𝒊𝒊𝒊. 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒐𝒈𝒖𝒆

165 104 441
                                    

MENURUT Wikipedia, bulan adalah benda langit yang paling terang setelah Matahari. Meskipun bulan tampak sangat putih dan terang, permukaan bulan sebenarnya gelap, dengan tingkat kecerahan yang sedikit lebih tinggi dari aspal cair.

Dilansir live science, bulan bersinar karena permukaannya memantulkan cahaya dari matahari. Kadang-kadang tampak bersinar sangat terang, bulan hanya memantulkan antara 3 dan 12 persen sinar matahari yang menerimanya.

Sekiranya, definisi singkat itulah yang dapat memvisualkan bagaimana keadaannya sejauh ini.

"Dia bersinar bukan untuk dikagumi, melainkan untuk diakui keberadaannya." 🧩

"Nyatanya, bulan dapat bersinar terang sebab permukaannya memantulkan cahaya dari matahari. Lantas bagaimana jika.... matahari—" 🎟

"Dalam kerumunan bintang, dia tetap menjadi bulan. Yang paling berbeda dan selalu menyendiri di tengah ramainya malam." 🍯

"Apapun yang terjadi, bintang selalu berada di sekitar bulan. Meski tidak ada yang menyadarinya, termasuk si Bulan sendiri." ☂️

"Jika dia adalah bulan, maka aku adalah awan hitamnya." ☎️

"Dia menengadahkan kepala, membalas senyuman bulan dan bintang, yang tak lagi sama seperti dulu. Benar. Mereka ada meski telah tiada." 🎐

"Persis seperti bulan, dia berhasil menipu kita semua. Dibalik sinar kedamaiannya, dia menyembunyikan sebuah fakta. Bahwa kehidupan gelapnya dipenuhi oleh kawah-kawah terjal." 🔍

"Kalian menganggap aku sebagai bulan, bukan? Terimakasih. Aku senang mengetahuinya." 🔐

-——🌒

TERLIHAT sesosok gadis dengan AirPods yang terpasang di kedua telinganya berlari menaiki anak tangga, untuk masuk ke dalam pesawat.

Jari-jemarinya terangkat, menyisiri rambut panjangnya yang sedikit acak-acakan sebab terlalu banyak bergerak. Dia berjalan tergesa menuju salah satu bangku dekat jendela dan mulai memosisikan duduknya agar nyaman.

Raut wajahnya yang damai mampu menyembunyikan perasaan gelisahnya disaat pesawat akan lepas landas. Gadis itu menatap kosong pemandangan dari luar jendela, sampai seseorang datang membuyarkan lamunannya.

Spontan tangannya bergerak melepas salah satu AirPods, ketika menyadari sesosok cowok yang baru saja menepuk pundaknya itu ingin bersuara.

"Aduh, mon maap sebelumnya. Gue boleh duduk di kursi kosong sebelah lo, nggak?" tanyanya, membuat gadis itu menyerngit bingung.

Cowok tadi menggaruk tengkuknya dan kedua matanya terarah pada bangku sebrang. "Itu, loh... gue duduk sama emak-emak hamil, huhuhu. Dari tadi gue diomelin mulu. Katanya, bau parfum gue mirip baunya tai ayam."

"Kursi sebelah lo kosong, kan? Kalau lo nggak keberatan—" Dia menghentikan ucapannya sejenak, kemudian menepuk jidat. "Eh, tolol. Dia bule mana ngerti bahasa Indonesia."

"Saya orang Indonesia. Duduk saja... asal jangan berisik." Tanpa disangka, si gadis yang sedari tadi menyimak jengah itu menyahut, mengakibatkan cowok berkulit tan tersebut menyengir kuda.

Semerbak aroma coklat menenangkan langsung menyeruak ke dalam indera penciuman setelah cowok itu duduk tepat di sebelahnya.

Kini gadis itu meninggikan volume musik di AirPods-nya dan memejamkan sepasang netranya yang mulai memberat.

Dua harapan besar mengiringi perjalanan panjangnya dari Toronto menuju Indonesia. "Sebentar lagi... Bunda, Angel pulang. Dan janji itu, semoga tetap terjaga." Asa Angel dalam hati, sebelum pergi ke alam bawah sadarnya.

start : 4th April 2021delayed seven monthsend : —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

start : 4th April 2021
delayed seven months
end : —

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUKEU, PASTEL'SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang