Aku hanya seseorang diantara banyak orang yang tidak/belum memiliki ikatan asmara atau bahkan orang yang spesial dihatinya
Mungkin bagi sebagian orang itu aneh , ya tidak salah di waktu seperti sekarang Bahkan banyak anak masih di sekolah menengah sudah memiliki seseorang yang spesial.
Dan bagiku, itu hanya sesuatu yang yang tidak ingin kumiliki mengingat memiliki atau dimiliki seseorang masi asing dalam kamusku.
Hingga.... Baiklah mulai sekarang ajan kuubah pemikiran itu terkadang terlalu idealis bisa jadi hanya seseorang yang terlihat naif tanpa melihat keadaan sekitar
Ada temanku yang bertanya padaku " hei, bagaimana jika ada yang menyukaiku", dan jawaban ku tetap sama " ya aku harus apa, itu perasaannya dia yang memiliki rasa suka itu, dan jika dia menyukai kurasa itu hak dia bahkan" dan dengan frustasinya temanku "aaahh tidak , maksudku bagiamana jika benar ada seseorang yang benar2 menyukai mu nanti , apa yang akan kau lakukan ?" Sambil memutar bola mataku "aku tidak akan menghentikan, itu hak dia teman ketika dia mengatakan dia menyukaiku tentu aku akan senang. Tapi akan berbeda jika dia menyatakan perasaannya dan memintaku untuk menjadi kekasih dari perasaannya. Tidak , aku akan menjawab tidak karena aku tidak merasa punya kewajiban atas perasaannya dia menyukai ku itu hak dia tanpa ada yang bisa merubah itu, sedangkan aku, aku tak punya kewajiban atas perasaannya" itu merupakan jawaban terpanjang dari diriku jika membahas tentang bagaimana caraku memandang sebuah ikatan...
Pagi ini datang kembali...
Seperti aktifitas yang biasa tubuh ini lakukan aku bangun dan bersiap pergi ke tempat kerjaku.Ketika sampai wajah cerianya menyapaku, aku tersenyum dan di detik berikutnya aku menyesal :(
"Hei, ada temanku yang tertarik padamu" nada datarku tetap tak berubah "lalu?" "Oh, ayolah bagaimana cara mendekatimu jika dia mengatakan langsung kau pasti akan langsung menolak" aku terkejut "heii, aku tidak pernah menolak seseorang!! Hanya saja aku memang tidak tertarik untuk terikat pada orang lain" "okei okei, tapi setidaknya berikan dia kesempatan , ayolah kupastikan dia orang yang baik. Aku akan menjadi jaminannya" kali ini kucoba dengarkan ya setidaknya aku ingin mencoba terlihat sopan "baiklah lalu apa yang ingin kau dengar dariku" "kau bagaimana cara menderkatimu , bagaimana cara mengajakmu mau untuk makan malam dluar diatas jam 8?" Hanya itu maksudku heii apa aku benar2 sedingin itu " heii astaga datang saja kerumah dan ijin pada ayahku jika beliau mengatakan iya, aku akan pergi JIKA AYAH MENGATAKAN IYA" temanku syok kau tau, dalam arti sesungguhnya terkejut "KAU MENYEBALKAN BAGAIMANA MENDAPAT JAWAB DARI AYAHMU!!!" dengan nafas yang memburu dan wajah yang berubah dia meneruskan kalimatnya "aa-ayahmu kan sudah tiada bagiamana cara meminta ijin beliau" dengan cepat aku menjawab "baiklah sekarang kau tau jawabannya untuk temanmj yang ingin mengajakku makan malam. Sampai jumpaaa aku ada rapat."