Bentala Asing

18 5 0
                                    

"Apa ini? Kenapa semua anak dikumpulkan?" gumam Zharotte saat melihat anak-anak yang duduk berdesakan karena tempat yang tidak terlalu luas.

Saat kereta terasa bergerak, Zharotte mulai duduk di pinggiran pintu. Dia meringkuk dan melirik sekitar. Tidak ada suara, semua membungkam karena ketakutan.

"Zha-zharotte ...." Suara lirih itu sampai ke telinga Zharotte yang baru saja memejamkan mata. Gadis itu pun segera menatap sekitar dan mencari suara yang memanggilnya.

"Let?" Sorot mata Zharotte terhenti saat melihat adik sahabatnya di sudut gerobak kecil itu.

Wajah Let dihiasi darah kering yang ada di sudut bibirnya. Kakinya yang pincang juga terlihat saat ia berusaha melangkah melewati anak-anak lain.

"Di mana Kakakmu dan yang lain? Kenapa hanya ada kita saja?" tanya Zharotte sembari melihat anak-anak di sekelilingnya.

"Kakak dan yang lain berhasil kabur." Let menatap Zharotte dengan mata berkaca-kaca. "Aku takut, Kak."

Zharotte segera mendekap Let yang usianya empat tahun lebih muda darinya. Gadis kecil yang ketakutan berjanji pada anak laki-laki itu bahwa ia akan menjaganya hingga bertemu kembali dengan anak-anak lain serta kakaknya.

***

"Ayo cepat turun!"

Satu per satu anak-anak turun dari kereta. Kini mereka tiba di sebuah desa yang asing. Orang-orang di sekitar juga mengabaikan kehadiran mereka seolah hal itu bukan pertama kalinya.

"Kak, aku takut," ucap Let sembari menggenggam lengan Zharotte.

"Tenanglah, Let. Sepertinya mereka tidak akan macam-macam."

Para penjarah menggiring anak-anak itu menuju sebuah bangunan yang cukup besar. Begitu masuk, mereka dihadapkan dengan banyak meja kursi yang tertata rapi. Mereka pun diminta untuk duduk dengan tenang.

Tidak lama berselang, beberapa orang datang dengan membawa roti serta minuman. Melihat itu, salah satu anak yang tampak kelaparan berusaha menggapainya dan membuat satu gelas minuman terjatuh.

Amarah penjarah pun tersulut, salah satu di antara mereka menarik lengan anak itu dan memakinya. Mereka juga memukulnya hingga tersungkur di lantai batu yang kotor. Wajah pucat karena kelaparan kini berubah menjadi wajah pucat yang tengah menahan rasa sakit.

"Jika kalian bertingkah, kalian akan berakhir seperti anak ini. Lebih baik kalian menurut!"

Anak-anak lain menundukkan kepala, begitu juga Let yang menggenggam tangan Zharotte. Meski merasa takut, gadis itu berusaha menahannya dan menenangkan Let. Dia tidak ingin laki-laki kecil itu ketakutan dan melemah. Bagi Zharotte, saat ini saling menguatkan adalah hal yang penting.

Setelah makanan berada di hadapan masing-masing anak, para penjarah meminta mereka untuk memakannya dengan cepat. Karena dalam kondisi lapar, anak-anak itu pun menuruti perintah penjarah, begitu juga dengan Let dan Zharotte.

Mereka tidak diberi waktu banyak, baru tiga menit para penjarah itu sudah meminta semua anak keluar. Tidak sedikit dari mereka tersedak karena makan dengan terburu-buru. Ada juga yang tidak menghabiskan rotinya karena bergegas keluar dari ruangan itu.

Kini semua anak berkumpul di depan bangunan yang entah rumah atau toko. Yang mereka tahu di sanalah mereka mendapat makan untuk pertama kalinya.

Salah seorang penjarah berdiri di hadapan anak-anak, sedangkan penjarah lainnya dalam posisi melingkar mengepung malaikat-malaikat kecil itu.

"Dengar! Mulai sekarang kalian harus bekerja." Kata-kata singkat itu mampu membuat tubuh anak-anak bergetar. Meski mereka hidup di desa kecil dan sebagian tidak asing dengan pekerjaan ringan, tetapi di bawah tekanan seperti ini siapa yang tidak ketakutan?

Dipublikasikan: 06 April 2021

Zharotte, Mulier Aurum LuscusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang