[POV]
.
.
.
Sudah hampir seminggu kota ini di landa hujan lebat dan angin kencang sehingga membuat siapapun malas untuk beraktifitas. Di dalam rumah saja malas apalagi di luar rumah. Namun saat ini berbeda, cuaca pagi ini sangat cerah, terlihat jelas awan dan matahari begitu indah di atas sana dan terdengar suara kicauan burung yang amat merdu, membuat sang empu langsung bersiap-siap untuk mengawali aktivitas pagi ini dengan penuh semangat. karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, mereka langsung bergegas membersihkan diri.
.
.
Di taman terdapat sepasang anak kecil yang sedang bermain. Jarak antara taman bermain dengan komplek rumah nya tidak terlalu jauh dari rumah mereka, dan memang biasanya mereka menghabiskan waktu luang nya dengan bermain di taman itu. Mereka tak lain adalah Aidan dan Nadia."Adan, jangan cepat-cepat ih Adia ga kuat ngejar nya capek". Keluhnya. Ia menyerka keringat yang membasahi wajah nya dengan menggunakan tangan sambil mengatur nafasnya.
"Kamu nya aja yang langkah nya kecil jadi gabisa nyeimbangin aku" Ucap Aidan tak mau kalah.
"Gimana mau cepet, kamu aja naik sepeda sedangkan aku lari-lari ngejar kamu. Ya capek lah! Kamu curang, udah ah aku mau balik aja kerumah". Ucapnya dengan perasaan kesal sambil melangkah kan kakinya menuju komplek rumahnya. Aidan yang melihat itu, terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Ya, Aidan memang senang jika membuat Nadia kesal karena menurutnya itu menggemaskan. Lihatlah, gadis itu berjalan dengan wajahnya yang ditekuk seraya mulutnya yang mengeluarkan kata serapah, sehingga membuatnya terlihat menggemaskan.
Lalu dengan cepat Aidan memutarkan sepeda nya menyusul Nadia, dengan kedua kaki yang terus menganyun agar cepat sampai di dekat gadis itu. Jika gadis itu terlalu lama didiamkan, maka akan susah nanti untuk membujuknya.
Aidan berhenti tepat di depan gadis itu.
Hap, Aidan memegang tangan gadis itu kemudian menuntunnya untuk segera naik.
"Ayo naik, aku bonceng" ucapnya dengan tangan yang masih memegang tangan gadis itu.
"Nyebelin"
"Buruan ayo, mau ga? Kalau gamau aku tinggal nih"
Dengan wajah kesal, akhirnya Nadia mengiyakan tawaran tersebut.
"Yaudah, iya". Dengan menaikkan kakinya di bagian belakang pijakkan sepeda.Mereka mengelilingi komplek rumah mereka, dengan Aidan yang berada di depan mengayun sepeda dan Nadia yang berada tepat di belakang sambil memegang pundak cowo tersebut, tak lupa diiringi tawa bahagia yang keluar dari keduanya. Mereka terlihat amat bahagia dan sesekali Aidan mengerjai Nadia seperti saat ini.
Aidan menganyun sepeda nya dengan kecepatan tinggi, sehingga membuat Nadia berpegangan sangat erat dengan cowo tersebut.
Teriak Nadia, "Adan jangan ngebut-ngebut nanti kita jatuh".
Namun tak kunjung mendapat respon dari cowo tersebut.
"Adan ih". Teriak Nadia dengan menepuk-nepuk punggung cowo tersebut.
Bruk..
Keduanya terjatuh karena ada sebuah batang pohon yang tumbuh menghalangi jalan. Mereka menabrak batang pohon tersebut, leher Nadia tergores dengan batang pohon karena tidak sempat untuk menghindar sehingga membuat nya terjatuh. Sedangkan Aidan yang terjatuh karena kehilangan keseimbangannya.
"Adia" panggilnya. Yang dipanggil pun langsung menoleh.
"Sakit ga?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir.Aidan berdiri, sambil membersihkan pakaiannya yang kotor. Kemudian, berjalan mendekati Nadia yang masih terduduk di jalan dengan wajah yang ditekuk. Saat sampai, Aidan berjongkok di hadapan gadis itu dan menanyakan "Mana yang sakit, sini aku lihat".
KAMU SEDANG MEMBACA
Aidan & Nadia
Teen FictionIni kisah tentang anak remaja yang sedang jatuh cinta. Namun, bagaimana jika perasaan itu jatuh dengan sahabat sendiri?. Takut? Tentu. Tapi perasaan itu tidak dapat di tebak kepada siapa dia akan jatuh dan aku tidak ingin jika tumbuh dalam penyesala...