Hyunjin membereskan kertas-kertas yang berisi lembar penilaian mahasiswa. Sesekali ia menengok ke arah layar laptopnya, melihat daftar submit tugas mahasiswa yang mulai masuk satu persatu. Jam diujung ruangan telah menunjukan pukul 7 malam. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang. Jika dirinya tidak bergegas untuk pulang, anaknya pasti akan merengek marah karena telah melewatkan jam makan malam dengannya. Hyunjin sedikit menampar dirinya sendiri, menyuruhnya untuk kembali fokus. Tangan dan matanya tampak awas melihat setiap lembar tulisan yang dibacanya. Tidak melewatkan sedikitpun tulisan yang sudah dipikir dengan susah payah oleh mahasiswanya itu.
"Hyun?"
Seseorang muncul dari balik pintu, membuat Hyunjin sontak menatap laki-laki yang terlihat sudah rapi dengan jaket dan tas yang berada di punggunya. Seperti sudah siap untuk pulang dan meninggalkan hiruk pikuk pekerjaan sebagai dosen.
"Lo gak pulang?" Ia kembali bertanya, kali ini membuka pintu dengan cukup lebar, "Udah jam 7?"
"Iya bentar lagi, nunggu submit-an mahasiswa. Lo udah selesai input nilai sekalian min?"
Seseorang yang dipanggil Seungmin itu mengaguk. Ia berjalan masuk perlahan, duduk di kursi di depan Hyunjin, matanya menatap lekat teman sejawatnya, melihat bagaimana kacamata milik Hyunjin yang tidak menyembunyikan lingkaran hitam yang saat ini terlihat menggantungi bawah mata Hyunjin.
"Lo gak tidur berapa hari astaga?"
"Hah?" Hyunjin tampak tidak fokus, "Gue? Tidur tuh."
"Ya maksud gue lo sehari cuma tidur berapa jam sampai keliatan kek mayat hidup gitu?"
"3 jam," Hyunjin menghela nafasnya dalam, seolah mengeluarkan segala letihnya dengan desahan nafas. "Gimana lagi, gue ngampu banyak kelas. Berasa gila kalau lagi UAS gini."
Seungmin meringis kecil, mengerti apa yang dirasakan oleh Hyunjin. Tidak bisa dipungkiri, musim ujian tidak hanya menyiksa bagi mahasiswa tetapi juga bagi dosen. Mereka harus bekerja lembur untuk mengecek semua jawaban ujian mahasiswa, belum lagi jika tugas ujian yang diberikan adalah tugas jurnal artikel atau paper.
Such a pain in the ass.
Suara detak jam bulat yang berada di ujung ruangan terdengar bersahutan dengan goresan pena pada lembar jawaban yang sedang dikoreksi oleh Hyunjin. Seungmin yang masih duduk dengan tenang masih menatap lekat lelaki di depannya. Hendak memberitahukan tujuan awal dia masuk ke dalam ruangan dosen muda berumur 30 tahun itu.
"Hyun,"
Lelaki yang dipanggil melirikan matanya, memberikan kode melalui tatapan matanya agar temannya itu melanjutkan kalimatnya tanpa ia yang perlu menjawab.
Seungmin mengetukkan jarinya diatas meja. Merasa bimbang untuk mengatakan hal ini. Sebenarnya ia sudah lama ingin memberitahukan berita yang ia dengar ini kepada Hyunjin namun masih terus ia urungkan karena dirinya yang tidak kunjung mendapatkan momen yang tepat.
"Kenapaaa?" Hyunjin kembali fokus dengan pena merahnya, menyoreti kertas folio di depannya, "Lo mau minjem duit lagi?"
"Apa? Kagak." Seungmin menjawab cepat, "Lagian yang kemarin aja belum gue ganti, masa mau minjem lagi."
"Trus kenapa lo keliatan bingung gitu?"
Seungmin menghentikan ketukan jarinya, ia mengangkat kedua tangannya ke atas meja. Sedikit mendekatkan badannya agar dirinya bisa berbicara dengan lebih leluasa.
"Lo udah tau kabar kalau habis natal nanti angkatan 2008 sampai angkatan 2013 mau ada reuni?"
"Angkatan? Angkatan apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Till Forever Falls Apart (Hyunjeong)
FanfictionMereka telah saling berlari menjauh, meninggalkan luka yang nyatanya belum sepenuhnya kering. Mereka telah saling melupakan, menganggap satu sama lain adalah sebuah kesalahan. "Namun jika ini kesalahan, tidak mungkin semesta kembali mempertemukan ki...