Part 1

36 9 0
                                    

Lingkungan rumah sakit yang dipenuhi oleh pasien maupun keluarga yang sedang menampakkan wajah cemas selalu menjadi penampakan biasa di tempat Gyuri bekerja saat ini.

Gyuri berprofesi sebagai perawat. Sudah 5 tahun lamanya ia mengabdi di rumah sakit. Ia menjalani pekerjaannya dengan sepenuh hati.

Semangat pagi menyusuri lorong yang berlapiskan dinding polos berwarna putih.

Gyuri mampir ke bangsal anak-anak. Walau tak ada yang harus diperiksa, ia selalu menyempatkan untuk berkunjung sebentar.

"Perawat Jang!" Suara melengking dari anak-anak yang awalnya merasa bosan seketika berseru senang saat perawat kesayangannya datang.

Gyuri tersenyum lebar dan tak lupa matanya menujukkan senyum bahagianya juga.

Gyuri merentangkan tangan, anak-anak dengan cepat menuju perawat cantik itu dan memeluknya.

Merasakan pelukan dari empat anak sekaligus membuat hati Gyuri hangat. Hangat oleh kasih sayang yang ia terima, senyuman yang menular, dan motivasi yang tak terucap oleh malaikat kecil di pelukannya yang menjadi pengisi daya tubuhnya saat terpikir betapa sulitnya hari-hari yang ia lalui.

"Mereka sudah menunggu sejak tadi." Ucap salah satu ibu dengan senyum keibuan.

"Itu benar, kemarin malam Jiwoo berkata sangat merindukan ganhosa-nim." Ucap ibu lainnya yang mengungkapkan anaknya sedari semalam merindukan Gyuri.

"Kita selalu bertemu setiap hari, apakah kalian masih merindukan Jang ganhosa-nim?" Tanya Gyuri gemas kepada anak berumur rerata 5 tahun itu.

Semuanya mengangguk sambil tersenyum lebar. Gyuri yang melihatnya tak tahan ingin menangkup kedua pipi anak-anak yang sedang mengerumuninya.

"Emm, bagaimana jika ganhosa-nim tidak bisa datang kesini lagi? Apakah kalian akan sedih?" Empat anak kecil dihadapan Gyuri seketika memancarkan raut sedih.

"Ganhosa-nim tidak boleh pergi!" Ucap salah satu anak laki-laki yang sedari tadi hanya diam menatap Gyuri di ranjang.

Gyuri lantas menuju anak laki-laki itu setelah mengusap rambut keempat anak-anak yang mengerumuninya.

"Bagaimana kakimu Hyunsoo?" Tanya Gyuri dengan lembut.

"Masih tidak bisa digerakkan." Ucap Hyunsoo kecil menunduk muram.

"Hmm, Hyunsoo, kakimu akan sembuh jadi jangan khawatir." Gyuri menenangkan anak kecil yang terlihat murung itu.

Tidak ada jawaban, Hyunsoo masih murung, Gyuri lantas menatap ibu Hyunsoo tepat disampingnya.

"Tadi malam Hyunsoo bercerita jika ia sedih tak bisa memeluk perawat Jang seperti anak lainnya ketika menyambut perawat cantik." Ucap si ibu menjelaskan kenapa anak laki-lakinya itu sedari semalam masih murung.

"Jadi seperti itu..." Ucap Gyuri beralih melihat Hyunsoo yang tertunduk malu.

Gyuri bangkit dari duduknya dan segera memeluk Hyunsoo. Hyunsoo tersenyum bahagia saat memeluk Gyuri.

"Jika Hyunsoo ingin memeluk Ganhosa-nim katakan saja, Ganhosa-nim akan datang memeluk Hyunsoo." Ucap Gyuri masih memeluk Hyunsoo. Merasakan tangan kecil yang memeluknya sangat membuat Gyuri juga merasakan kebahagiaan. Hanya dengan anak-anak semua hal membahagiakan dapat ia rasakan

"Hyunsoo ingin terus bersama Ganhosa-nim." Hyunsoo akhirnya mengeluarkan suara setelah beberapa saat tertunduk lesu.

"Ganhosa-nim tetap berada disini. Akan tetapi Hyunsoo tidak boleh selalu berada disini, Hyunsoo harus sembuh dan kembali ke sekolah bertemu teman-teman." Gyuri paham bagaimana anak-anak menyayangi dia tetapi saking tak ingin berpisah, anak-anak yang polos akan mengatakan hal seperti ini. Tentu Gyuri harus menyadarkan anak-anak untuk tetap kembali ke kehidupan normalnya bukan menghabiskan waktu di rumah sakit.

"Nanti jika Hyunsoo ingin bertemu dengan Ganhosa-nim, Hyunsoo bisa sesekali datang ke sini." Ucap Gyuri dengan mata bulan sabitnya.

--

"Bola matamu akan lepas jika kau masih saja melihat cicin itu." Tegur seorang perawat saat memasuki ruangan.

Gyuri tersadar dan berhenti memandangi cicin yang berada di jari manisnya.

Gadis itu pasalnya senyum-senyum sendiri dan memutar cincin bermatakan satu itu berulang kali.

Hari-hari Gyuri layaknya bunga yang bermekaran, berbunga-bunga. Setelah seminggu yang lalu pria yang telah bersamanya selama tiga tahun akhirnya meminangnya.

"Kau terlihat bahagia sekali." Ujar perawat Park dengan senyum masam.

Gyuri tidak menyadarinya ia sedari tadi terus menatap cicin lalu menganggukkan kepala, tersenyum lebar hingga matanya berbentuk bulan sabit.

"Benar, kau selalu tersenyum sepanjang hari." Celutuk perawat Na yang sudah lama duduk di kabin meja kerjanya.

"Aku heran," ucap perawat Park.

"Aku paham maksudmu." Tanpa menjelaskannya perawat Na tahu maksud dari perawat Park.

Mereka menepi sedikit dari Gyuri. Posisi mereka sekarang berada di dekat jendela.

"Bukankah wanita jalang itu selalu menempel pada dokter Kwon? Mengapa Gyuri biasa-biasa saja akan hal itu? Apa lagi sampai pada tahap ini. Aku terkejut saat ia menerima pria itu." Ucap panjang perawat Park.

"Aku pun tak habis pikir. Ya, aku tahu Gyuri adalah wanita yang selalu berpikiran positif tapi ini salah. Dia terlalu mempercayai kekasihnya itu." Ucap perawat Na.

"Dia itu polos atau cinta buta? Jika pun ia memang terlihat ceria bak remaja polos yang sedang jatuh cinta, tapi bukankah ia sudah bertahun-tahun dengan pria itu? Mengapa tidak ada kekhawatiran saat melihat kekasihnya selalu dengan wanita jalang itu?" Ucap perawat Park miris.

"Entahlah, kita pun seringkali memperingatkan dia akan kekasihnya itu, tapi respon Gyuri.... 'Ah mereka adalah rekan kerja', lihat! Konyol sekali, apalagi ia mengucapkan hal itu sambil tersenyum. Sejak saat itu aku berhenti memperingatkannya." Ucap perawat Na yang tak tahan mengingat kejadian waktu itu.

Kedua perawat itu menatap lekat Gyuri dengan tatapan miris. Dipikiran mereka Gyuri hanyalah gadis bodoh karena dibutakan oleh cinta.

--

"Kenapa ibu sendirian saja?" Tanya seorang pria pada ibunya.

"Heh kau ini! Selalu saja mengejek ibumu." Ucap sang ibu merajuk.

"Hehe, tapi kan aku hanya menggoda ibuku yang cantik ini." Segera ia memeluk ibunya.

"Kau tahu sendiri ibu hanya memilikimu, saat kau pergi ibu sudah pasti sendirian." Ucap ibu.

"Apa aku harus mencari asisten untuk ibu?" Tanya si anak.

Ia awalnya hanya ingin bercanda dengan menggoda sang ibu, tetapi kalimat terakhir ibunya memancarkan sedikit kesepian.

"Tidak perlu, ibu masih bisa sendiri." Jawab ibu.

"Baiklah."













***

Halo,

Maaf banget ini tiba-tiba update. Mungkin lewat setahunan ya, saking lama banget.

Gak tau apa bisa update part selanjutnya sampai tamat. Makasih banyak yang sudah vote dan masukin ke reading list.

29102022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Dark CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang