PROLOG

1.1K 106 22
                                    

Mungkin sudah lama sekali sejak terakhir kali Jimin pulang ke rumah, rasanya ada banyak hal yang berubah. Dari dekorasi, tata letak dan bertambahnya barang-barang baru, jelas itu membuktikan bahwa tujuh tahun adalah waktu yang sangat lama.

Beberapa tahun terakhir ini ibu Jimin sering mengomel-ngomel karna anaknya tidak pernah pulang, meski ibunya sempat beberapa kali mengunjungi Jimin ke luar negeri. Jimin tersenyum tidak bisa membayangkan bagaimana respon ibunya nanti jika tau dia sudah pulang, rindu juga sebetulnya.

"Yaaak! kau sudah lupa jika kau masih punya orangtua!" kira-kira seperti begitu mungkin celoteh ibu Jimin nantinya.

Sebetulnya Jimin tidak punya alasan lain kenapa dia tidak pernah pulang ke negara asalnya, tidak tau tapi barangkali Jimin cuma malas saja. Ditambah padatnya jadwal terbang pekerjaan dia. Jimin bahkan balik ke Korea semerta-merta hanya untuk melasungkan pertunangannya dengan Min Aerin kekasihnya, di usianya yang sudah menginjak kepala tiga ini. Hanya Jimin satu-satunya yang belum menikah di antara teman-temannya.

Senyuman Jimin merekah setelah melihat ibunya duduk di taman sambil menikmati secangkir teh hangat. Meskipun ibunya sudah terbilang cukup tua, untungnya wanita paruh baya itu sehat dan jarang sakit-sakitan.


"Eomma tidak rindu padaku?" tanya Jimin sedih karna reaksi ibunya biasa-biasa saja bahkan terlihat tidak perduli dengan kedatangan anaknya yang secara tiba-tiba ini.


"Oh, kau anakku? kukira kau sudah ku hapus dari kartu keluarga," sarkas ibunya membuat Jimin tergelak.


"Eomma tega sekali," ucap Jimin dengan nada bicara sok bersedih.

Ibu Jimin memutarkan mata jengah, "Kenapa baru pulang? kau baru ingat kalau masih mempunyai ibu yang sudah tua dan sebentar lagi akan meninggal?"


"Eomma jangan berkata begitu," Jimin menarik nafas panjang kemudian memeluk tubuh ibunya dari belakang.

"Sudah duduklah, itu sama sekali tidak mempan padaku," mendengar itu Jimin terkekeh kemudian menduduki bangku didepan ibunya.


Seorang pelayan datang sambil membawakan segelas kopi americano untuk Jimin. Terlihat pelayan wanita itu sedikit kesusahan untuk menunduk menaruh gelas minuman itu, bukan karena apa tapi wanita itu sedang hamil besar.

"Lea, kapan kau ingin mengambil cuti? bukankah bentar lagi kau akan melahirkan?" tanya ibu Jimin nampak khawatir, apalagi Lea bekerja dengan sangat keras sepanjang hari. Sementara Jimin hanya mengangkat alisnya tak perduli mendengar itu.


"Mungkin minggu depan nyonya," balas Lea kepada nyonya Ryu Jiwoo.


"Jangan terlalu lama, kau juga jangan bekerja terlalu keras," peringati nya perduli.

"Baik nyonya, kalau begitu aku izin untuk kembali ke belakang," ucap Jeon Lea kemudian menundukan kepala kepada Ryu Jiwoo dan anaknya Ryu Jimin.

"Eomma memperkerjakan wanita hamil?" tanya Jimin tidak percaya, kalau tebakan Jimin tidak salah wanita itu bahkan masih terlalu muda untuk hamil dan bekerja. Dan menurut perkiraannya sendiri wanita itu kira-kira berumur sembilan belas sampai dua puluh tahun, usia begitu harusnya dia kuliah.



"Dia tidak punya siapa-siapa lagi dan memohon padaku untuk memberikannya pekerjaan."

Jimin tersenyum miring mendengar itu, "terus kekasihnya kemana? kenapa tidak bertanggung jawab?" Jimin memberikan deretan pertanyaan.

"Eomma tidak tahu, dan hanya sebatas mau membantunya saja," terang ibunya membuat Jimin manggut-manggut paham.


"Anak zaman sekarang memang tidak ada yang benar, mereka cuma mau enaknya saja. Saat sudah hamil tidak mau bertanggung jawab. Dia juga bodoh kenapa mau dengan lelaki seperti begitu," ucap Jimin tidak habis fikir.

Nyonya Jiwoo menatap putranya tidak percaya, tumben sekali Jimin membicarakan orang lain seperti begitu. Tapi sebetulnya nyonya Jiwoo lebih tidak percaya Lea seperti begitu, karna menurutnya Lea adalah anak yang baik-baik, "Kau benar dan jangan sampai eomma mendapati mu yang menghamili anak orang. Jika iya, eomma akan menghajarmu dengan tangan eomma sendiri!" ancam ibunya membuat Jimin terkekeh.


"Eomma itu tidak akan mungkin terjadi."


✨💫✨

Aduh, anak siapa tuh 😜

𝐃𝐞𝐩𝐚𝐫𝐭𝐮𝐫𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang