3

11 1 0
                                    

[16 Maret 20**, 🌹]

"Tam, Bunda ngundang kamu buat makan siang bareng, bisa?" Tanyaku.

"Emang Bunda udah pulang?"

"Belum, ya kayak biasa aja, pakai panggilan video."

"Oh ok, bisa kok."

"Yaudah, nanti aku jemput."

"Yakin mau jemput? Nanti di semprot Ayah loh."

"Kalau aku gak berusaha, sampai kapanpun gak akan bisa aku dapat restu Ayah kamu."

"Iya deh, tapi serius deh My, daripada jadi penyembuh, kamu lebih kayak pejuang."

"Saat ini aku pejuang, tapi seumur hidup aku akan jadi seorang penyembuh. Ya udah sampai ketemu nanti siang, bye."

Aku menutup teleponku dan kembali membaca buku yang baru-baru ini aku temukan di perpustakaan pribadi Ayah. Buku tentang anak indigo, apa kalian tahu apa arti indigo? Menurut KBBI indigo adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang, contohnya berinteraksi dengan mahluk tak kasat mata, melihat masa depan, melakukan telepati atau membaca pikiran.

Beberapa hari yang lalu aku mendapatkan pasien indigo, orang tuanya berpikir dia gila, kasihan sekali. Sebagai orang yang terbiasa berinteraksi dengan anak indigo, aku memberikan penjelasan yang mudah dipahami kepada wali pasien itu.

Tok tok tok

"Kak My." Terdengar suara Natasha dari balik pintu, aku bangun dan membukakan pintu. Natasha berdiri sambil tersenyum canggung, kali ini dia ingin aku mendukungnya tentang apa ya.

Aku menyuruh Natasha masuk, membiarkan pintu terbuka agar El bisa melihat ke dalam.

"Ada apa tuan putri?" Tanyaku.

"Jadi begini, Kak My mau gak periksain kandungannya Tiana." Ucapnya dengan suara memohon.

Aku terkejut, sangat. Sampai lidahku kelud dan kaku tidak dapat bersuara. Apa aku tidak salah dengar, dia ingin aku memeriksa kandungan Tiana? Mantan sahabatnya itu.

"Ok ok, Sha tahu ini permintaan aneh, tapi Sha kasihan sama Tiana, sejak berita kehamilannya tersebar di internet, hidupnya jadi sulit. Dia diusir, dia keluar dari kampus, Revano kabur, Kak Nu bikin dia ditolak di banyak perusahaan, Kak My bikin dia ditolak di rumah sakit besar, Kak Win bikin dia susah dapat tempat tinggal. Sha mau minta tolong Kak My untuk bantu Tiana, boleh?"

Tidak, apapun alasannya, tidak.

"Kak My, seorang penyembuh harus kuat dan memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi, bukan?"

Tapi keluarga kita bukan manusia Sha.

Hatiku terus berkata-kata, tapi lidahku masih enggan membantuku bersuara. Seandainya aku setegas Kak Wisnu dalam mengatakan keputusannya.

"Kalau kakak bantu kamu, bisa kamu berjanji untuk berhenti punya urusan dengan dia?" Kataku sambil memasang wajah datar.

"Kalau Sha bilang tidak bisa?"

"Maka kakak juga akan bilang tidak bisa."

Natasha menggigit bibir bawahnya dan mulai berpikir. Aku menarik Natasha untuk duduk disampingku, aku membingkai wajahnya dan berkata dengan nada santai.

"Kamu tahu kakak selalu mendukungmu, tapi dalam beberapa keputusan, yang kakak pikir akan merugikan kamu, kakak tidak bisa mendukungmu. Seorang penyembuh, tidak mungkin melukai. Kakak tidak mungkin mendukungmu untuk terjun ke jurang."

Jeremy Alfa Trisaka [Cerita Ketiga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang