Credit art: Art of neight
——
"Kau marah?" Yelena mencoba meraih tanganku, aku segera bangkit menghindarinya.
"Aku akan tidur di sofa malam ini." Putusku akhirnya, setelah muak melihat wajah Yelena yang daritadi tidak mengeluarkan kata "Maaf" setelah aku memergokinya memeluk wanita lain di kantor pagi tadi.
"Baiklah, terserah." Balasnya, dan itu lebih dari cukup menghancurkan pertahananku, aku menangis tanpa suara dan mengambil selimut cadangan di lemari.
Paginya, anehnya aku ingat semalam aku tertidur sendirian di sofa, tapi aku bisa merasakan sebuah tangan yang memelukku dari belakang.
Dan benar saja, Yelena entah sejak kapan tertidur di sofa bersamaku. Aku berbalik dan menatap wajahnya."Selamat pagi." sapa Yelena masih dengan mata tertutup, seperti sadar bahwa aku sedang menatap wajahnya.
Dia menarik kepalaku dan mencium ujung hidungku gemas."Aku benci kau." aku berusaha mendorong Yelena menjauh tapi tubuhnya yang lebih besar dariku berhasil menahanku agar tetap berada di pelukannya.
"Dia adalah sepupuku yang datang kesini untuk berlibur dan meminta untuk bertemu denganku. Maaf jika aku membuatmu salah paham dan marah." Jelasnya sadar jika aku cemburu berat saat melihatnya kemarin. jari-jari panjangnya menyingkirkan anak rambut di wajahku, "Aku ingin meminta maaf, bagaimana kalau kita kencan hari ini?"
Yelena menarik kepalaku dan mencium bibirku, aku tak diberi pilihan untuk menolak sentuhannya.
Setelah cukup puas, ia melepaskan tautannya, menatapku penuh arti."Omong-omong aku sudah menahannya sejak semalam, tapi karena kau sedang marah aku tidak berani memintamu. so, can i?"
Aku tersenyum, "Kata siapa aku sudah memaafkanmu?"
aku mencoba menggodanya."Kau menikmati ciumanku barusan." balasnya, dan wajahku memerah, sementara ia tertawa dan kembali melanjutkan ciumannya sambil mengangkatku dan pindah ke ruangan paling aman untuk melanjutkan kegiatan kami.
———
KAMU SEDANG MEMBACA
Random short story
Short StoryPengen pelampiasan aja sih, jadi aing tulis aja kesini.