- 03 -

171 49 2
                                    

Keributan yang beberapa saat lalu sempat terdengar dari apartemen Bae Yoobin baru saja mereda, saat Seokwang bersama tiga orang lain sampai di sana. Mendengar jeritan yang berasal dari unit apartemen putrinya, ia semula jadi orang yang menuntun satu pria tua itu tanpa basa-basi langsung meminta lelaki yang paling muda untuk menjaga. Tanpa memikirkan apapun lagi, langsung saja berlari sekuat yang ia bisa menuju apartemen, sandi yang ia minta dari putrinya malam kemarin langsung ditekan.

Mendorong pintu sangat keras sampai menimbulkan bunyi berdebam, sementara tiga lainnya di luar berusaha mencegah para tetangga yang ingin lebih tahu soal keributan dengan berkata jika jeritan tadi hanya sebuah kesalahpahaman, Seokwang masih dengan gelagat panik masuk lebih dalam ke apartemen. Melewati teras dalam, ruang tengah, sosok si putri yang saat itu berdiri membelakangi pintu kamar yang tertutup dengan tubuh gemetar dihampirinya; jeritan Bae Yoobin memang sudah berhenti, tapi wajah pucat itu masih membuat si Ayah  gelagapan.

"A-a-a-Appa!" Yoobin menjauh dari pintu; sebelum Ayahnya sempat berjalan lebih dekat, ia menghampiri. "A-ada lelaki mesum yang masuk ke dalam apartemenku..." Bak seorang anak kecil yang takut, ia memeluk si ayah sembari menunjuk ke arah pintu yang tak bergeming itu. "Di-di-dia telanjang!"

Mendengar apa yang Yoobin katakan, wajah panik itu seketika menghilang. Kalimat 'dia telanjang' yang Yoobin katakan seolah masuk telinga kanan-keluar telinga kiri; Bae Seokwang lebih fokus pada apa yang anaknya itu katakan sebelumnya, tentang adanya seorang lelaki --minus kata 'mesum'-- yang ada di apartemennya.

"A-Aboeji?"

Belum sempat Seokwang yang ingin meralat ucapan putrinya itu membuka mulut, ayunan pintu beserta suara decitan yang cukup menyakitkan telinga,  memperlihatkan seorang lelaki muda yang sudah memakai baju rumahan secara asal-asalan. Nampak terkejut saat ia melihat sosok Seokwang, langkah lebar yang bersiap dia ambil tertahan.

"A-aku bisa jelaskan..."

Mendengar dia memanggil si Ayah dengan sebutan 'Aboeji', tentu saja membuat Yoobin jadi bingung. Dengan segera melepas pelukannya pada Ayahnya, ekspresi heran kini jadi apa yang memenuhi wajah. Aliran darah sepertinya sudah kembali berjalan dengan normal, pucatnya hilang seiring dengan semua tanya yang perlahan memenuhi kepala.

"YOOBIN-AH! WINWIN-AH! KALIAN BAIK-BAIK SAJA?! SIAPA?! BERITAHU SIAPA YANG MACAM-MACAM PADA KALIAN?!"

Hening.

Seruan panik dengan nada tinggi dari sang Paman, Noh Chanhee yang seharusnya disahut heboh, justru mendapat sebuah sikutan cukup kuat dari Bae Hyunbin si keponakan yang berdiri di sampingnya.

Kakak lelaki Yoobin itu melirik-lirik pada adiknya yang terlihat semakin bingung, dia yang lebih tua tujuh tahun dari si adik itu berusaha memberi kode pada Chanhee untuk jangan membuat si bungsu marah dengan keributan yang  memicu tanya lebih besar: penggunaan suffix '-ah' yang digunakan pamannya pada si 'lelaki asing mesum' itu  menandakan kalau selain sang kepala keluarga, pria itu (dan mungkin juga seluruh keluarga Bae) juga tahu perihal siapa dia yang dengan seenaknya 'mandi' di apartemen Yoobin begini.

"Ah!" Chanhee memekik tertahan, sebelum kemudian tertawa canggung. "Kalian sepertinya baik-baik saja, ya..." volume suaranya turun seiring dengan suasana yang semakin 'dingin'. "Ka-kalau begitu--"

"Karena kalian sudah bertemu satu sama lain, lebih baik langsung saja..."

Suara rendah Seokwang memutus, pandang yang tadi saling menghindari sosok satu sama lain secara serempak tertuju pada pria itu; Yoobin yang sudah menuntut penjelasan atas situasi aneh ini bahkan tak mengedipkan matanya sama sekali.

Unknown Marriage✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang