1. Awal bencana

509 81 10
                                    

Tiga hari lamanya Jimin berada di Korea dan hal itu sudah membuat pria itu merasa begitu bosan. Bukan karena Korea negara yang tidak bagus, sungguh negara gingseng ini sangat bagus sekali dengan segala budaya, tampat yang begitu menakjubkan. Tapi sayangnya Jimin tidak memiliki teman untuk keluar menikmati seluruh tempat menarik di negara asalnya ini. Mungkin kemarin-kemarin Jimin sempat menghabiskan waktu berdua dengan tunangannya, meskipun entah kenapa ada rasa ketidak cocokan antara mereka saat bertemu kemarin. Atau mungkin itu hanya efek yang timbul karena mereka mau menikah saja? entahlah, Jimin pun tidak paham tapi dia lebih memilih tidak mengambil pusing akan hal itu.

Kendatipun Aerin memang sedang sibuk akhir-akhir ini karena jam terbang wanita itu sebagai model terkenal. Ditambah semua teman-temannya juga tidak bisa di temui, mereka semua seolah-olah disulap menjadi orang yang super sibuk, bahkan Jimin beberapa kali membuat janjian hanya agar bisa menemui Taehyung. Bukankah itu gila? hanya untuk bertemu dengannya saja Jimin harus membuat janjian pertemuan terlebih dahulu. Satu-satunya orang yang berhasil Jimin temui hanyalah Namjoon, tapi mirisnya saat bertemu pria itu membawa anaknya membuat Jimin malah merasa seperti kelihatan sangat miris.

"Eomma kenapa aku tidak melihat wanita hamil itu lagi?" tanya Jimin tiba-tiba membuat ibunya menatap Jimin aneh. Karena rasanya ini bukan seperti putra kandungan yang hobi penasaran dan membicarakan orang lain. "Kenapa eomma menatapku begitu?!" protes Jimin kesal sendiri.

"Wanita hamil siapa yang sedang kau maksud?" tanya ibunya balik untuk memastikan mereka memang membiarkan orang yang sama.



"Wanita yang kau pekerjakan, memangnya wanita mana lagi?"


Ibu Jimin mengangguk-anggukan kepala paham, padahal awalnya dia sempat mengira kalau mereka sedang membicarakan anak tetangga. Soalnya kebetulan anak tetangga didepan rumah mereka memang sedang hamil dan katanya pacarnya itu adalah anak geng motor yang bahkan belum tamat kuliah, ibu Jimin juga tau berita itu dari teman arisannya, "Maksudmu Lea? dia sudah berhenti bekerja karena mau melahirkan. Jimin kau tahu tidak jika anak tetangga didepan rumah kita sedang hamil?" tanya ibunya tiba-tiba membuat Jimin menatap ibunya aneh.

"Lalu apa hubungannya denganku?" ucap Jimin tak percaya jika ibunya dengan mengajak dirinya untuk menggosipkan orang lain.


"Eomma hanya ingin bercerita padamu," kata ibunya sebagai pembelaan.


"Eomma tidak baik membicarakan orang lain, eomma juga harus mengurangi kebiasaan itu," ucap Jimin benar-benar tidak habis pikir, padahal setahunya ibunya bukan tipe orang yang suka menggosipkan orang lain tapi semejak ibunya berteman dengan ibu Jungkook semuaanya jadi berubah. Mungkin kedepannya Jimin akan membatasi pertemanan ibunya dengan ibu Jungkook agar ibunya tidak terkena pengaruh buruk.

"Kau berani menyalahkan eomma? padahal kau duluan yang memancing?"

"Aku? apa maksud eomma aku bahkan sama sekali tidak pernah menggosipkan orang lain?" jelas Jimin tidak terima akan tudukan ibunya barusan, namun tatapan ibunya saat ini membuat Jimin terpaksa menarik nafas pasrah, "Aku hanya sebatas penasaran, tidak lebih," imbuh Jimin lagi soal dia yang bertanya tentang Lea tadi.


"Lagipula untuk apa kau penasaran jika itu sama sekali tidak ada hubungannya denganmu?" ucap ibunya masih saja mengajak berdebat.

"Aku hanya khawatir, dia masih terlalu muda untuk survival dan mengurus anaknya. Bahkan setelah melahirkan dia masih harus bekerja dan menghidupi anaknya," mendengar ucapan bijak dari putranya entah kenapa mendadak ibu Jimin merasa rindu dengan Lea. Padahal dia sudah menganggap Lea seperti putrinya sendiri.

𝐃𝐞𝐩𝐚𝐫𝐭𝐮𝐫𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang