3. Pertemuan

398 81 30
                                    

Selama satu hari ini Lea memilih untuk mengurung dirinya didalam kamar, selain karena dia yang masih kelelahan. Lea juga harus memompa payudara miliknya yang terus terasa sakit karena saat ini seharusnya dia menyusui bayinya.



Tok! Tok! Tok!


"Lea kau di dialam?" suara ibunya dari luar pintu membuat Lea panik bukan main, padahal dia baru saja mulai memompa asi miliknya namun terpaksa harus dia hentikan. Dan memilih untuk menyembunyikan semua alat pompa asi itu kedalam lemari, lalu segera bergegas menemui ibunya.


Dengan terburu-buru, Lea segera membukakan pintu agar ibunya tidak merasa curiga. Mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja meskipun saat ini dia sudah sangat panik dan gelisah, "Iya, ada apa ma?" tanya Lea buka bicara.

"Nanti sore ada acara pertemuan bisnis ayah mu, dan mama dan papa sepakat untuk mengajak mu ikut. Karena sebagian keluarga besar kita juga ada disana," mendengar itu tentu membuat Lea tidak bisa menolak, apalagi ibunya jarang sekali meminta padanya.

"Sepertinya aku tidak sibuk, jadi aku bisa ikut datang kesana," jelas Lea membuat ibunya tampak tersenyum, kemudian pamit untuk meninggalkan dirinya.

Saat ibunya sudah pergi Lea akhirnya bisa menarik nafas lega. Perlu di ketahui bahwa selama ini Lea terlalu banyak menyimpan rahasianya sendiri, bahkan ketika dia mendapatkan sebuah masalah dia lebih memilih untuk menyelesaikannya sendirian tanpa meminta bantuan orang lain. Bahkan saat dia hamil dan melahirkan, sejujurnya Lea sendiri terlalu takut untuk mengatakan kebenaran itu kepada kedua orangtuanya, bahkan kepada Jimin sekalipun. Benar, jika kalian mengira jika anak yang Lea kandung adalah anak Jimin. Maka itu memang benar adanya.

Karena saat itu waktu promnight kelulusannya dari Senior High School, Lea dan beberapa teman-temannya lebih memilih untuk merayakan sendiri acara kelulusannya dengan pergi ke club. Namun malam itu sialnya Lea bertemu dengan Jimin dengan keadaan yang sama-sama mabuk. Dimana keduanya justru menghabiskan malam dengan bergelut di atas ranjang.

Di satu sisi Lea ingin meminta pertanggung jawaban atas malam itu terlebih karena dirinya yang sedang hamil. Namun saat dia bertemu dengan Jimin, pria itu justru tidak mengenalinya atau bahkan mengingatnya. Karena memang paginya setelah kejadian itu Lea terlalu panik hingga pergi duluan meninggalkan Jimin di ruangan kamar. Tidak hanya itu, ada satu fakta lain yang membuat Lea menguburkan niatkan untuk meminta pertanggung jawaban dari Jimin. Karena ternyata Jimin adalah tunangan dari kakak sepupunya Min Aerin.

Di tambah karena kondisinya yang sedang hamil, hal itu membuat Lea tidak mungkin berada terus-terusan di Amerika. Karena itu, Lea beralasan untuk kuliah di Korea. Negara asal kedua orangtuanya, karena selama lima tahun belakangan ini keluarganya pindah ke Amerika untuk menjalankan bisnis. Selain itu Lea juga sengaja memilih Korea sebagai tempat kaburnya sekaligus untuk menyembunyikan kehamilannya dan mencari tau informasi tentang Jimin.

Mengingat itu semua seketika membuat Lea merasa murung, jujur Lea ingin bertemu dengan bayi nya satu kali lagi. Tapi mungkin itu sangat mustahil sekali. Setelah menghembuskan nafas berat, kini Lea memilih untuk melanjutkan kegiatan memompa asinya yang sempat tertunda tadi.

***

Sore harinya, saat acara pertemuan berlangsung Lea sedikit merasa canggung karena orang-orang seperti mengabaikannya. Banyak orang-orang yang tidak dia kenali datang dan lalu begitu saja. Membuat Lea lagi-lagi hanya bisa melamun sekaligus merenungkan apa yang telah dia lakukan pada Minji.


Apa saat ini Minji baik-baik saja? Apa putrinya itu tidur dengan nyenyak? Apa Jimin mau merawat Minji dengan penuh kasih sayang?


Rasanya Lea tidak bisa berhenti memikirkan Minji, karena bagaimanapun Lea sangat-sangat mencintai putri kecilnya itu. Dengan perlahan Lea mulai berjalan menjauh dari keramaian, memilih mencari tempat sepi di sekitaran taman yang jarang di lewati oleh orang-orang. Kebetulan acara bisnis ini dilakukan secara outdoor dan sangat cocok bagi orang yang ingin menenangkan diri di tempat sepi dengan mencari udara segar. Apalagi jika hari semakin malam, mungkin orang-orang tidak akan pernah menyadari keberadaannya. Oleh karena itu Lea memilih duduk di salah satu bangku taman, hingga sampai beberapa saat ada sepasang sepatu hitam yang berhenti tepat di depannya.

"Bisa tolong aku untuk menggendong anak ku sebentar, dia tidak terlalu suka keramaian karena itu dia menangis terus," ucap pria itu begitu saja, namun setelah Lea mengadahkan wajahnya untuk menatap pria itu. Seketika dia merasa panik yang luar biasa.



Bagaimana bisa? bagaimana bisa Jimin ada disini bersama bayi mereka?

Meskipun Lea merasa gugup dan panik namun dia tetap menuruti permintaan Jimin untuk menggendong bayi tersebut yang sedang menangis. Bahkan saking tenggelamnya dalam lamunan Lea sampai tidak menyadari ada orang yang datang dengan suara tangisan bayi.


"Bukan 'kah anak ku terlihat lucu?" tanya Jimin entah kenapa terdengar seperti sindiran, ditambah bayi mungil tersebut langsung diam saat berada di dalam gendongan Lea.


Seketika Lea sangat merasa panik dari sebelumnya dengan lidah yang terasa kelu. Apa mungkin Jimin tau tentang Minji, dirinya, dan mereka?


"Apa kau tidak mau menyusuinya? Apa kau tidak kasihan dia dari tadi terus memegang dada mu?" tanya Jimin seolah-olah menjawab pertanyaan Lea. Karena sudah jelas, Jimin tidak mungkin berkata demikian jika pria itu tidak tau tentang kebenarannya.


"Aku pastikan kau tidak akan pernah lari dariku dan Minji lagi," tegas Jimin dengan nada bicara yang begitu serius dan menyeramkan.

Dengan gugup Lea menjawab, "A—aku tidak bisa menyusuinya disini," terlalu bahaya dan terbuka. Oleh karena itu Jimin mengizinkan Lea membawa Minji ke kamar mandi. Namun yang justru terjadi malah Jimin kehilangan jejak keduanya. Dimana saat Jimin berpikir Lea akan kembali lagi, namun justru yang terjadi Lea malah menghilang.

Tentu saja hal itu membuat Jimin semakin kesal dan menggeram, sambil mengepalkan tangannya dan bersumpah, "Sial! Perempuan itu berani-beraninya mempermainkan ku!"


Saat ini Jimin tidak hanya kehilangan Lea, dan justru malah kehilangan Minji juga.

"Berani-beraninya perempuan itu menculik anak ku!" frustasi Jimin tidak menyangka semua ini akan terjadi.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐃𝐞𝐩𝐚𝐫𝐭𝐮𝐫𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang