Yang dipanggil appa melirik kearah sumber suara terlihat Doyoung sang putra kesayangannya ternyata yang memanggilnya. Tapi siapa yang di samping putranya itu. Ia benar-benar penasaran dengan sosok disebelah putranya itu.
Sosok yang begitu cantik menurutnya dan sejak kapan Doyoung membawa sosok wanita begitu cantik Kerumah dan memperkenalkan kepadanya. Setahunya kalau anaknya itu tidak memiliki kekasih sama sekali bahkan semasa hidupnya ia hanya dikelilingi oleh teman-temannya yang bobrok semua. Ia sempat khawatir kepada anaknya sampai detik ini belum mendapatkan kekasih.
Tapi lihat sekrang, bahkan saat ini ia menggandeng seseorang, Siapa tidak kaget sebagai orang tua akhirnya anaknya bisa memiliki kekasih
Dan siapa dia yang sudah mencuri hati putranya yang begitu dingin, keras kepala macam batu dan subhanallah mulut julidnya luar biasa itu.
Kalau jaman sekarang biasa di bilang mulutnya saveg abis.
ia pun tidak memperdulikan siapapun dia dan bagaimanapun keadaan kelurganya sosok cantik disampingn putranya ini sekrang harus menjadi menantunya kelak. Karna melihatnya sekilas ia yakin bahwa sosok di hadapannya akan membuat Doyoung sang anak semata wayangnya itu bahagia dan bisa berubah sedikit tidak menjadi sosok yang angkuh, dingin dan julid minta ampun.
"Doyoung, siapakah dia?"
Sang Appa bangkit dari kursi kebangsaannya dan menghampir mereka berdua dengan gagah.
"Dia Ten Appa. Teman masa kecilku dulu yang rumahnya bersebelahan denga kita Appa. Appa tidak ingat dia anakanya uncle Donghae dan aunty Yoona"
Sang Appa melirik kearah Ten. Betapa kagetnya mendengar apa yang dikatakan anakanya itu
"Teniie, ini kamu nak" sang Appa menangkup wajah Ten menatap nya lembut
Ten hanya menganggukkan kepalanya saja. Entah bagaimana ia harus meresponnya.
"Ya tuhan takdir macam apa ini yang telah engkau rencanakan kepada takdir putraku" sang Appa menatap langit-langit ruangan kerjanya
Baik Ten dan Doyoung yang melihat tingkah laku Appa nya itu hanya menggelengkan kepalnya saja. Bisa-bisanya Appa bertingkah seperti itu.
Entah apa yang ada di otak Appa nya itu. Doyoung selalu heran dengan Appa nya itu semua tingkah lakunya membuat tepok jidat.
Bisa-bisanya Eomma dulu mencintai Appa nya macam ini. Aduh memalukan sekali.
"Dia bukan appa aku. Aku tidak memiliki Appa sepeti ini"
"Dasar anak durhaka kau" sang ayah mengelepak kepala Doyoung sang kencang
Yang di gelepak hanya merintih kesakit atas apa yang dilakukan ayahnya itu.
"Aduh sakit Appa" Doyoung mengusap kepalanya yang digelepak oleh sang ayah.
Ten yang melihat interaksi ayah dan anak itu ikut tersenyum bahagia. Ia juga dulu pernah merasakan diposisi seperti ini dengan Papihnya dulu.
Tetesan air mata mengalir begitu saja membuat Doyoung menyadri Ten yang sedang bersedih.
"Kenapa Teniie" Doyoung menatapnya lekat
"Tidak aku hanya rindu Papih saja ko Yie" Ten menyeka air matanya
"Ini semua karena Appa. Teniie jadi bersedih lagi"
Ayah Doyoung menatap wajah Ten dan tersenyum manis kearahnya. Mengusap lembut rambut Ten
"Maafkan Appa Ten bukan Appa bermaksud seperti itu. Appa turut berduka cita ya sayang"