🏁 4

75 3 1
                                    

Usaha keras tidak akan mengkhianati hasil. Ia sudah mempersiapkannya hadiah untuk siapa-siapa saja yang telah berusaha. Janji-Nya pasti. Jika Dia belum memberimu itu, mungkin usahamu masih belum cukup, atau, waktunya saja yang belum tepat.

Tahun ke-tiga Wonjin membalap di Moto 2, ia menjadi runner-up saat musim balap telah selesai. Sebuah kebanggaan yang patut untuk dirayakan. Tapi sekarang, ia mau beristirahat dulu sebentar di karavan sebelum makan dan mandi lalu menghadiri jamuan makan malam, yang pastinya, akan sangat meriah.

"Bagus sekali, Ham."

"Selamat untuk juaranya."

Dan lain pujian semacamnya mengiringi perjalanan Wonjin menuju karavan. Serim yang ada di sampingnya juga tidak berhenti menepuk-nepuk pundak anak itu. "Aku bangga padamu, Nak!"

Wonjin tertawa, senyumnya sangat lebar dengan sorot mata yang terlihat hidup. "Semua ini tidak akan bisa didapat jika bukan tanpa bantuan banyak orang."

Serim mengangguk untuk itu. "Ya, tapi kau yang menjadi ujung tombak semua usaha kami. Benar-benar, tidak kusangka hari ini akan tiba."

Wonjin memasang senyum lima jari sebagai balasnya. Membuka pintu karavan, ia merasa asing karena mendengar ramai orang bicara. Berjalan ke arah sumber suara, pupil Wonjin membola saat melihat Minhee sedang berbicara dengan,

"Wonjin!"

Sesosok entitas asing itu langsung berlari ke arahnya dan memeluknya, hanya sepersekian detik sebelum menunjukkan senyum lebarnya yang terlihat manis. Tunggu, ini pasti mata Wonjin yang salah lihat. Mana mungkin-

"Selamat atas kemenangannya!"

"Terima kasih." Senyumnya sedikit canggung, melirik ke arah Minhee yang duduk di meja makan dan Serim di samping, tidak ada yang mau menjelaskan. Jadi Wonjin bertanya ke orangnya sendiri yang masih memasang senyum sumringah.

"Jungmo, kenapa bisa ada di sini?"

Tertawa kecil, Jungmo, "Kaget ya?"

"Well, yeah. Kau tidak bilang apa pun jika mau ke sini."

"Sengaja, supaya jadi kejutan." Tawa kecilnya menjadi bumbu yang membuat Wonjin tersenyum.

Sebuah tepukan mendarat di bahu, menoleh ke samping, ternyata Serim, "Aku pergi dulu." Mengangguk untuk itu, Wonjin tidak menyangka bahwa Minhee akan ikut mengekori Serim. Temannya sejak bangku sekolah menengah itu menunduk saat melewatinya, yang mana terasa ganjil bagi Wonjin, tapi sirna begitu saja karena Jungmo di depannya meminta perhatian. Wonjin pun kembali fokus padanya dan Jungmo menjelaskan,

"Aku akan menghadiri LOEWE fashion show edisi musim dingin lusa nanti. Jadi aku berpikir, kenapa tidak sekalian mampir? Aku menghubungi Serim dan dia berbaik hati menjemputku di pintu masuk tadi."

"Tunggu, jadi kau baru saja tiba?"

"Kemarin, aku sudah check-in hotel dan terhitung sudah satu hari aku di sini."

"It's good."

"Ya."

"It's good to see you."

Lama tidak bertemu, tentu saja membuatnya begitu.

"Really!?" Oh, Jungmo harap perkataannya tadi tidak terdengar terlalu excited.

"Ya, it's good to have you here. We have to catch up. Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu."

Sesudah Wonjin mengganti baju, mereka pun saling bertukar cerita tentang apa-apa saja yang sudah dilalui dan keadaan sekarang. Jungmo bahkan ikut dalam jamuan makan malam yang digelar di hospitality KTM Tech 3. Wonjin memperkenalkannya sebagai teman dari jauh yang kebetulan sedang ada urusan di sini dan mengunjunginya. Jungmo senang Wonjin mengakui keberadaannya di hadapan rekan-rekan kerja pria itu. Perpanjangan dari itu, Jungmo kembali mengunjungi Wonjin setelah urusannya dengan LOEWE berakhir. Ini malam Sabtu, dan ia sedang berdebat dengan Minhee tentang,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AttainableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang