I see the pain

304 33 20
                                    

I wanna love me, the way that you love me
For all of my pretty, and all of my ugly too
I'd love to see me from your point of view*
***

Badai dalam hidupnya sudah lama hadir, entah sejak kapan Seohyun mulai mengalami. Seohyun akhir-akhir ini dihinggapi rasa cemas, bingung, takut, pesimis dan perasaan negatif lainnya. Seohyun sedang dalam fase paling jenuh dalam hidup yang berlangsung entah sampai kapan.

Fase di mana dirinya benar-benar ingin menutup diri, butuh menghabiskan seluruh waktu sendirian. Seohyun lupa kapan terakhir ia menangis sesenggukan, maupun tertawa lepas. Kini seolah dirinya hanya memiliki kehampaan. Kalau duka, mengapa tak ada tangis, kalau suka, mengapa tak ada tawa.

Masih di ambang pintu, Seohyun memberanikan diri memandangi Kyuhyun yang tengah meringkuk di atas ranjangnya. Kyuhyun tampak tidur dengan tenang. Wangi khas Kyuhyun mendominasi tempat ini. Kyuhyun pergi kemari jika merindukan Seohyun, seakan rumahnya sendiri. Aroma napas tubuhmu, dan seisi ruangan ini, membuatku lebih mudah mengendalikan rinduku, seolah kau ada di sini.

Seohyun tidak ingat kapan terakhir kali ia membalas pesan yang dikirim oleh Kyuhyun. Seohyun selalu membiarkannya berlalu, berpikir Kyuhyun akan jera. Seohyun tahu Kyuhyun selalu mencarinya. Seohyun tahu Kyuhyun tidak akan menyerah. Muncul satu pertanyaan dalam dirinya. Dari segala hal nikmat yang hilang dari dirinya selama ini, masih tersisakah rindu, untuk Kyuhyun?

Rasa tenang yang selama ini Seohyun dapat dengan menggenggam tangan Kyuhyun. Rasa hangat yang selama ini Seohyun raih dalam pelukan Kyuhyun. Seohyun tak tahan untuk merebahkan dirinya di sisi Kyuhyun. Seohyun ingin mendapatkannya sekali lagi. Seohyun ingin mencurinya dalam diam. Seohyun mendekatkan tubuhnya pada Kyuhyun yang memunggunginya. Menyandarkan keningnya di punggung Kyuhyun.

"Kyuhyun, kalau kau pergi apa aku tidak apa-apa? Sekarang aku sungguh tidak apa-apa?" Jantung Seohyun serasa diremas ketika bibirnya mengucap sebaris pengusiran untuk Kyuhyun. Jarinya mengusap punggung Kyuhyun hati-hati. Mendekatkan hidungnya di sana, berusaha menyesap wangi Kyuhyun semaunya. Seohyun tahu dengan kemunafikannya. Penuh kesombongan meminta Kyuhyun pergi padahal setiap degupan jantungnya kini seolah memanggil nama Kyuhyun.

"Kapan terakhir kali kau mendapat perhatianku? Mengapa kau tetap mempertahankanku."

Seohyun merasakan tangannya yang dingin kini menghangat. Tangan Kyuhyun yang Seohyun sempat ragu untuk sekadar menyentuhnya, kini menggenggam tangannya. Mencari-cari celah jari Seohyun. Ada rasa sejuk kala Kyuhyun temui di kala salah satu bentuk cintanya pada Seohyun masih melingkar di sana, di jari manisnya. Kyuhyun membalikkan badannya.

Kyuhyun seolah tak mengenali Seohyun lagi. Pipi tembam yang dahulu membuat Seohyun kurang percaya diri, kini telah menjadi tirus. Mata bulat yang selalu memandang penuh kelembutan tak ubahnya sorot dingin dan sayu, tubuh yang kuyu penuh ketidakberdayaan. Seohyun sedang kehilangan sinarnya.

"Mengapa kau tetap tidak pergi,"

"Aku tidak mengira ada orang sepertimu mau bertahan dengan orang sekacau diriku," imbuh Seohyun. Kyuhyun kembali meraih tangan yang selalu ia rindukan. Dalam genggaman Kyuhyun, tangan Seohyun begitu kecil dan kurus. "Karena kau Seohyunku."

"Jawabanmu selalu sama."

Pernyataan yang berulang, tampak sepele namun semua ada artinya. Karena kau Seohyunku. Seohyun, masih belum tahu bahwa di tiap kata, Kyuhyun menyisipkan segenap perasaan. Seohyun memang sangat penting. Kyuhyun selalu menjadikan Seohyun prioritas, Seohyun selalu menjadi perhatiannya. Jujur, Kyuhyun merindukan banyak hal dari Seohyun, yang kini banyak menghilang.

"Akhir-akhir ini kau menyakitiku." Senyum Kyuhyun sirna. Tidak ada basa-basi, Kyuhyun dengan kejujuran dan sorot dinginnya menghujam tepat di jantung Seohyun. "Tapi tak ada yang lebih menghantamku dari kau yang menyimpan semuanya sendirian."

BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang