pada pipi Yoongi.
"Nanti terlambat! Cepat ke kamar. Appa juga, cepat mandi. Semalam, Appa sudah janji pada Mino untuk mengantakan ke sekolah, kan?" Jimin berjalan mendekat dan merapikan bantal di tempat tidur.
"Sini," panggil Mino dan Yoongi.
"Huh?" Jimin terlihat bingung, tapi tetap mendekat pada keduanya.