Gadis dengan rambut sebahu itu berdiri mematung, mendengarkan dengan seksama apa yang beberapa orang bicarakan didalam. Niat awal memberi kejutan pada sang kekasih, Wulan malah mendapat kejutan lebih dulu.
Didalam sana, Cio dan kedua temanya, Bams dan Jef sedang membicarakan dirinya. Ah, jangan lupa juga dengan suara perempuan yang amat mengangu di telinga Wulan, Sasa. Teman satu kos Wulan.
"Gue masih nggak nyangka, ternyata mudah juga buat anak paling dingin satu kampus jatuh cinta. Apalagi dengan murahnya dia ngankang buat Cio. " ucap Jef, lelaki itu tampak berfikir.
"Iya, padahal ketua BEM aja pernah nembak Wulan. Tapi emang cewe itu sok jual mahal, eh malah masuk perangkap kita." timpal Bams, lalu lelaki itu tertawa kencang di ikuti dengan Jef dan Sasa. Sedangkan Cio hanya tersenyum remeh.
"Bisa-bisanya dia buta, terus masuk dalam taruhan kita."
"Lo bener Jef, dan sekarang sini kunci mobil sama apartemen yang lo janjiin buat Cio." ucap Sasa, bagaimana pun gadis itu sekarang kekasih Cio, jadi ia bisa meminta hak Cio.
Bams tertawa nyaring, utung saja lelaki itu hanya kehilangan uang 500 juta untuk menyuap pegawai bar, ya walapun hangus. Bukan seperti Jef yang kehilangan mobil dan apartemen bernilai miliyaran.
"Udah buta, bego lagi. Serius, setolol itu Wulan. Nggak bisa bedain mana tulus mana main-main."
Wulan tersenyum, tapi tanganya meremas kuat amplop coklat dari rumah sakit tadi. Ia pikir dengan bukti bahwa ia mengandung anak dari Cio, bukti dari cinta mereka, lelaki itu senang, bahagia dan mengucapkan terimakasih telah memberikan kado terindah di ulang tahun lelaki itu.
Pemikiran itu salah, otaknya saja yang terlalu kolot karna perlakuan mendamba Cio. Apakah ini hasil yang semua Cio berikan, semuanya hanya manipulasi. Bahkan ucapan cintanya.
Kaki jenjang yang terbalut jeans biru itu masih berdiri tegak di depan pintu, bukan karna dirinya kuat mendengar hinaan yang teman-teman Cio lontarkan. Tapi, gadis itu menunggu Cio membuka mulut, mengatakan pada semua jika semua itu salah.
Wulan berharap Cio akan membelanya, sama seperti saat Greet, tukang bully dikampus berteriak waktu Wulan tidak sengaja menumbahkan jus mangga miliknya. Tidak untuk sekarang, lelaki itu hanya diam. Yang sudah bisa di artikan jika lelaki itu memang setuju dengan ucapan kedua temanya. Tangan kekar yang pernah merengkuhnya dengan hangat ditempat tidur, kini sudah memeluk mesra pinggang ramping Sasa. Sejak kapan mereka menjalin hubungan?
Ucapan Bams dan Jef adalah kebenaran, dirinya buta dan bodoh. Bisa-bisanya dia menolak Farhan, ketu BEM yang terkenal baik, dan malah memilih Cio yang terkenl berengsek.
Sekarang dia benar-benar tahu, seberaa rendah harga dirinya, seberapa murah hidupnya. Dengan langkah sepoyongan, Wulan meninggalkan semuanya, kenangan bahkan cintanya. Ia akan membawa buah dari kebodohanya, yang entah sejak kapan menjadi anugrah dalam hidupnya.
Flasback 5 bulan lalu.
Dengusan keluar dari hidung Wulan, saat ini badanya sudah sangat lelah tapi, tugas dari pak Burhan masih ia kerjakan setengah. Jika bukan karna drama yang ia tonton semalam, hari ini ia tidak akan telat lalu di hukum membuat makalah. Sial sekali hidupnya, sudah berakat terburu-buru tanpa sarapan, lalu di usir dari kelah dan di tambah tugas menumpuk.
"Hai!" sapa seseorang.
Wulan masih diam, dirinya merasa tak yakin jika sapaan itu tertunjuk padanya.
Orang itu kini duduk didepanya, menopang dagu, menatap Wulan.
"Kok nggak jawab?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story.(21+)
Short Story-Kumpulan cerita pendek -Banyak cerita sad. NGGAK USAH DI BACA, APALAGI DI VOTE! KOMEN APA LAGI, NGGAK PERLU! ONLY 21+ Adults not kids.