|Mangsa|{5}

4K 396 25
                                    

«JohnTen»
∆∆∆

∆Disclaimer∆
Terdapat adegan kekerasan
Harap bijak dalam membaca
∆∆∆

Kala kelopak mata Ten terbuka, ia mendapati dirinya sendiri di atas kasur besar milik Johnny. Ten beranjak duduk, menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Pakaian yang diberikan Johnny kemarin, kini melekat pas pada tubuh Ten. Dengan seluruh keberanian yang ia punya, lelaki manis itu berjalan keluar kamar menuju ruang makan. Perutnya sudah meronta ingin diisi.

Sayangnya, tak ada satupun makanan di atas meja. Ten memeriksa dapur, berharap menemukan secuil makanan. Namun, tetap tak ada makanan yang ia jumpai.

Dengan wajah tertekuk, Ten duduk bersandar di kursi ruang makan sembari memegangi perutnya.

"Kemana Johnny hyung?" gumam Ten pada diri sendiri.

Lelaki manis itu memilih untuk kembali ke kamar dan menunggu Johny di sana. Entah nanti Johnny akan menyakitinya atau mengasihinya, yang jelas ia akan menunggu lelaki tinggi itu di kamar.

Ketika Ten hendak berbalik, dirinya bertubrukan dengan seseorang hingga membuatnya hampir terjatuh. Tubuh ringannya ditahan oleh tangan sosok di hadapannya.

"Hati-hati, Sayang," ucap orang itu sembari menarik tangannya kembali.

Sosok itu memandang Ten dari atas sampai bawah. Membuat Ten merasa dilecehkan. Ten membalas tatapan itu tak suka.

"Siapa namamu? Orang baru di sini?" Ten menepis tangan kekar yang hendak meraih pinggangnya itu.

"Kenapa ada lelaki secantik kau?" Pertanyaan yang tak perlu dijawab itu terucap dari seorang lelaki di hadapan Ten. Secara paksa, lelaki itu mencium bibir Ten. Tangan Ten terkurung dalam kepalan tangan kekar lelaki asing. Membuat Ten tak dapat memberontak, meski ia ingin.

Tak hanya mencumbu Ten dengan kasar, tetapi juga meremas bokong Ten dengan penuh gairah.

"Mmph .... " Ten berhasil melepaskan tangannya dan dengan cepat ia mendorong tubuh kekar di depannya. Lelaki asing itu terdorong sedikit.

Bagaimanapun, tubuh kekar itu tetaplah lebih kuat dari Ten yang mungil. Ten kembali terkurung dalam kukungan Si Lelaki. Lelaki itu kembali ingin menyambar bibir Ten, tapi secara tiba-tiba tubuh kekar itu terpelanting ke belakang. Ten memekik kaget melihat apa yang ada di depannya.

Itu Johnny. Berdiri dengan wajah menyeramkan di depan Ten. Johnny lah pelaku yang menghempaskan tubuh lelaki asing itu ke dinding. Ten memandang punggung Johnny di depannya. Aura dingin dan menyeramkan dari Johnny begitu terasa oleh Ten.

Johnny mengangkat tubuh lelaki itu ke udara dengan satu tangannya. Ten menutup mulutnya ketika kuku-kuku Johnny memanjang hingga melukai kulit leher lelaki di genggaman tangan besarnya.

"Aku menyuruhmu bekerja, bukan mengganggu milikku," desis Johnny pada lelaki yang tengah merintih kesakitan.

"Maafkan aku, Tuan. Maafkan—" Itu merupakan kata terakhir yang diucapkan oleh Si Lelaki. Johnny telah merenggut nyawa orang itu dengan tangannya.

Ten berteriak saat kepala dan badan lelaki tak dikenal itu terpisah hanya dengan kuku-kuku panjang Johnny. Bau anyir menyeruak dari mayat yang tergeletak itu.

Johnny berbalik menghadap Ten. Tubuhnya bersimbah darah. Dua taring mencuat dari bibirnya, serta kuku-kuku panjang yang ada membuat penampakannya sangat menyeramkan.

Ten memekik sekali lagi tatkala tangan Johnny menariknya kasar. Darah segar itu kini juga menempel pada pergelangan tangan Ten.

"Lepaskan aku!" Johnny tak peduli dengan teriakan lelaki di belakangnya. Dia terus menarik Ten sampai ke kamar.

Johnny menghempaskan lelaki mungil ke dinding kamar. Membuat Si Lelaki meringis kesakitan. Johnny mendekatkan diri pada Ten. Mengikis jarak yang ada hingga hidung mereka bertemu. Deru napas Johnny yang membara, menerpa wajah halus Ten. Lelaki mungil itu bergidik ngeri. Johnny sangat menakutkan ...

Dengan kasar Johnny menyambar bibir tipis Ten. Meluapkan semua amarahnya pada cumbuan itu. Tangan Johnny bergerak masuk ke dalam baju kebesaran Ten. Mengelus punggung Ten dan memainkan nipple Ten yang menjadi candunya.

Ten meremas baju Johnny guna menyalurkan sakitnya. Ah, sentuhan Johnny membuat Ten gila ....

Johnny melepas ciumannya. Ia menggendong Ten dan berjalan ke arah kasur. Menghempaskan tubuh Ten ke atas kasur empuknya.

"Kau hanya milikku," bisik Johnny di telinga Ten.

Lelaki tinggi itu menggores kulit halus Ten dengan kuku panjangnya.

"Arghh!" Rintihan sakit dari Ten bagaikan lagu di telinga Johnny. Ia tak peduli bagaimana sakit yang Ten rasakan. Johnny terus menggerakkan jemarinya di atas kulit halus itu. Dia membentuk tulisan 'MINE' pada perut mulus Ten. Ia tersenyum puas melihat hasil karyanya.

Sedangkan kini Ten menangis terisak. Luka itu sangat perih. Ia tak bisa menahannya. Ten menutup matanya dengan kedua tangan. Tak mampu berbuat apapun saat ini.

"Jikalau kau lupa bahwa kau itu milikku," ujar Johnny dengan senyum miringnya.

Dia menyingkirkan kedua tangan Ten dan menahannya di sebelah kepala lelaki mungil itu. Sekali lagi Johnny mencium bibir Ten dan melumatnya dengan kasar. Mengabaikan Ten yang terisak karena luka yang Johnny buat.

"Aku ingin tahu, Ten. Kau milik siapa?" Johnny menatap dalam mata Ten yang berair.

"Milikmu ..." lirih Ten disela tangisnya.

"Siapa?" ulang Johnny.

"Milik Johnny Hyung." Johnny tersenyum puas dengan jawaban itu. Dia bangkit dari kasur dan berlalu ke arah lemari besarnya. Johnny membawa kotak obat dan memberinya pada Ten.

"Obati sendiri lukamu, aku tak terbiasa dengan itu," ucap Johnny angkuh. Setelah itu, Johnny pergi dari kamar. Meninggalkan Ten yang kesakitan sendiri.

Susah payah Ten bangkit dari posisi telentangnya dan duduk di tepi kasur. Ia mengobati lukanya sembari meringis sesekali.

Melihat luka di perutnya, Ten kembali bergidik. Mengingat bagaimana Johnny membunuh orang asing yang melecehkannya di dapur tadi. Makhluk apa Johnny itu? Mengapa ia begitu menyeramkan?

Ten benar-benar tak ada nyali lagi untuk menatap mata elang Johnny. Ia tak mau mati dengan cara keji seperti orang asing itu.

Selesai membalut perban pada luka di perutnya, Ten memilih untuk berbaring dan memejamkan mata. Lukanya masih terasa nyeri, tapi sekuat tenaga ia menahan rasa sakit yang menjalar itu.

Diiringi isakan kecilnya yang lirih, Ten akhirnya terlelap. Masuk ke dalam dunia mimpi yang ternyata tak jauh lebih indah daripada dunia nyata.

∆∆∆

Mangsa [JohnTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang