£1

26 4 2
                                    

|||||

Lalu tiba-tiba disuatu pagi lu bangun di sebuah asrama sekolah. Tempat yang belom lu tau. Dan entah semuanya berlalu begitu saja, kini lu sedang berdiri di sekolahnya. Dan tanpa sadar, kaki lu ajak lu berkeliling, seolah si kaki sudah hapal betul letak-letak semua ruangan dan bagian sekolah.

Semua muridnya seperti para idol. Badan mereka yang langsing dengan tinggi semapai, kakinya yang jenjang.

Semuanya terlihat begitu positif sampai lu berada di tempat khusus yg disebut sebagai gedung ekskul.

Para murid cewek dilatih menari, dance, menyanyi. Mereka dilatih keras hingga banjir keringat bahkan ada yg ditandu, pingsan, kakinya bengkak, suaranya serak. Atau bahkan yg paling parah sampai sakit berbulan-bulan.

Lalu tiba-tiba ruang UKS penuh.

Bukan hanya murid cewek yg mengisinya, melainkan cowok juga. Semuanya sama. Sama, seolah mereka sudah diprogram akan untuk memiliki sakit yg sama. Layaknya mesin.

Langit mendung, lalu hujan datang ke bumi tanpa pernah memberi aba-aba. Gorden jendela bahkan berterbang-terbangan. Lu terdiam bersama banyak mata yang juga terpaku pada alam. Lalu sebuah teka-teki yg harus dipecahkan datang.

"Jika para puncak Chimborazo bersatu, kalian akan menemukan sebuah planet baru." Itu isinya.

Semua murid mendengar itu dengan jelas di antara suara gemersik hujan yang turun. Embun memenuhi kaca ruang radio itu. Lalu teriakan nyaring bersama suara tusukan dan percikan darah terdengar. Dan ending dari suara-suara itu adalah suara berat seorang lelaki yg mengatakan;

"Tutup rapat-rapat organ yg berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh itu, sebelum kalian melihat kerangkanya. Jika itu terjadi meraunglah."

Seolah kata itu diucapkan sebagai sebuah peringatan.

Lu hanyut dalam pikiran. Memikirkan apa maksud dua orang dan dua bahasa yang sulit lu ngertiin. Apa maksudnya? Apakah dia termasuk anggota puncak Chimborazo yang dimaksud oleh suara cewek tadi?

Dan sekolah apa ini? Apakah masih di Indonesia? atau ini bukan bumi?

Hening tak bersisa hanya terdengar suara hujan. Lalu jantung semua orang tercetus keluar saat mendengar bel darurat dibunyikan saat itu. Lu mematung, diam tak bergerak hanya melirik orang-orang yang mulai berlarian.

Dan diantara semua orang cuma lu yang gak bergerak.

****

Di ruang CCTV itu, ah bukan mereka menamainya ruang kaca empat terlihat 3 orang yang sedang duduk sambil melihat layar monitor. Ketiganya hanya sedang mengelilingi isi pikiran masing-masing seraya menatap lama layar itu.

"Lo pada liat orang itu kan?"

"Siapa?"

"Itu loh." Tangannya menunjuk pada salah satu layar monitor, memperlihatkan seorang gadis yang juga sama kebingungannya dengan yang lain. Dia terlihat sangat tak tau apapun dan malah mengikuti saja kemana semua orang berlari.

"Entah lah, gue kan males inget semua wajah."

Cowok di sampingnya memukul kepalanya dengan buku yang ada ditangannya. "Makanya, harus inget," katanya sok galak.

Gadis itu malah mengangkat dua tangannya tinggi-tinggi seolah melepaskan beban yang selama ini ia pegang. "Bodo amaattt."

Lalu sisi lain, gadis berkaca mata itu malah makin melihat teliti apa yang dilakukan cewek yang ia curigai. Otaknya hanya terus ingin membuka pintu mengenai gadis itu.

Cowok yang memukul gadis bodo amat itu kini kembali pada posisinya, dia meraih buku yang ada di rak dekat tempatnya duduk dan matanya malah tertuju pada layar monitor dimana gambar si cewek tadi diperjelas dan diikuti oleh Zora-gadis berkaca mata yang tugasnya di depan layar.

Pintu ruangan itu dibuka, Cecila Anzora atau gadis yang dipanggil Zora itu menoleh.

Roy Adibuya, cowok yang memegang buku itu malah sibuk terus memperhatikan layar monitor.

Higeya Kartika si gadis yang berbando kelinci itu malah sudah ngacir pada cowok yang baru saja masuk ke ruangan itu.

"Bawa apaan tuh?? Teh? Roti? Donat?" katanya menyerang dengan pertanyaan cepat. "Atau biskuat? Nabati? Yakult? Cireng? Bakso? Sapi?"

"Higeya Kartika, lo berisik," semprot Roy sudah emosi dari tempatnya.

"Geya tuh ga salah, ga mau."

"Jijik."

Igeya malah tertawa. Kini mengikut duduk di sofa sebelah Ken.

Cowok itu tersenyum, lagi-lagi ruang kaca empat ramai karna mereka berdua dan suasana ini takkan pernah ia biarkan rusak oleh siapapun.







£1.

Potongan pertama beserta serpihannya.

||






To be continue.

At schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang