"Bos, lihat! Ada satu yang cantik. Kita masukkan saja ke Rumah Mawar," ucap salah satu penjarah.
Rumah Mawar sendiri adalah rumah yang menghasilkan uang dengan melayani para tamu yang datang. Mereka yang berasal dari luar daerah sering singgah di tempat itu untuk melepas penat. Biasanya anak-anak berparas cantik dan tampan akan langsung dimasukkan ke sana sebagai penghibur.
Orang yang berdiri di hadapan anak-anak berjalan mendekat untuk melihat gadis yang dimaksud salah satu penjarah. Pria itu menatap lekat gadis kecil di hadapannya sembari mengangguk-angguk.
"Ja-jangan bawa Kak Zharotte!" Suara dan tubuh yang gemetar berusaha melindungi Zharotte. Let mencoba menahan rasa takutnya dan berdiri di hadapan gadis itu sembari merentangkan kedua tangannya.
Tawa di tempat itu seketika pecah. Para penjarah tertawa terbahak-bahak melihat tindakan yang dilakukan Let.
"Hei, Bocah! Berdiri saja kakimu gemetaran, masih belaga melindungi orang lain?" Jari telunjuk pria itu menekan dahi Let dengan keras.
Melihat hal itu Zharotte pun menarik Let ke belakangnya. Dia juga menjawab perkataan penjarah yang ada di hadapannya. "Ti-tidak ma-masalah jika saya harus dikirim ke sana. Tapi, jangan kasar dengan anak-anak lain."
Tawa yang menggema sekali lagi terdengar. Mereka tidak menyangka bahwa anak-anak yang penakut sedang berusaha terlihat kuat.
Tangan kekar serata kasar mencengkram dagu Zharotte. Anak-anak lain yang melihat segera menunduk gemetar, sedangkan Let yang hampir berteriak segera ditahan oleh tangan Zharotte.
"Dandani saja dia. Lihat, kita menemukan harta karun," ucap penjarah. "Rambut hitam dan mata emas, kita bisa menjualnya dengan harga tinggi," imbuh penjarah itu sembari tertawa. Ia meminta salah satu anggotanya untuk membawa Zharotte dan merawatnya hingga tubuh kurus itu tampak cukup berisi sebelum pembukaan pasar budak.
Pasar budak dibagi menjadi dua kelompok. Satu untuk kasta rendah dan satu lagi untuk para bangsawan yang memiliki banyak uang. Mereka biasanya membeli budak yang tampak sehat dan bersih dengan harga tinggi, maka dari itu para penjarah sering merawat beberapa anak yang dipersiapkan untuk kelompok bangsawan.
"Tu-tuan. Boleh saya meminta sesuatu?" ucap Zharotte saat tangan penjarah lain siap menyeretnya.
"Ho, gadis cantik, kamu berani tawar menawar denganku?"
"Tu-tuan tolong biarkan adik saya ikut. Saya akan berusaha dibeli dengan harga tinggi!" Gadis itu mengabaikan perkataan penjarah dan segera berlutut memohon.
Setelah melihat Let, pria di hadapan Zharotte terdiam dan akhirnya menyetujuinya. Karena bagaimanapun wajah Let cukup tampan jika dibandingkan dengan anak lain. Maka dari itu mereka berencana membuat dua anak itu menjadi satu paket besar.
Meski takut, tetapi Zharotte merasa lega karena dia akan pergi bersama Let. Dia ingin memenuhi janjinya untuk menjaga anak itu hingga bertemu kembali dengan kakak dan anak-anak lain.
"Kak, aku takut ...."
"Tenanglah, Let. Semua akan baik-baik saja. Aku akan selalu bersamamu," ucap Zharotte. Mereka saling berbincang dengan lirih karena takut para penjarah yang mengawal akan mendengar.
Setibanya di rumah yang cukup mewah, salah satu penjarah berniat mengantar mereka ke kamar masing-masing. Namun, Let yang merasa akan dipisahkan dengan Zharotte, mulai menangis dan menolak.
"Tuan, biarkan saya satu kamar dengan adik," ucap Zharotte sembari memeluk Let yang gemetaran.
"Hei, gadis kecil. Kamu ini terlalu berani ya?" ucap salah satu penjarah.
"Sudahlah, biarkan saja mereka satu kamar. Lumayan kan kita tidak harus membayar dua ruangan," timpal penjarah lainnya.
Sesaat mereka berdiskusi, mengabaikan dua anak kecil yang tengah gemetar tubuhnya.
"Ya sudah, kalian satu kamar. Dan minta adikmu untuk berhenti menangis. Berisik!"
Kini keduanya di antar ke kamar yang berada di paling ujung. Mereka diminta untuk membersihkan diri dan beristirahat. Penjarah itu juga berpesan agar mereka tidak berniat kabur karena seluruh desa ini adalah milik penjarah.
Dipublikasikan: 06 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Zharotte, Mulier Aurum Luscus
RomanceHidup damai setelah lima belas tahun sirna begitu saja. Dengan mata kepalanya, Zharotte melihat sang ibu ditusuk tepat di jantungnya. Gadis itu pun harus kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Darah yang mengalir mengiringi tangisan yang...