Jaehyun POV
Tinggal bersama Jun Hee?
Aku kira akan menyenangkan, tapi nyatanya tidak.
Ini menyiksaku.
Bukankah sudah ku bilang, Jun Hee yang sekarang sangat cantik.
Ya.
Cantik dan seksi.
Hampir setiap pagi aku harus bangun dengan keadaan keras.
Dan itu hampir menyakitkan.
Aku seharusnya tidak seperti itu.
Dia temanku dan sekarang menjadi managerku.
Ditambah lagi dia adalah sepupu Mingyu.
Seharusnya aku bisa menahan hasratku.
Sudah hampir delapan bulan Jun Hee tinggal bersama kami. Dan sejak hari pertama dia tinggal di sini, aku sudah memimpikan hal yang tidak-tidak dengannya.
Aku kira itu hanya akan berlangsung sesaat.
Tapi nyatanya tidak.
Dan itu tidak baik untukku.
"Kau sudah bangun?" kata Jun Hee yang tiba-tiba sudah berada di kamarku.
Aku mengerjapkan mata, karena terkejut.
"Kapan kau masuk?" kataku sambil membenarkan posisi selimut, agar milikku yang sedang menegang tidak terlihat.
"Baru. Aku memanggilmu tapi kau tidak menyahut sama sekali."
"Maaf," kataku.
"Cepat bangun, kau ada jadwal pemotretan hari ini," katanya dan keluar dari kamarku begitu saja.
Aku menghembuskan nafas dan melihat ke bawah.
Aku harus dengan cepat menuntaskannya.
ღ ღ ღ ღ ღ
Cahaya dari kamera terus menyala sejak dua jam lalu. Aku di minta untuk berpose terus menerus. Berganti pakaian lebih dari lima kali.
Jun Hee setia menemaniku. Meski terkadang dia sibuk dengan telepon yang terus masuk.
Aku memintanya secara khusus untuk menjadi asisten pribadiku juga, karena aku tidak suka jika ada orang lain yang mengurus segala kebutuhanku.
Dan nilai plusnya, aku bisa meluangkan waktu lebih banyak bersama Jun Hee.
"Berapa banyak lagi pakaian yang harus di pakai Jaehyun?" tanya Jun Hee pada stylist ketika aku mendekat padanya.
"Dua baju lagi," jawab sang stylist.
"Bisakah kau buat ini cepat? Jaehyun ada jadwal lain."
Stylist itu pun mengangguk dan bekerja dengan kecepatan penuh.
Aku mengerutkan kening bingung, karena seingatku setelah ini tak ada jadwal apapun. Tapi aku akan bertanya padanya nanti.
Dengan cepat aku membuka bajuku dan mengganti dengan baju yang lain.
Pemotretan akhirnya selesai.
"Jadwal apa?" tanyaku ketika kami sudah di mobil.
"Aku berbohong," kata Jun Hee dengan senyuman main-mainnya. "Lagi pula mereka sudah menghabiskan waktu lebih dari dua jam. Sudah melebihi kesepakatan."
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
Ini yang aku suka dari Jun Hee. Jika menurutnya sudah melebihi kontrak atau ada sesuatu yang salah, dia akan membuat kebohongan atau mengancam dan tidak ada yang berani membantahnya.
Dia juga memiliki koneksi yang luas dan mempermudah segala urusan ilichil.
"Kau lapar?" tanya Jun Hee ketika mulai melajukan mobil.
"Sangat."
"Bagus. Ayo kita makan di tempat biasa."
ღ ღ ღ ღ ღ
Aku merangkul Jun Hee saat kami keluar dari lift. Berjalan menuju apartemen ilichil.
Aku selalu ingin melakukan ini, bahkan di tempat umum. Tapi aku tidak ingin Jun Hee terkena gosip murahan.
Jadi aku harus menahan diri untuk menunjukan perhatianku pada Jun Hee di tempat umum.
Saat Jun Hee akan memasukan kode kombinasi untuk membuka pintu, teleponnya berdering.
Aku melirik sekilas siapa yang menelepon.
"Axton," jawab Jun Hee dengan senang.
Saat pintu terbuka, dia masuk terlebih dahulu, bahkan meninggalkanku yang masih berada di depan pintu.
Siapa Axton?
Bahkan Jun Hee tidak pernah bercerita tentang pria itu.
Aku mengerutkan keningku tidak suka.
"Kau kenal Axton?" tanyaku pada Mingyu yang kebetulan ada di ruang tengah.
"Tidak," jawabnya tanpa menoleh padaku. "Kenapa?"
Aku hanya menggelengkan kepala, tidak peduli apakah Mingyu melihatnya atau tidak. Dan langsung memasuki kamar Jun Hee.
Jun Hee melirik padaku sekilas dari meja kerjanya sebelum fokus kembali pada laptop yang menyala di depannya. Telepon masih setia bertengger di telinganya.
"Tidak bisakah kau membuatnya berhasil?" kata Jun Hee saat aku membaringkan diri di kasurnya.
Ada jeda sebentar sebelum Jun Hee kembali merespon.
"Oke. Kita akan bertemu minggu depan. Bye," katanya sambil memutuskan sambungan telepon.
"Siapa?" tanyaku sambil melihat pada Jun Hee.
"Axton. Dia temanku."
"Kau tidak pernah bercerita tentangnya," kataku sambil menggerutu.
"Apakah penting?"
"Hmmm.."
Aku bisa melihat Jun Hee memutar matanya.
"Well, dia hanya kenalanku. Dia agen yang menjual rumah di LA."
"Kau akan membeli rumah?"
"Secara teknis, tidak. Tapi kita akan menyewanya."
"Kita?"
"Ilichil. Jangan lupa bulan depan akan ada jadwal mini tour di sana dan kalian juga ada jadwal rekaman di LA. Aku tidak ingin tinggal di hotel terus menerus."
Benar, Jun Hee tidak menyukai hotel atau semacamnya.
Bahkan dia sudah mencari info tentang rumah yang bisa di beli untuk tempat tinggal ilichil yang baru.
Tiba-tiba terbesit olehku untuk membeli rumah sendiri.
Aku butuh tempat yang lebih pribadi.
Tempatku sendiri.
Dan kalau aku beruntung, itu akan menjadi rumahku dan Jun Hee.
ღ ღ ღ ღ ღ
Jangan kira ini bukan cerita dewasa ya..
Jadi untuk yang masih di bawah umur, mungkin bisa di skip..
Karena untuk chapter-chapter selanjutnya, bakal banyak yang ++ nya...
Terimakasih sudah membaca..
Love KRN
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
RomanceThere's just something about you. I'm scared to lose, because I know I won't find it in anyone else...