11 Menit

17 3 0
                                    


Aku menatapnya.

Menatap, bagaimana tubuh itu terbujur kaku di atas meja panjang yang tidak terlalu tinggi. Bisakah aku bilang, aku menyesal?

Aku menatapnya.

Wajah yang dahulu selalu riang dan penuh dengan tawa ceria, kini tergantikan dengan wajah pucat yang datar, tetapi terlihat sangat damai. Bisakah aku bilang, aku menyesal?

Aku menatapnya.

Bagaimana dia bisa pergi cepat, dengan meninggalkan luka dan rasa bersalah yang tak terhingga jumlahnya dalam hatiku.

Juga... aku menyesal.

Aku menyesal, mengapa dia tidak membagikan keluh kesahnya kepadaku.

Aku menyesal, mengapa dia selalu menyembunyikan rasa putus asa di atas tawanya yang bodoh itu.

Dan.. aku sangat menyesal, mengapa aku selalu menghindarinya disaat dia membutuhkan rangkulan, pelukan, serta semangat dariku.

Rasanya, aku ingin menghirup semua oksigen yang ada di dunia, sampai dadaku serasa sesak lalu memberikan kepadanya. Namun, itu hanyalah angan semata, karena faktanya nafas dia yang terlalu pendek.

Seandainya masa bisa di putar, aku ingin memperbaiki hubunganku dengannya.

Hubungan awal yang bisa sedekat nadi, tetapi seketika renggang hanya karena suatu hal, yang akupun tidak tahu mengapa bisa terjadi.

Seandainya aku bisa memberi dia semangat, memberi dia perhatian, juga memberi dia cinta yang berlimpah, pasti peristiwa ini tidak akan pernah terjadi.

Dan seandainya sedari awal aku bisa mengatakan, 'Tidak apa-apa untuk melakukan kesalahan, karena semua manusia juga tidak luput dari kesalahan.'

Pasti semua ini tidak akan terjadi.

11 Menit, itu hanyalah hitungan waktu. Namun, sangat berharga untukku, untuk memiliki kesempatan menyelamatkan nyawanya.

Nyawa anakku, anakku tersayang.

ɢᴇᴀʀʀꜱᴄéᴀʟ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang